Ruby Alexandra harus bisa menerima kenyataan pahit saat diceraikan oleh Sean Fernandez, karna fitnah.
Pergi dengan membawa sejuta luka dan air mata, menjadikan seorang Ruby wanita tegar sekaligus single Mom hebat untuk putri kecilnya, Celia.
Akankah semua jalan berliku dan derai air mata yang ia rasa dapat tergantikan oleh secercah bahagia? Dan mampukah Ruby memaafkan Sean, saat waktu berhasil menyibak takdir yang selama ini sengaja ditutup rapat?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzana Raisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan Yang Tak Dapat Terlupakan
Bisakah dirinya berteman dengan takdir?.
Ada tumpukan perasaan yang tak bisa ia jabarkan begitu kuda besi yang membawanya mulai memasuki halaman gedung tiga lantai yang tadinya sebagai bentuk cinta kasihnya kepada seseorang. Getir, mulai menyelimuti tidi diri saat kendaraan yang dikemudikan seorang sopir berhenti tempat di aula bangunan, yang mana seluruh pekerja tampak berbaris rapi untuk menyambut kedatangannya.
Ruby Resto & Cafe, bangunan yang sejatinya tak pernah ingin Sean kunjungi. Justru ada sebuah keinginan darinya untuk menghancur leburkan bangunan yang nyatanya sudah berdiri amat kokoh sejak enam bulan yang lalu.
Hati Sean seakan tercabik begitu melihat ukiran bertuliskan nama Resto. Ia merutuk diri, akibat kebucinan akut membuatnya tak segan memberi nama sebuah rumah makan dengan nama seorang perempuan yang nyatanya sudah menorehkan luka yang menyisakan rasa sakit luar biasa di hatinya.
Sean menghela nafas dalam. Ia merapikan penampilan sebelum keluar dari kendaraan. Paras rupawan itu muncul dari pintu mobil yang dibukakan oleh sopir. Seluruh pekerja sontak menundukan kepala. Sean hanya mengurai senyum tipis. Ia bergerak, dengan langkah ringan ia yang dibimbing oleh Wira mulai memasuki pintu utama Resto. Akan tetapi ada yang sedikit menyita perhatiannya.
Sean sempat mendapati seorang perempuan hamil dalam jajaran para pekerja yang menyambutnya.
Sejak kapan mereka mempekerjakan wanita hamil? Bukankah prosedur yang sudah ditetapkan tidak boleh meneriwa wanita hamil untuk bekerja di tempat ini.
Bukan tanpa alasan Sean mengajukan syarat demikian untuk seluruh pegawai yang bekerja padanya. Bekerja sebagai pelayan, koki dan bagian mana pun di Resto miliknya cukup berat dan menyita banyak tenaga. Kiriman laporan yang Sean dapat setiap bulan, bisa menggambarkan seramai apa kunjungan pelanggan terlebih saat awal-awalan bulan.
Seluruh pekerja harus bekerja ekstra. Bergerak cepat juga memberikan pelayanan terbaik agar tak mengecewakan pelanggan. Hal tersebutlah yang mendasari Sean mengajukan larangan pada wanita hamil untuk bekerja padanya. Ia tak ingin Resto ikut terkena imbas andaikata ada kejadian atau kecelakaan saat bekerja.
Wira menggiring langkahnya menuju sebuah ruangan yang terlihat nyaman. Sean mengamati seluruh penataan ruangan dan juga setiap sudut yang sudah ia lalui tadi. Cukup sesuai dengan keinginan, meski selama ini hanya sang Ibu yang mengurus semua selepas ia tinggalkan.
Wira membawa beberapa staf bawahannya untuk melaporkan kemajuan resto setiap bulannya dalam beberapa bidang. Mereka bergantian memaparkan. Sean sebenarnya tak terlalu tertarik mendengarnya. Sesungguhnya ia tak menaruh harapan besar atas usahanya kali ini. Entah mengapa hanya dengan mendengar nama resto yang ia buat sendiri, sudah membuatnya muak.
Akan tetapi siapa yang tahu jika keabaiannya justru membawa berkah tersendiri untuk usaha barunya. Kemajuan dan pendapatan resto dalam setiap bulannya, jauh lebih tinggi dari perkiraan. Tempat yang strategis dan farian menu yang dibandrol dengan harga terjangkau, rupanya banyak menarik minat masyarakat untuk mendatanginya.
"Pertahankan kualitas bahan dan rasa dalam setiap menu yang disajikan. Meski dengan harga terjangkau, bahan yang diolah pun harus dipastikan segar."
"Baik, Tuan." Wira bisa bernafas lega. Mewakili para staf yang duduk di sampingnya dengan map di hadapan.
Wira tersenyum tipis, pria berkulit kuning langsat itu lekas meminta kepada beberapa pelayan untuk menghidangkan beberapa sajian untuk dinikmati Sean.
Beriringan beberapa pelayan membawa nampan yang berisi aneka hidangan mulai dari pembuka, hidangan utama hingga penutup. Hampir memenuhi meja, juga tak lupa beberapa macam minuman segar dan air mineral.
"Silakan, Tuan." Wira mempersiapkan Sean untuk mulai menyicipi hidangan.
"Kenapa hanya aku? Ayo, kalian pun harus makan satu meja denganku?." Sean meminta pada beberapa staf yang menjadi rekan metingnya beberapa saat lalu untuk bergabung. Ikut menikmati hidangan sekaligus menemaninya.
Beberapa staf itu saling berpandangan kemudian serempak menatap Wira seolah tengah meminta persetujuan.
"Terimakasih, Tuan." Lewat gerakan tangan Wira pun meminta pada bawahannya untuk ikut bergabung. Menemani Sean juga menerima masukannya andaikata ada yang kurang dari rasa atau pun penyajian menu-menu yang tersaji di resto.
Sean cukup menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulutnya. Mulai dari hidangan pembuka dan hidangan utama.
"Kami selalu memastikan bahan utama yang diolah dalam keadaan segar, Tuan. Seperti daging, aneka sea fod dan sayur mayun. Semua kami mencarinya langsung dari peternak, petani dan para nelayan."
Sean mengangguk samar, ia menyeka sudut bibirnya dengan tisu selepas menikmati hidangan laut dengan bumbu lada hitam yang cukup nikmat untuk lidahnya.
"Bagus, tetap pertahankan. Aku tidak ingin mendengar adanya komplain dari pelanggan tentang kualitas bahan dan juga kebersihan dari masakan yang resto sajikan. Berikan pelanggan pelayanan terbaik. Jangan buat mereka kecewa. Apalagi tamu VIP yang rela merogoh kocek dalam untuk bisa masuk ke tempat ini."
"Baik, Tuan. Akan saya pastikan."
"Bagus."
Lagi, Sean menghela nafas lega, hingga beberapa pelayan membawa nampan berisikan hidangan penutup.
Warna kuning segar dari dessert box cukup menyita perhatian beberapa pasang mata termasuk Sean begitu mendarat di atas meja. Terlebih toping buah mangga segar yang di potong dadu, menguarkan aroma khas yang membuat para penikmat buah tersebut nyaris menitikkan liur.
Sean tertegun, sejenak pria rupawan itu tak mampu mengalihkan pandangan pada hidangan penutup yang mengingatkannya pada seseorang.
Ruby.
Sean tersenyum sinis, merutuki diri dalam hati saat terus menghubungkan sesuatu dengan sang mantan istri yang sudah menghilang tanpa jejak.
Ayolah Sean. Lagi pula bukan hanya mantan istrimu itu yang pandai membuat hidangan penutup seperti yang ada di hadapanmu.
"Silakan dinikmati Tuan."
*Manggo regal desser*t yang sudah tertata apik di hadapan masih Sean tatap. Belum berkeinginan untuk menyentuhnya.
"Tuan." Panggilan Wira menyadarkannya. Ia lantas meraih sendok kecil untuk mulai menikmatinya.
Satu suapan kecil mendarat di mulut. Lidah Sean terasa kaku begitu rasa dari makanan yang masuk kemulut benar-benar sama dengan yang kerap ia makan beberapa bulan lalu.
Kenapa bisa begini?.
Refleks mata Sean memandang sekeliling. Ruangan tertutup yang hanya ada dirinya dan para staf yang sedang menikmati makan.
Ruby. Kenapa bisa..,
Bukan hanya mirip, rasa dari desert bahkan seperti buatan Ruby. Makanan penutup kesukaannya yang bahkan tak pernah pria itu nikmati selepas kepergian Ruby.
"Siapa nama koki yang sudah menyajikan hidangan penutup?."
"Mario, Tuan," jawab Wira.
"Dan?."
"Hanya Mario, Tuan."
"Ah, baiklah. Rasanya sesuai dengan lidahku. Pas dan segar."
"Terimakasih. Akan saya sampaikan ucapan Tuan pada koki yang bersangkutan.
Wira tersenyum tipis. Mario seperti menjadi dewa penyelamat baginya. Sesungguhnya ada sebuah alasan hingga ia tak menyebut nama Ruby, kehamilan perempuanlah yang membuat Wira merahasiakan keberadaannya.
Selepas menikmati seluruh hidangan yang disajikan, Sean memerika ponselnya yang bergetar di saku jas.
Helaan nafas terdengar selepas pria rupawan itu memeriksa benda pintar di mana satu pesan dari Margareth merubah suasana hatinya.
Bukan hanya untuk kunjungan mendadak di resto miliknya yang berada di kota sebelah, namun tujuan Sean sebenarnya adalah untuk mengikuti kemauan sang ibu. Menemui seorang gadis yang digadang-gadang akan dijodohkan dengannya.
Sean meraup kasar wajahnya. Sungguh, ini bukanlah keinginan yang muncul dari hatinya.
Tbc.
la ini malahan JD bencana gr2 percaya Sama mamaknya