Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Binar Joyohadi Kusuma
Para pengawal akhirnya bisa menyalip taksi yang ditumpangi gadis cantik itu. "Ah, sial," umpatnya.
Gadis cantik itu bernama Binar Joyohadi Kusuma, ia berusia 25 tahun. Binar merupakan putri tunggal dari konglomerat berdarah biru yang bernama Dewa Joyohadi Kusuma. Mama dan Papa Binar sudah bercerai karena Papa Binar tergoda oleh pelakor yang merupakan sekretarisnya di kantor. Papa Binar memutuskan menikahi pelakor beranak dua itu dan menceraikan istrinya.
"Nona, kami mohon Nona ikut mobil kami, kalau tidak, Tuan Dewa bisa marah," bujuk salah satu pengawal sembari menggedor kaca mobil.
"Astaga, aku ini bukan anak kecil lagi, aku bisa pulang sendiri!" teriak Binar.
"Ayolah Nona, jangan menyusahkan kami dan membuat kami kehilangan pekerjaan. Kami mohon." Pengawal itu memelas dengan wajah sedihnya membuat Binar merasa kasihan.
Akhirnya dengan kesal, Binar pun mengeluarkan uang selembar seratus ribu dan memberikannya kepada sopir taksi itu. Binar keluar dari dalam taksi dan menatap tajam ke arah pengawal-pengawal yang menghentikan taksinya. "Kalian sungguh luar biasa, tahu kelemahanku dengan menjual kesedihan," ketus Binar.
"Maaf, Nona, kami terpaksa," sahut salah satu pengawal itu dengan menundukkan kepalanya.
Binar pun masuk ke dalam mobil pengawalnya. Binar baru saja pulang dari Amerika, dia habis melakukan liburan karena dia merasa jenuh diam di rumah apalagi melihat ibu tiri dan kedua anaknya yang sangat menyebalkan. Binar sebenarnya ingin sekali tinggal bersama Mamanya namun Papanya mengancam tidak akan membiayai Binar jika Binar tidak ikut dengannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Binar pun sampai di rumah yang bak istana kerajaan itu. "Kamu dari mana saja? bukanya seharusnya kamu sampai di rumah satu jam yang lalu," ucap Papa Dewa dingin.
"Kenapa Papa mengirim mereka ke Bandara? Binar sudah besar, jadi Binar bisa pulang sendiri," sahut Binar dengan kesalnya.
"Kalau kamu pulang sendiri, itu terlalu bahaya. semua orang tahu kalau kamu adalah putri Papa, orang jahat ada di mana-mana jadi Papa harus waspada," ucap Papa Dewa.
"Tumben, Papa perhatian sama Binar? bukanya prioritas Papa selama ini hanyalah si nenek sihir dan dua anak tidak tahu diri itu," ucap Binar sembari mendudukkan tubuhnya di atas sofa.
"Jaga ucapan kamu, Binar. Bagaimana pun sekarang dia sudah menjadi mama mu jadi kamu harus menghormati dia juga," ucap Papa Dewa.
"Dia bukan mama Binar, Pa. Sampai kapan pun Binar tidak akan pernah menganggap pelakor itu sebagai mama Binar dan Papa jangan paksa Binar!" tegas Binar.
Dewa hanya bisa menghela napasnya kasar, sudah 15 tahun dia menikah dengan Dona tapi Binar masih saja tidak mau menganggap Dona sebagai mamanya. Sudah berbagai cara, Dewa lakukan tapi Binar tetap saja seperti itu. Bahkan Dewa harus mempekerjakan pengawal untuk menjaga putrinya karena Binar tidak betah tinggal di rumah dan selalu bepergian.
"Ya sudah, sekarang lebih baik kamu istirahat dulu dan Papa harus kembali ke kantor. Jangan lupa makan dan jangan sampai kamu kecapean," ucap Papa Dewa.
Dewa bangkit dari duduknya dan mencium kepala Binar lalu Dewa pergi dari rumah itu. Binar mengusap wajahnya dengan kasar, sungguh dia sangat merindukan papanya yang dulu, Papa yang hanya memprioritaskan dirinya seorang namun sekarang dia seakan tersisihkan. Binar pun melangkahkan kakinya, tapi di tangga dia berpapasan dengan saudara tirinya.
"Kak Binar, kapan pulang?" tanya Veronika dengan senyumannya.
"Jangan sok manis kamu, minggir aku mau istirahat." Binar menabrak pundak Veronica membuat Veronica sedikit oleng.
Binar masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintu, membuat Veronica tersentak kaget.
"Kapan Kak Binar bisa menerima aku sebagai adiknya? padahal aku senang sekali bisa mempunyai kakak perempuan," ucap Veronica dengan tatapan sedihnya.
Veronica memang baik kepada Binar, dia justru sangat bahagia mempunyai kakak perempuan karena kakaknya Virlo tidak bisa dia ajak curhat. Namun sayangnya, Binar tidak menyukai Veronica dan tidak pernah menganggap Veronica seperti adiknya. Veronica mempunyai penyakit gagal ginjal yang diharuskan cuci darah setiap minggu.
***
Malam pun tiba....
Semua orang sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. "Binar mana?" tanya Papa Dewa.
"Ada di kamarnya, dari tadi siang kakak tidak keluar kamar," sahut Veronica.
"Anak itu, benar-benar ya." Dewa bangkit dari duduknya hendak memanggil putrinya itu.
"Tunggu Pa, biar Mama saja yang panggil Binar," ucap Mama Dona.
"Baiklah."
Dona pun dengan cepat melangkahkan kakinya menuju lantai dua, dan membuka pintu kamar Binar dengan kasar. "Kamu ngapain malah rebahan, cepetan turun semua orang sedang menunggu kamu!" sentak Mama Dona.
"Aku tidak sudi makan satu meja dengan kalian, kalian makan saja sana jangan pikirkan aku," geram Binar.
"Saya memang tidak pernah memikirkan kamu, bahkan kamu tidak makan pun, saya tidak peduli tapi Papa kamu akan marah jika saya tidak membawa kamu turun sekarang," kesal Mama Dona.
Binar mengangkat ujung bibirnya. "Kalau aku tidak mau turun, apa yang akan kamu lakukan?" tantang Binar.
"Saya akan mengadu kalau kamu sudah berbuat kasar kepada saya, dan saya yakin uang jajan kamu akan dihilangkan," ucap Mama Dona dengan senyuman liciknya.
Binar mengeraskan rahangnya. "Dasar nenek sihir, tidak tahu diri!" bentak Binar.
"Cepat turun, kalau dalam waktu 5 menit tidak turun, kamu akan tahu akibatnya," ancam Mama Dona.
Dona pun dengan cepat keluar dari dalam kamar Binar. Binar melempar bantal ke arah pintu, sungguh dia merasa sangat kesal kepada Mama tirinya yang sangat licik itu. Akhirnya dengan terpaksa, Binar pun turun ke bawah dan bergabung di meja makan.
"Kamu itu sedang apa sih di dalam kamar? memangnya kamu tidak lapar?" tanya Papa Dewa.
"Aku belum lapar, lagipula jika aku lapar, Aku bisa suruh si bibi untuk membawakan makanan ke kamar," sahut Binar ketus.
"Sayang, tidak baik makan di dalam kamar. Apa salahnya kita makan sama-sama, Mama sangat rindu kita bisa berkumpul seperti ini," ucap Mama Dona dengan pura-pura baik.
"Dasar penjilat," gerutu Binar.
"Binar! jangan buat Papa marah, kamu itu selalu tidak sopan kepada mamamu!" bentak Papa Dewa.
"Makanya Papa jangan terlalu memanjakan Binar, biar dia tidak manja dan tidak selalu melawan orang tua," sambung Virlo.
Binar menatap sinis ke arah Virlo. "Kalian semua memang para penjilat ulung, di hadapan Papa kalian sok baik dan perhatian tapi di belakang Papa, kelakuan kalian macam harimau yang siap menerkam dan membunuh aku. Kalian memang cocok jadi pemain sinetron, dasar keluarga tukang drama," sinis Binar.
"Binar, hentikan!" bentak Papa Dewa.
Binar bangkit dari duduknya, dia tidak jadi makan dan memilih untuk kembali ke kamarnya. Sedangkan Dewa, tampak sangat emosi dengan kelakuan Binar bahkan napasnya terlihat naik turun saking emosinya dengan ucapan Binar. Dona berusaha menenangkan Dewa, dia pura-pura sedih padahal di dalam hatinya dia merasa senang karena Dewa akan semakin membenci Binar.