Istri Bayaran Milik Tuan Raja

Selesai mengucapkan sindiran pedas, Alvian kembali duduk di kursinya. Ia tidak lagi mempedulikan Cleantha. Alvian meneruskan beberapa penjelasan mengenai aturan baru yang akan diterapkan di divisi finance dan accounting.

Tentu saja hal ini membuat Cleantha lega. Ia bersyukur karena Alvian menganggapnya sebagai orang yang tidak penting untuk diperhatikan. Dengan demikian, ia telah lolos dari kemungkinan dipecat oleh atasannya itu. Sungguh tidak lucu bila dalam satu hari ia kehilangan pekerjaan hanya karena berpakaian tidak senonoh.

Pak Setyo manggut-manggut selama mendengarkan perkataan dari bos barunya. Sementara Alvian sesekali melemparkan pandangan kepada para staf secara bergantian.

Kurang lebih satu jam mereka berkumpul di ruang meeting. Hingga akhirnya Alvian menutup pertemuan itu.

"Saya rasa cukup untuk hari ini. Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya selalu terbuka untuk menerima saran dan ide dari kalian semua demi perbaikan divisi kita. Selamat siang dan selamat bekerja."

"Selamat siang, Pak," ucap semua yang hadir.

Alvian pun keluar lebih dulu diikuti asistennya dan juga Pak Setyo.

Sementara para staf yang lain kembali ke ruang kerja divisi finance.

"Clea, setengah jam lagi makan siang. Aku tunggu kamu di depan pintu," bisik Keyla.

Cleantha merespon dengan anggukan. Ia tahu bahwa cepat atau lambat, Keyla akan meminta penjelasan darinya.

...****************...

Raja sedang mempelajari berkas yang diajukan oleh Dion. Hari ini meja kerjanya penuh sesak dengan berbagai laporan dari kantor cabang. Ditambah lagi selepas makan siang dia harus menemui calon investor dari Singapura.

Namun entah mengapa di tengah kesibukannya, mendadak ia teringat pada Cleantha. Istrinya yang kerap bertingkah konyol tersebut telah berani mengenakan pakaian minim untuk pergi ke kantor.

Mengingat perbuatan Cleantha membuat Raja menjadi kesal. Terlebih saat terbayang bagaimana para pria dengan leluasa memandangi paha mulus istrinya itu. Tahu begini ia tidak akan memberikan pekerjaan untuk Cleantha.

"Tidak tahu malu," gerutu Raja mengetukkan penanya dengan keras ke atas meja.

Sontak Dion terkejut mendengar ucapan Raja. Tidak biasanya Raja meluapkan kekesalan tanpa alasan yang jelas.

"Siapa yang tidak tahu malu, Tuan?"

Raja menutup berkasnya dan memandang asistennya itu.

"Dion, apa hari ini kamu melihat Cleantha? Apa dia bekerja dengan benar di divisi finance?"

Dion tercengang sejenak. Jelas-jelas setengah hari ini ia berkutat dengan tugas-tugasnya di lantai sepuluh. Mana mungkin ia bisa bertemu Cleantha yang notabene ada di lantai empat. Pertanyaan Raja kali ini terdengar sangat tidak masuk akal.

"Maaf, Tuan, saya belum ke lantai bawah sejak tadi. Tapi jika Tuan mau mengetahui kabar Nona Cleantha, saya akan menelpon Pak Setyo sekarang juga."

"Tidak usah. Aku hanya khawatir Cleantha melakukan kesalahan. Kamu tahu bagaimana cerobohnya gadis itu."

"Baik, Tuan. Nanti kita bisa melihat Nona Cleantha lewat rekaman CCTV divisi finance. Tuan bisa memantau apakah Nona bekerja dengan baik atau tidak."

Suara ketukan di pintu ruang CEO, membuat Dion berdiri untuk melihat siapa yang datang ke ruangan bosnya.

"Dion, apa kabar?" sapa Alvian menepuk bahu Dion.

"Tuan Alvian selamat siang."

"Tidak perlu sungkan padaku. Ini hari pertamaku bekerja. Aku anak baru, sedangkan kamu seniorku. Seharusnya aku yang memberi hormat padamu," gurau Alvian.

"Dimana kakakku? Aku ingin mengajaknya makan siang."

"Tuan Raja ada di dalam. Silakan masuk Tuan Alvian."

"Terima kasih, Dion," ucap Alvian memamerkan senyumnya.

Di dalam hati, Dion keheranan melihat kepribadian Alvian yang bertolak belakang dengan Raja. Barangkali karena Alvian masih muda, ia terlihat lebih santai, ramah, dan hangat. Berbeda dengan Raja yang dingin, selalu bertampang serius, dan irit bicara.

"Selamat siang, Tuan Raja," sapa Alvian.

"Al, akhirnya kamu datang juga," ucap Raja berdiri dari kursinya.

Raja dan Alvian saling berpelukan. Mereka memang sudah lama tidak bertemu karena Alvian melanjutkan pendidikannya di London.

"Kak, maaf aku baru mengunjungimu. Setelah pulang ke Jakarta, aku harus mengurus surat-suratku. Aku juga dengar dari Mama kalau Kakak baru saja menikah lagi. Aku takut mengganggu bulan madu kalian."

"Mana pernah kamu menggangguku, Al. Mungkin kamu yang terlalu sibuk berpacaran sehingga lupa pada kakakmu."

"Aku belum punya pacar. Aku tidak sehebat Kakak yang bisa memiliki dua istri," canda Alvian.

"Istri-istriku tidak seperti yang kamu bayangkan."

"Memangnya kenapa?" tanya Alvian penuh tanda tanya.

"Nanti akan kuceritakan padamu. Bagaimana hari pertamamu menjabat sebagai direktur finance?"

"Luar biasa, Kak. Aku akan melakukan beberapa pembaharuan. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu."

"Bagus, Al. Aku yakin kamu bisa memajukan divisi finance."

"Tadi aku sempat bertemu dengan gadis yang unik, salah satu staf finance. Tapi itu tidak terlalu penting," gumam Alvian.

"Ayo kita makan siang bersama, Kak. Aku sudah lapar. Dimana restoran yang enak di sekitar sini?" tanya Alvian mengalihkan pembicaraan.

"Kita akan makan siang di Sans kafe, aku yang traktir," ucap Raja berjalan keluar dari ruangannya.

...****************...

Keyla menarik tangan Cleantha menuju ke lift.

"Clea, ayo kita ke kantin," ajak Keyla tidak sabar.

Cleantha hanya menurut pada kakaknya.

Mereka mengantri di depan lift untuk turun ke basement. Letak kantin karyawan memang ada di basement, dekat dengan area parkir mobil.

Saat pintu lift terbuka, mereka berjejal dengan karyawan lain, saling berlomba untuk memasuki lift.

"Kita harus cepat sebelum kantin penuh," ucap Keyla menerobos kerumunan karyawan lain.

Dengan kegesitannya, Keyla berhasil ada di barisan terdepan. Ia menarik Cleantha agar menyeimbangkan langkahnya. Namun mendadak Keyla berhenti hingga membuat Cleantha menabrak punggungnya.

"Selamat siang, Tuan Raja, Tuan Alvian," sapa Keyla sedikit membungkukkan badan.

"Siang," jawab Alvian membalas salam dari Keyla.

Tenggorokan Cleantha terasa kering saat melihat dua pria yang ada di hadapannya. Yang satu adalah suami sementaranya, Raja, dan satu lagi adalah atasannya, Alvian Adhiyaksa.

Entah kesialan apa yang akan menimpanya hingga ia berpapasan dengan kedua pria itu. Dan lebih parahnya lagi kedua pria itu sama-sama menatapnya.

Raja dengan sorot mata yang menghujam, sedangkan Alvian dengan tatapan penuh selidik. Namun tak lama, Raja dan Alvian sama-sama menatap lurus ke depan dan berlalu menuju mobil mereka.

Para staf wanita yang ada disitu saling senggol dan berbisik. Bisa bertemu muka dengan dua orang pria tampan nan sempurna, memang suatu anugerah tersendiri bagi mereka.

"Uh, aku tidak menyangka bisa bertemu CEO dan direktur keuangan sekaligus. Mereka membuat jantungku berdebar-debar. Terutama Tuan Alvian, dia seumuran denganku tapi sudah menjabat sebagai direktur. Sudah ganteng, pintar, dan berkuasa," ucap Keyla berdecak kagum.

"Clea, aku pesan soto ayam dulu. Kamu duduk saja di bangku," sambung Keyla.

"Iya, Kak."

Usai memesan dua porsi nasi soto ayam, Keyla duduk berhadapan dengan Cleantha.

"Katakan dengan jujur. Kenapa kamu bisa bekerja disini? Apa Tuan Raja memecatmu?"

"Tidak, aku disuruh oleh Tuan Raja untuk bekerja sebagai staf finance, Kak."

"Bagaimana dengan kontrakmu sebagai pengasuh? Tuan Raja bisa meminta kembali uang seratus juta itu kalau kamu tidak melaksanakan pekerjaanmu. Padahal uang itu sudah habis."

"Habis seluruhnya?" tanya Cleantha terkejut.

"Iya. Aku sudah melunasi hutangmu pada rentenir, lalu aku berikan sepuluh juta pada Tante Ana. Itupun dia masih mengomel berhari-hari. Dan sisanya aku pakai untuk melunasi biaya rumah sakit. Jangan coba menuduhku memakai uang itu," dengus Keyla merasa tersinggung.

"Aku tidak bermaksud menuduh Kakak. Aku mempercayai Kakak sepenuhnya. Lagipula Tuan Raja tidak akan meminta uang itu," ucap Cleantha.

"Aneh, kenapa dia baik sekali kepadamu. Lalu apa kamu bisa pulang ke rumah untuk mengurus Ayah?"

"Maaf, Kak, aku belum bisa. Aku masih harus tinggal di rumah Tuan Raja."

"Kalau kamu tidak bisa membantu secara fisik, kamu harus membantuku secara finansial. Nanti saat.mendapat gaji pertama, berikan setengahnya padaku," tandas Keyla.

"Iya, Kak, pasti," jawab Cleantha.