Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Dibuang Bak Sampah.
Masih dengan kondisi shock, Emilio termenung di kantornya dengan tatapan kosong. Foto-foto itu bagaikan pisau yang menusuk jantung juga memotong kepercayaan nya.
Lelaki itu mengerti dia pun berbuat kesalahan dan mengkhianati istrinya apalagi dengan keponakan istrinya sendiri. Namun, pengkhianatan istrinya benar-benar mampu memporak-porandakan istana yang mereka bangun bersama. Bagai istana pasir yang terhantam ombak besar, hancur tanpa bekas.
"Hahaha, ternyata kau pria menyedihkan Emilio! Kau bodoh, dungu! Kemana saja kau selama ini sampai istrimu berbuat busuk di luar sana kau tidak tau! Haha..." air mata mengaliri wajahnya, tapi lelaki itu segera menghapusnya.
"Baik, kau ingin bermain-main denganku kan Fay. Aku akan meladeni mu! Jangan salahkan aku jika mulai sekarang cintaku beralih pada wanita lain. Aku masih mencoba menahan perasaan ku pada Ellia demi kau, demi keutuhan rumah tangga kita. Aku mencoba memperbaikinya, aku mencoba untuk kembali setia padamu. Tapi sekarang, tidak akan lagi! Kau wanita murah4n! Lacurrrr!!"
Brakkk! Brakkkk! Brukkk!!!
Emilio membanting setiap benda di ruangan kantornya, sampai terdengar keluar pintu. Wajah para karyawan saling bertatap dengan mimik penuh penasaran.
"Rian! Cepat datang kesini!" panggil Emilio lewat interkom.
Tok tok tok.
"Bos, saya datang."
"Masuk!"
Rian membuka pintu lalu menutup kembali, saat dia berbalik badan pekikan kaget terdengar dari mulutnya. "B-bos, ada apa ini?"
"Nanti saja panggil cleaning servis. Sekarang aku sedang membutuhkan orang yang profesional untuk memata-matai seseorang. Hari ini harus ada!"
"B-baik, Bos. Saya segera mencarinya."
"Pergi!"
"T-tapi tangan Bos berdarah, saya akan obati atau Bos mau ke rumah sakit. Sepertinya luka Bos parah," saran Rian.
"Nggak usah banyak ikut campur, aku masih bisa mengatasi luka ini. Pergilah!"
Rian menghela nafas pasrah, apa mau dikata ucapan seorang Emilio harus di dengar tidak boleh ditolak atau dibantah.
.
.
Di dalam mobil, Fatir terus melirik ke bagian belakang dimana Divya duduk bersama Sisil. Sedangkan ia menyetir mobil dan Wina duduk di sebelahnya di jok depan.
"Fokus aja ke depan, Tet. Lo mau kita semua kecelakaan, heh! Jadi gue harus mengalami kematian dua kali, gitu!" sungut Divya dari jok belakang.
"Beneran Win, kita harus percaya sekarang... itu asli roh si Divya. Kalo sama kita kan bawaannya marah-marah mulu, nggak sabaran. Khe khe.... udah jadi hantu aja, masih nggak sabaran dia." Fatir sudah mulai bisa menerima, lelaki itu terkekeh geli.
"Gimana Div, enak kan dibunuh lelaki yang bergelar suami? Lelaki yang luh bela-bela bahkan menghancurkan pertemanan kita semua. Mantap bukan? Diselingkuhi pula, wow!" sindir Wina seraya melirik dingin dari kaca spion depan ke arah Divya.
"Ibarat nasi sudah menjadi bubur, tinggal bubur itu kita makan aja. Kayak sekarang, tinggal gue nikmati hidup aneh gue ini. Gue tau sejak gue kenalin Finn sama luh... lo udah nggak suka sama dia, lo pernah bilang sama gue kalo dari tatapan mata Finn nggak ada cinta buat gue. Lo juga pernah difitnah dan dihina olehnya dan waktu itu gue akui, gue bersalah sama luh karena nggak bela lo. Sorry, Win. Apa nggak ada maaf buat gue?"
"Gue masih sakit hati, sekarang gue ada disini sama luh cuma buat kerja. Sekarang, money is more valuable buat gue!" ketus Wina.
*uang lebih berharga.
Akhirnya Divya tidak bicara lagi dengan Wina.
"Ohya, Tet. Selama lo membuntuti Finn, dia nggak ada datang ke rumah yang gue bilang itu. Disana lah kejadian bermula dan gue dipukul."
"Finn nggak ada kesana, mana mungkin para pelaku kembali ke TKP. Gue cuma tau dari para tetangga, kalau rumah itu sudah agak lama kosong lagi. Para tetangga pun nggak yakin, lo tau lah perumahan elit tapi bertetangga sulit. Jarang bersosialisasi."
Divya hanya mengangguk paham.
"Pantes aja mereka ketemunya di hotel." Ujar Divya.
"Yo."
Sejak tadi Sisil hanya diam mendengarkan, gadis itu masih belum mengerti. Divya berbalik ke arah Sisil yang menatap ketiga orang yang sedang bicara di dalam mobil.
"Kamu diem aja kayak gini, Sil. Entar ikut pusing kalo ikutan bicara." Ujar Divya.
Sisil mengangguk.
"Ngomong-ngomong hoodie nya bagus, ini yang dari aku kan punya nya Non-mu?" Divya melirik hoodie yang dipakai Sisil.
"Iya, Non. Eh Nyonya Divya."
"Panggil aku Non aja kayak biasa, Sil. Biar nggak ada yang curiga, btw ini ada nama Maxime di belakang hoodie nya. Apa ini yang pemuda itu bilang kalau punya hoodie couple-an dengan Ellia, ya?"
"Mungkin iya, Non. Apa gapapa aku pakai, Non?"
"Enggak papa lah, pakai aja."
Suasana mobil pun hening, tidak ada obrolan lagi sepanjang sisa perjalanan. Lalu, akhirnya mobil memasuki sebuah parkiran sebuah rumah, dari luar rumah itu terlihat biasa saja.
.
.
Bali.
Finn berdiri di balkon kamar hotel, menikmati angin dari arah laut. Hotel yang ia tempati bersama Fayyana, berada tak jauh dari laut.
Lelaki itu sedang mengisap rokok seperti biasa, itu sudah menjadi kebiasaan jelek baginya apalagi setelah Divya tidak ada untuk mengurusnya di rumah, tidak ada lagi yang melarang ia menghirup racun nikotin yang bisa meracuni jantung nya. Tidak ada lagi perhatian-perhatian lembut atau pun masakan enak buatan istrinya itu.
"Hhhhhh..." sejak beberapa hari lalu dia selalu kepikiran Divya, apalagi disaat tubuh Divya yang sudah tidak bernyawa hilang entah kemana pikirannya semakin tertuju pada istrinya itu.
"Tenanglah, mayatnya akan kita temukan. Aku yang salah, saat itu aku lepas tangan dan membiarkan orang itu membawa tubuh Divya agar diamankan. Kita sedang bersenang-senang, sayang. Ayolah, jangan banyak pikiran. Aku harus kembali pada teman-temanku nanti sore, katamu kamu harus pulang hari ini ke Jakarta."
"Kau yang meneleponku kesini, bahkan kau berani mengancam ku akan membongkar tentang aku yang membunuh Divya. Tiga hari lalu, saat kau pergi untuk menemui suamimu kau sudah menghina harga diriku. Meskipun aku selingkuhan mu tapi aku juga lelaki yang punya harga diri, tapi saat itu kau sudah menginjak-injak harga diriku! Seharusnya kau malu memanggilku kesini!"
"Ya ampun, sayang. Aku kan sudah minta maaf sejak kemarin. Kamu juga udah bersikap biasa lagi padaku, lagipula kamu juga tau aku nggak jadi tidur dengan Emilio. Dia masih sama, miliknya nggak bisa bangun."
"Jadi benar pikiranku tentangmu, sebenarnya aku hanya lah tempat pelampiasan mu. Aku yakin disaat Emilio nantinya sembuh seperti tiga hari lalu saat dia mengajakmu tidur dengannya... saat itu kau akan segera membuangku, bukan?" bibir Finn tersenyum sinis.
"Enggak dong sayang, masa aku membuang mu. Kau lelaki terbaik bagiku, sudah aku bilang kan." Fayyana terus bicara manis.
"Kau pikir sikapmu tiga hari lalu itu bukan membuang ku demi suamimu! Kau begitu bersemangat saat Emilio menelepon mu untuk berbulan madu kembali. Sudahlah! Sepertinya ini akan menjadi pertemuan terakhir kita. Lagipula aku akan sibuk mencari keberadaan istriku dan banyak hal yang harus aku urus. Aku nggak mau lagi menjadi lelaki pemuas nafsumu! Aku pergi!" Finn melepas belitan tangan Fayyana yang memeluknya dari belakang, lalu berbalik pergi dari kamar itu.
"Finn!!!!" teriak wanita itu, namun pintu kamar sudah tertutup. "Sialan kau! Kau pikir hanya kau laki-laki di dunia ini! Aku bisa mendapatkan lelaki lain untuk memuaskan nafsuku! Argghtt!
Fayyana mengamuk, wanita itu tidak terima ditinggalkan oleh Finn. Wanita itu merasa sudah dibuang begitu saja bak sampah, setelah dirinya tega mengkhianati suaminya demi tidur dengan lelaki itu.