Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 (overdosis)
Krittin sampai di mansion pukul 21:08, tatapan nya menelisik pada beberapa orang yang berdiri di depan pintu rumah nya, bersiap menyambut kedatangan sang majikan. Ada yang aneh, Krittin melirik arloji nya kembali untuk memastikan jam berapa sekarang, tidak terlalu malam, lalu kembali pada para bawahnya. Netra nya tak dapat menemukan bayangan seseorang yang selalu menunggu nya, padahal dia tidak pernah melewati sehari pun untuk menunggu kedatangan Krittin meski harus tertidur di sofa sebab suaminya baru bisa pulang tengah malam.
Jayden menatap Krittin dari kaca spion yang menghadap ke belakang, menyadari jika ada yang sedang di pikirkan majikan nya karena Krittin tak kunjung beranjak keluar padahal mobil sudah terparkir hampir lima menit di depan mansion.
" Sejak kapan kau punya hobi baru, " Suara Krittin mengejutkan Jayden hingga membuat pria itu gelagapan kebingungan.
" H-hobi baru... Hobi baru apa tuan? " Jeyden terlihat kikuk sendiri, masih dengan menatap Krittin dari kaca spion.
" Mengamati ku, " Krittin berbalik menatap Jayden lewat kaca spion " Sejak kapan kau suka melakukan itu? "
" Maaf tuan,"
" Jangan di teruskan, kau membuat ku takut. " Krittin kembali melempar pandangan nya keluar kaca, abaikan Jayden yang melotot terkejut mendengar ucapannya.
" Maaf tuan, " Sampai akhir hanya kata itu yang bisa Jayden ucapkan, meski dalam hati ingin sekali mengatakan jika ia mengamati karena khawatir terhadap Krittin, bukan karena dia suka pada nya.
" Jayden? "
" Iya tuan. "
" Hanian Arabella, apa sungguh tidak ada catatan apapun tentang dia? Selama ini kau tak pernah gagal menggali informasi yang tersembunyi sekalipun, tapi bagaimana mungkin manusia hidup tanpa latar belakang, pasti ada tempat dari mana asal usul nya, bukan? "
" Tapi dia terlihat seperti baru keluar dari gua tuan,"
" Kau ingin ku tampar. "
Jayden menelan ludah nya " Maaf tuan, catatan nona Hanian Arabella sangat bersih, bahkan saya ragu kalau itu bukan nama aslinya."
" Aku melihat memar di lehernya, dia juga berkata kalau tinggal di sel penjara. Apa masuk akal gadis sekecil itu menjadi buronan polisi? "
" Tuan, anda terlihat sangat peduli, ini tidak seperti anda biasanya. "
Krittin juga memikirkan apa yang di katakan Jayden, dia tidak biasanya peduli dengan orang lain apalagi tidak ada hubungan apapun yang mengikat mereka. Tapi entah mengapa hati nya menginginkan untuk terus dekat dengan Hanian, melindungi nya dan membuat nya tetap aman di sisinya.
" Aku sendiri tidak mengerti Jayden, ada perasaan aneh yang muncul saat melihatnya, entah karena apa, tapi hati ku sangat ingin melindungi dia. Menurut mu ada apa dengan ku? "
Jayden terlihat berpikir, menafsirkan semua keluhan Krittin untuk mencoba mengerti apa yang sedang di rasakan pria itu, " Apa mungkin anda menyukai nya tuan? "
" Iya, aku suka saat melihat dia makan dengan lahap.... "
" Bukan, " Jayden menyela, " Bukan suka seperti itu, maksud saya suka di sini dalam artian anda mencintai nona Hanian. Kalau melihat dari ucapan anda, anda terdengar seperti orang yang sedang jatuh cinta, apa itu benar tuan? "
" Entahlah, kau terdengar seperti begitu paham soal perasaan?"
" Aku hanya tahu sedikit tuan."
" Jadi kau pernah mengalami jatuh cinta?" Krittin bertanya dengan wajah tak percaya, karena setahu dia Jayden tak pernah terlibat dengan urusan wanita.
" Tidak sekali pun, aku mengetahuinya dari membaca buku tuan. " Jayden berkata jujur, tak peduli Krittin mau percaya atau tidak, tapi melihat nya tak henti bertanya seperti nya Krittin masih tertarik dengan pembahasan itu.
" Lalu bagaimana menurut mu kalau orang sedang jatuh cinta? "
" Tidak jauh berbeda dengan apa yang anda rasakan tuan. Orang yang jatuh cinta memiliki keinginan yang besar untuk melindungi orang yang di cintai, tidak suka kalau ada pria lain yang mendekati nya, dan satu hal yang paling sering terjadi. Anda akan merasakan jantung anda berdebar ketika melihat nya. Apa anda merasakan itu tuan? "
"Tidak, selama berbicara dengan nya jantung ku berdetak biasa aja. "
Jayden terdiam, lalu kembali berbicara " Mungkin anda ingin melindungi nona Hanian hanya sebagai seorang kakak, tuan. "
" terdengar lebih masuk akal, dari pada teori tentang cinta mu itu. "
Krittin keluar dari mobil, melangkah masuk melewati beberapa pelayan yang tertunduk memberi hormat. langkah nya pasti menuju ke ruang tengah, sofa di sana kosong hanya ada Gena dan beberapa pelayan lain yang tengah membersihkan perabotan nya. Velora benar- benar tak terlihat, entah mimpi apa yang wanita itu dapat kan, Krittin tidak mau peduli karena dalam pikiran nya mungkin saja Velora sudah lelah mengejar dan memilih menyudahi kebodohan nya selama ini yang tak membuahkan hasil.
Tapi belum sempat tangan Krittin meraih knop pintu, suara pintu kamar di sebelah nya terdengar. Wajah orang yang di cari nya muncul, rambut panjang itu di biarkan tergerai tak di hias sebagai mana biasanya, hanya di sisir rapi dan di biarkan beberapa helai nya menutupi dahi. Bukan hal aneh lagi melihat wajah cantik itu terlihat sembab, tapi ada apa dengan sorot mata nya, itu terlihat berbeda dari orang yang setiap hari menampilkan kebahagiaan dan penuh cinta.
Tak ingin berlama- lama, Krittin meraih knop pintu kamar nya dan melangkah masuk meninggalkan Velora yang masih mematung di depan kamar nya sendiri. Merebahkan diri di atas kasur, dengan tangan yang ia gunakan sebagai bantal.
Sementara Velora tengah menggigit bibir bawah nya ketika merasakan gugup dan takut, menatap pintu kamar milik suaminya yang selama dua tahun ini tak pernah ia tempati, terakhir kali ia masuk ketika suami nya mengalami mimpi buruk dan berakhir terjadi pertengkaran. Dengan nafas yang di hembuskan kasar, Velora memantapkan hati untuk membuka pintu kamar itu, sudah bisa di tebak akan bagaimna reaksi pemilik nya.
Krittin menoleh dengan kening mengerut kala suara decitan pintu terdengar, tak ada yang berani masuk ke kamar nya selama ia ada di dalam, siapa pun, kecuali istri nya. Dan benar saja dugaan nya, Velora terlihat di ambang pintu, menatap nya teduh dengan ketakutan yang terlihat jelas dari ekspresi wanita itu.
" Kau mulai berani masuk ke kamar ku terang- terangan sekarang?" Ucap Krittin bangkit dari tidurnya, amati Velora yang tak bergerak di posisinya " Pergi! "
" Maafkan aku. "
" Aku membencimu, menjauhlah dari ku, semakin aku melihat mu kebencian ini terus bertambah Velora... "
" Tapi kenapa? " Velora kembali menitik kan air mata seolah tak pernah lelah melakukan itu "aku mencintaimu tuan, maafkan aku sudah memiliki perasaan ini tanpa seizin mu. "
" Untuk apa memberitahu ku, kamu pikir dengan kamu mengatakan nya aku akan berubah begitu? Kamu berharap aku membalas perasaan mu, Velora? " Krittin melangkah lebih dekat, tatapan nya tajam tak teralihkan dari netra coklat terang yang tak henti meneteskan air mata. Dadanya sesak melihat pemandangan itu, tapi dia tidak mau berhenti, dia tidak ingin terjebak dengan perasaan bodoh nya yang akan semakin memperumit kehidupan nya.
" Itu tidak akan pernah terjadi Velora, Wanita seperti mu tidak pantas mendapatkan cinta ku, jadi hentikan khayalan mu yang ingin hidup bahagia dengan ku, karena aku tidak akan pernah sudi memberikan hati ku pada mu. Ingat itu!!"
" Apa aku sudah membuat kesalahan sampai kau begitu membenci ku tuan? " Velora berusaha kuat meski dirasa tenaga nya terkuras habis karena menangis seharian.
Sudut bibir Krittin terangkat sebelah, mendengus kasar dan kembali menatap tajam istri nya " Tanyakan hal itu pada ayah mu, dia lebih tahu dari siapa pun. "
Velora menunduk, ketakutan nya semakin besar ketika mengetahui jika kebencian Krittin menyangkut kan ayah nya. Apa mungkin selama ini Krittin sudah tahu rencana ayah nya yang ingin merampas Moonveil Corp, memang sangat tidak mungkin seseorang yang begitu berpengaruh seperti Krittin akan rela di permainkan, sudah sepantasnya Krittin berperilaku buruk, kalau orang lain mungkin dirinya sudah di siksa dan hidup menderita, tapi Krittin membiarkan nya hidup sesuka hati. Apa masih pantas dia meminta lebih setelah tahu apa yang di perbuat ayah nya, Velora menyesal karena merasa paling tersakiti, dia tidak pantas mengeluh karena kebencian yang Krittin miliki memang harus ia hadapi sebagai balasan dari keinginan orang tuanya.
"Apa aku sungguh tidak bisa membuat mu bahagia tuan? "
" Pergi, hanya itu yang bisa membuat ku bahagia. Menjauhlah dari ku kalau bisa mati saja, bukan kah kau mencintai ku? seharusnya kau rela mati demi keinginan orang yang kamu cintai bukan?! " Masih dengan senyum nya, Krittin menutup pintu kamar dan terduduk di kasur dengan tangan pegangi dadanya.
Velora menyeret langkah nya kembali ke kamar, mengunci pintu kamar dengan tubuh yang merosot bergetar karena tangis nya. Beberapa menit Velora kembali tenang, tatapan nya bergeser pada sebuah botol obat di atas laci. suara bantingan pintu terdengar dari luar, dengan tergesa Velora berjalan mendekati jendela, dan benar seperti dugaan nya, Krittin kembali pergi ke luar sama seperti setiap kali mereka bertengkar.
" Maaf Tin, aku sungguh ingin membuat mu bahagia. " Dengan tangan gemetar Velora menelan obat penenang yang sudah lama di simpan nya, bukan hanya satu, melainkan sekitar lima lebih yang ia ambil hingga tak menunggu waktu lama dada nya terasa sesak dengan mata memberat.
" Aku mencintaimu Krittin, tolong hidup lah bahagia. " Velora bergumam dengan air mata kembali mengalir, sebelum dirinya tenggelam dalam pusaran kegelapan yang merenggut kesadaran nya.
Next
Jangan lupa komen, like dan subscribe.
Bintang lima nya juga ya....
Terimakasih, lop yuu....