Kim Woo-jin masih bertahan membaca komik romansa remaja karena tertarik pada karakter Shimizu Miyuki, teman masa kecil karakter utama laki-laki dalam cerita. Namun, seperti yang sering terjadi, teman masa kecil biasanya hanya berperan sebagai pemanis di awal kisah dan tidak terpilih sebagai kekasih hingga akhir cerita.
Fenomena ini sudah menjadi klise dalam komik bergenre 'Harem,' yang merujuk pada karakter utama laki-laki dan para gadis-gadis yang menyukainya. Sebuah pola yang, meski berulang, tetap berhasil menarik perhatian pembaca.
"Selalu sama seperti yang lain, hanya saja sifatnya sangat baik dan polos. Tapi menerima semuanya dengan senyuman saat ditolak, sungguh hebat sekali. Awal cerita mereka selalu bersama seperti tidak terpisahkan, tapi setelah SMA, banyak gadis yang mendekati Protagonis Sampah," gumam Kim Woo-jin.
(Penulis : Sudah lama ya nggak ketemu xixixi~ aku sibuk dan lupa password, baru inget dan dah lupa lanjutan cerita yang aku buat ... selamat membaca~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayang_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehadiran yang Mengguncang
Kehadiran yang Mengguncang
"Miyuki-chan."
Ryuji memanggil Miyuki di belakang sekolah, tempat yang sunyi dan sepi, untuk berbicara berdua. Tatapan mata Ryuji terlihat sedih, seolah menahan sesuatu.
"Kenapa? Kenapa kamu sekarang seperti menghindariku? Bukankah kita teman spesial?"
Miyuki menunduk, menghindari tatapan serius Ryuji. Miyuki tidak berani menatap langsung ke arah Ryuji.
"Apa kamu pacaran dengan Ren, dan sekarang menjauh dariku?"
"Apa?"
Satu langkah mendekat, Ryuji kembali bertanya, "Apa kamu ingat janji kita? Kita akan selalu bersama, dan kamu ingin menjadi istriku di masa depan, kan?"
Miyuki terkejut dan langsung menatap Ryuji.
"Aku harap kamu masih ingat apa yang kita janjikan. Tolong, jika kamu pacaran dengannya, lebih baik hentikan demi janji kita."
"Ryuji-kun... Ryuji-kun, apa yang kamu katakan? Membingungkan sekali. Kupikir kamu sudah lupa dengan janji kita? Kamu menyukai mereka sekarang, tiba-tiba bicara tentang janji. Apa kamu baru ingat sekarang?"
Ryuji terkejut. Ini pertama kalinya Miyuki berbicara seperti itu padanya.
Pagi ini, Ryuji bermimpi tentang masa kecil mereka dan janji yang pernah mereka buat. Keputusan untuk memberitahu Miyuki tentang janji itu terasa semakin mendesak.
Ryuji berpikir, 'Betapa bahagianya jika, selain keempat gadis Four flowers, menjadi kekasihnya, Miyuki juga bisa menjadi salah satunya. Menjadi kekasihnya.'
(Penulis: ┻━┻ ヘ╰( •̀ε•́ ╰)
"Baiklah, aku akan jujur. Aku baru saja mengingat janji kita. Aku bermimpi tentang saat-saat kita saling berjanji. Maaf, Miyuki-chan, aku benar-benar lupa. Aku minta maaf..."
Miyuki terdiam, memalingkan wajahnya, enggan menjawab. Miyuki mulai melangkah pergi, namun pergelangan tangan kanannya digenggam oleh Ryuji.
"Tunggu dulu, Miyuki-chan. Aku belum selesai bicara. Tolong jangan pergi dulu. Aku... aku tahu sekarang. Pasti kamu menyukaiku, kan? Kita bahkan sampai membuat janji seperti itu, dan di masa depan kita akan mewujudkannya."
"Lupakan saja, Ryuji-kun. Janji saat itu bukan sesuatu yang bisa dipermainkan. Aku yakin kamu tidak serius, kan?"
"Apa? Apa? Aku sangat serius, Miyuki-chan!"
"Lalu kenapa kamu lupa?"
"Aku... aku manusia. Wajar kalau lupa, ini kan... ayolah..."
Jarak yang awalnya jauh tiba-tiba menjadi dekat, diikuti oleh sebuah ciuman mendadak. Miyuki dengan cepat mendorong Ryuji, yang tampak terkejut melihat respon dari mata Miyuki yang bergetar. Meskipun hanya sesaat, itu jelas menjadi ciuman pertama yang berhasil dicuri.
"Kenapa? Kenapa, Ryuji-kun? Kenapa?" tanya Miyuki dengan suara putus asa, seperti kehilangan akal.
"Miyuki-chan, aku tahu kamu menyukaiku, kan? Aku melakukannya karena aku tahu kamu menyukaiku. Tidak. Kamu mencintaiku, bukan?"
"Tidak..."
"Apa?"
"Tidak! Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku tidak mencintaimu! Kenapa... kenapa kamu melakukan ini?!"
Ryuji terkejut saat melihat air mata mengalir di wajah Miyuki. Ryuji pun mendekat, saat tangan Ryuji terulur, Miyuki dengan sigap menepisnya.
Ryuji segera mengalihkan pembicaraan, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Miyuki.
"Kamu selalu baik padaku, selalu ada di sampingku. Jujur saja, aku berpikir... meskipun terlambat, sekarang aku tahu perasaanmu padaku," ucap Ryuji dengan suara lirih.
"Begitu ya..." Bukan Miyuki yang bicara, melainkan Ren, yang kehadirannya membuat Miyuki terlihat paling terkejut.
"Kupikir benar-benar ada efek kupu-kupu, meskipun tidak sepenuhnya sama," gumam Ren pada dirinya sendiri sambil melangkah, tatapannya tertuju pada mereka berdua.
"Ren, kebetulan kau di sini. Sekarang aku mau bilang kalau Miyuki-chan dan aku sudah berjanji—"
"Sampah."
"Huh?"
"Kau pikir kau raja yang punya banyak selir?"
"Apa yang kau bicarakan?"
Ren melirik ke arah Miyuki, yang tampak ketakutan dan terlihat pucat.
"Mau bagaimana lagi..." Ren bicara dengan nada dingin sambil terus melangkah hingga berdiri tepat di depannya. "Sampah tetaplah sampah. Sampah harus dibuang ke tempat sampah, kan?"