Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 tawaran untuk Sabrina.
Seno begitu takut mendengar kata-kata cerai, di dalam masalah ini dia benar-benar tidak ingin kehilangan perannya sebagai seorang suami dan juga ayah untuk mereka berdua, ketahuilah bahwa pria ini sudah berubah tekadnya sudah bulat untuk menjadi seorang suami meskipun halangan yang menghadang dari pihaknya sendiri.
Maka Seno pun akan berusaha sekuat tenaga untuk melawan orang tuanya agar mereka tidak menjadi penghalang ataupun dalang yang menyebabkan keadaan runyam seperti ini.
"Sayang, kamu percayakan semua ini padaku, aku yakin setelah ini tidak akan ada lagi kejadian seperti ini lagi," terang Seno. "Aku adalah laki-laki yang hampir saja kehilangan separuh nyawaku, yaitu kalian berdua, jadi untuk sekarang tolong jangan pernah meminta sesuatu yang aku sulit untuk mengabulkan itu," mohon Seno dengan mata yang sayu.
Shafina sejenak terdiam, dia tidak pernah menyangka kalau Seno akan berkorban seperti ini demi dirinya dan juga anak yang sekarang ada di gendongannya, bahkan selama tiga bulan ini sudah banyak pengorbanan yang pria itu berikan kepada dirinya, sehingga sulit sebenarnya untuk berpisah dengan Seno.
"Mas, maaf atas sikapku yang tadi, seharusnya dalam situasi seperti ini aku menguatkan mu bukan malah mempersulit dirimu seperti ini," ucap Shafina tiba-tiba.
"Sayang, apa kamu beneran tidak ingin berpisah denganku?" tanya Seno.
"Sebenarnya aku tadi hanya emosi Mas, pada dasarnya aku juga tidak ingin kehilanganmu," ungkap Shafina.
"Terima kasih Sayang, untuk kejujuranmu itu, terus terang saja aku sangat bahagia mendengar pengakuanmu, jangan pernah lagi ya kau berbicara seperti itu lagi," sahut Seno sambil mencium kening istrinya.
Saat ini Seno sudah siap untuk menemui orang tuanya yang sudah tertangkap di markas Gilang, untuk sekarang Seno sudah menyiapkan diri untuk memberi peringatan kepada mereka agar supaya mereka tidak menggangu ketenangan keluarga kecilnya, sebagai seorang anak bukanya dia hendak kurang ajar terhadap orang yang sudah membuatnya hadir di dunia ini.
Justru perbuatan orang tuanya yang begitu tega terhadap dirinya, apalagi ini menyangkut bayi yang tidak berdosa itu, mereka sangat tega ingin menghabisi makhluk kecil itu.
Di markas Gilang, saat ini Sabrina begitu kesusahan untuk bergerak apalagi tangan dan kakinya di ikat sehingga membatasi pergerakannya, bahkan saat ini wanita paruh baya itu begitu syok melihat suami dan juga para anak buahnya di tahan oleh Gilang.
Dan ada lagi yang membuatnya terkejut yaitu keberadaan Baron dan anak buahnya yang masih ada di dalam tempat yang sama, dengan bukti yang begitu kuat seperti ini, bisa saja Gilang menjebloskan mereka semua ke dalam jeruji besi, apalagi ada sebuah bukti berupa video dari warga, di mana dirinya melempar seorang bayi yang tidak berdosa itu.
"Kaget kan Bu," ungkap Gilang terhadap ibu Seno. "Anak buah Ibu sudah ketangkap semua, bahkan suami Ibu tidak berdaya di atas kursi yang sudah mengikat tangan dan kakinya, seperti Ibu saat ini," seringai Gilang.
"Kurang ajar! kau anak kemarin sore mau melawanku seberapa besar kekuasaanmu sialan!" geram Sabrina.
"Ibu tanya seberapa besar kekuasaanku, buktinya Ibu dan para antek-anteknya ketangkap basah di tanganku, jadi jangan tanyakan lagi seberapa besar kekuasaanku," sahut Gilang dengan enteng.
"Aku tidak akan pernah melupakan kejadian ini suatu saat nanti aku akan membalas semua perbuatanmu ini," ancam Sabrina.
"Stop Ma! Jangan pernah lagi Mama mengancam seseorang, hanya karena keinginan Mama tidak terpenuhi!" teriak Seno yang baru datang. "Berapa kali aku mengingatkan Mama kalau aku ini sudah dewasa jadi tolong hargai keputusanku, kalau memang mama tidak suka dengan menantu Mama, cukup diam saja jangan berbuat hal yang nantinya akan merugikan Mama sendiri!" bentak Seno sambil menitihkan air mata, karena ini hal pertama dirinya membentak sang Ibu.
"Kamu berani membentakku!" geram Shafina.
"Iya, aku sekarang berani membentak Mama, karena dari dulu Mama selalu mengekang Seno, mulai dari Seno kecil Mama selalu ikut campur, tidak boleh bergaul dengan si A ataupun di B, dan lihatlah Gilang, anak kecil yang dulu Mama pandang hina sekarang sudah menjadi orang sukses seperti ini, bahkan dia yang membantu anak Mama dalam keadaan susah," ucap Seno.
"Kamu harus tau Seno, Mama berbuat seperti itu demi kebaikanmu."
"Kebaikan yang seperti apa! Apa harus Seno menjadi pecundang dan pria berengsek, itu yang mana harapkan."
"Kalau iya kenapa? Tidak sanggup kan kamu mengikuti perintahku, maka dari itu jangan salahkan mama, jika mama berbuat seperti itu, kamu tahu sendiri kan, kalau mama tidak suka dengan sesuatu maka sesuatu tersebut jangan di dekatkan dengan mama, apalagi wanita kampung dan anak haram mu itu, mama tidak sudi mengakuinya sebagai cucu," ungkap Sabrina.
"Mama suatu saat Mama akan tahu dan menyesal jika suatu saat nanti Mama mengetahui alasanku mempertahankan istri dan anakku, dan untuk sekarang aku sangat menyayangi mereka berdua, jadi mohon maaf Seno akan membawa kasus ini di kepolisian apalagi sudah ada bukti yang menguatkan kalau Mama itu bersalah," ancam Seno.
"Oh berarti kamu ikut-ikutan sama temanmu ini untuk menjebloskan mama ke penjara, kurang ajar sekali kamu Seno!" geram Sabrina.
"Mama hanya punya dua pilihan, pergi dari kehidupan Seno atau masuk Bui," kata Seno, sambil tersenyum licik, dia sudah tahu kelemahan orang tuanya.
Sabrina hanya terdiam dia tidak pernah menduga kalau situasi akan menyulitkan keberadaannya, apalagi semua bukti sudah ada di depan mata, kalau sampai dirinya di penjara, maka reputasinya akan segera hancur image yang selama ini dia jaga akan rusak seketika.
Tapi kalau dirinya memilih menjauh sama saja dirinya kalah dengan Shafina gadis ingusan yang sudah berhasil merebut hati anaknya, bahkan sampai sekarang dirinya sulit untuk memisahkan Seno dengan perempuan yang begitu sangat dia benci itu.
"Gimana Ma? waktu Mama tidak banyak," terang Seno.
"Kamu tega Seno, demi melindungi wanita itu, kamu dengan teganya menyudutkan mamamu seperti ini, orang yang sudah melahirkan dirimu ke dunia ini, kalau boleh aku memilih maka aku akan memilih melahirkan anak yang selalu menuruti perintahku, bukan pembangkang seperti ini." Lagi-lagi kata-kata itu yang menjadi jurus andalannya.
"Ma, sudah stop, jangan selalu berbicara seperti itu lagi, aku ini hanya ingin Mama menghargai keputusanku," tukas Seno sambil menyerahkan surat perjanjian.
"Ini surat perjanjian, dan Mama baca semua aturan yang sudah tertera di surat perjanjian ini," ucap Seno.
Sabrina pun membaca satu persatu surat perjanjian ini jikalau dan di situ ada poin-poin yang sangat memberatkan dirinya, sehingga dirinya sulit untuk melanggar, mungkin saat ini kesialan sudah menimpanya sehingga maju kena mundur pun juga.
"Seno apa tidak ada lagi peraturan yang tidak memberatkan Mama, ini peraturan semuanya memberatkan Mama," ketus Sabrina.
"Tidak ada Mam, ini memang keputusan yang Seno buat sendiri," sahut Seno.
"Tega ya kamu kepada Mama," ucap Sabrina.
"Mama mau tanda tangan apa masuk bui?" Pilihan yang di tawarkan Seno.
"Ingat semua perlakuanmu ini akan mama catat di dalam sini," tunjuk Sabrina di dadanya.
"Ma, jika keputusanku ini menyakiti hati Mama, maka aku meminta maaf yang sebesar-besarnya, tapi ketahuilah di dunia ini tidak ada orang tua yang tega ingin membunuh cucunya sendiri."
"Cuih dia bukan cucuku," ungkap Sabrina.
Sedangkan Seno berusaha untuk memejamkan mata ketika melihat mamanya meludah mendengar anaknya di sebut. "mau tanda tangan apa tidak kalau tidak siap-siap saja masuk penjara!" gertak Seno yang sudah tidak tahan lagi dengan perbuatan ibunya.
🌹 Bersambung 🌹
Catatan penulis
Selamat membaca kakak-kakak semoga saja kalian suka dengan kelanjutan bab ini.❤️❤️❤️🙏🙏🙏
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤