Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 5
Gelayutan manja Alice mengingatkan Sky pada ibu dari anak itu. Sky beranjak perlahan, memindahkan kepala Alice pada bantal sebelum kemudian, dia bangkit mendatangi pigura yang dia letakkan di atas nakas.
Seulas senyum almarhumah istrinya pun tertampung di dalam bingkai. Sky mengingat, bagaimana cara foto itu diambil, Leona cukup manis dengan piyama pendeknya.
Sky ingat saat Leona berada di pelukannya, tepatnya ketika wanita itu tengah hamil tua, dan mereka sedang menunggu kelahiran Alice kesayangan yang saat ini sudah 17 tahun usia.
Kala itu, Leona beranjak membetulkan duduk yang lantas dibantu, Sky. "Sky..."
"Keram lagi kah?" Sky menatap lekat manik kecoklatan milik Leona. Wanita cantik pertama yang mampu menggetarkan hatinya.
"Tidak juga." Leona tertawa. Leona hanya ingin bertanya serius. "Kalau seandainya aku meninggal lebih dulu, apa yang akan kamu lakukan, Sky?"
"Mencekik malaikatnya!" Tak butuh waktu lama, Sky langsung menjawab, seolah tak ada lagi hal yang dia pertimbangkan.
Tentu saja Leona tertawa, suaminya terlalu posesif memang, bahkan Sky pernah sengaja memecahkan kaca mobil seseorang hanya karena suara klaksonnya membangunkan tidur Leona. "Kematian itu pasti, Sky."
Leona mendekati telinga, mencium, dan Sky tampak tenang menatapnya. "Apa kau mau menikah lagi kalau aku mati lebih dulu?"
Sky sempat terdiam, dia tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun. Maka sampai kapan pun akan seperti itu. "Aku mau bertemu lagi dengan mu di surga," jawabnya.
"Jadi, kamu mau bunuh diri?" cecar Leona.
"Tidak!" sanggah Sky. "Tapi kalau kau yang lebih dulu ditiadakan, maka seorang Sky akan menjadi lelaki baik, menjadi pria setia, supaya bisa menemui mu di surga nanti."
Senyum di akhir, membuat Leona ikut ikutan mengembangkan senyumnya. "Sweet banget sih, suamiku."
Leona tersentuh, memang sedari dulu Sky selalu menyebalkan. Tapi, orang arogan ini jugalah yang selalu menjadi garda terdepan baginya.
Sampai mereka dijodohkan pun, Sky masih menganggap Leona gadis cengeng, keras kepala, tak pantas dijadikan istrinya, tapi pada nyatanya, Sky begitu menyayanginya hingga dirinya hamil.
Ingatan Sky kian menjalar ke mana- mana, sampai ketika Sky kehilangan Leona setelah melahirkan putri pertamanya; Alice Rain.
"KALIAN PASTI SALAH!"
Hampir seluruh dokter yang mengatakan Leona meninggal, merasakan amukan Sky. Dipukul, diguncang, dijatuhkan, didorong, seluruh isi Rumah Sakit diamuk olehnya.
"Rumah Sakit macam apa ini, kenapa tidak ada Dokter yang becus!!!" Sky beranjak dari lamunannya, seketika pigura istrinya hampir jatuh ke lantai dan segera dia tangkap.
Sky mendesah, sambil meletakkan pigura di atas nakas kembali. Kemarin Sky masih betah menduda karena Leona, tapi semenjak tahu Lala memiliki calon suami, dia gelisah.
...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...
Esok harinya. Dominic tertawa karena Sky nyerocos tak henti- hentinya setelah tahu jika pemuda yang menjadi kekasih Lala bukanlah pemuda yang memiliki kekayaan melimpah.
Bahkan Lala bercerita pada Dominic jika calon suami Lala baru saja membuka usaha Cafe baru, dan perhiasan dari Sky yang kemarin digadaikan untuk bisnis rintisan, Raffa.
Di dalam mobil ber-AC tapi hawa panas kian melingkupi Sky sepertinya. "Apa yang ada di otaknya? ... Kenapa tidak ada kapok- kapoknya, perempuan naif ini!?"
Dominic juga tergelak menertawakan rekan kerjanya. Naif, karena Lala selalu menganggap jika dia bisa mencari nafkah sendiri, hingga mengenyampingkan sikap realistisnya pada semua lelaki yang hanya modal tutur lembut.
"Kau percaya Raffa setia?"
Dominic tertawa kembali. "Aku lebih percaya, Boss cemburu, dari pada Raffa yang setia."
Ledekan yang diakhiri tendangan Sky hingga jok depan terperosok ke kabin, bahkan tega menghimpit tubuh Dominic. "Boss Fir'aun!"
...▪️◻️🔳🔲🔲🔳◻️▪️...
Sampai tiba di kantor, Sky Rain turun dari mobilnya. Dominic sang asisten personal yang juga merangkap sebagai komisaris itu lekas mengiringi langkah kakinya.
Sambil melangkah ke arah lobby, satu tangan Sky masih disimpan di saku celana. Wibawa jangan ditanya, dua duda berwajah tampan itu menjadi destinasi wisata para mata wanita.
"Bye, Sayang! ... Hati- hati! Kalau ada apa- apa, hubungi aku, Bee!"
"Pastinya, kamu juga hati-hati."
Sky sempat mengerling ke arah kanan, di mana Lala berlari setelah turun dari mobil Raffa bahkan melambaikan kiss bye pada mobil Raffa yang kini melaju kembali.
"Pagi, Pak!" Lala menyengir bangga karena akhirnya ada moment di mana dia tak lagi terlambat dan dipotong gaji.
Sky masih tak menoleh. "Kamu tidak masuk angin diantar dengan mobil omprengan?"
"Hah?" Lala ternganga, walau dia cukup maklum, karena bos duda tuanya ini tidak pernah berkata baik. Selalu hinaan dan cacian yang keluar dari mulut pedasnya.
Sky berhenti langkah di depan lift dan Lala yang menekan tombol ke atas sebelum ikut berdiri di sisi kanan Sky sementara Dominic di sisi kiri Sky.
"Ada jadwal apa saja hari ini? Aku harus punya waktu kosong untuk, Alice."
Segera Lala meraih tab miliknya, demi membuka agenda Boss-nya. "Tidak banyak, Pak, masih lumayan senggang."
"Apa saja?" Sky menatap leher yang kemarin masih dihiasi kalung darinya, sekarang sudah kosong lagi. Berarti benar, jika Lala menggadaikan kalungnya.
"Bertemu klien di hotel setelah jam makan siang, Pak. Dan di dua jam sebelumnya ada meeting dengan beberapa pemegang saham."
"Sorenya?" Sky menyela lalu melangkah masuk ke dalam lift yang barusan terbuka.
"Kosong, Pak!" Sekali lagi, Lala yang masuk paling lambat dan menekan tombol agar pintu segera tertutup sebelum menekan tombol lantai yang dituju.
"Kalung mu mana?" Sky tak mengalihkan pandangan dari layar monitor kecil di atas pintu lift, tapi pertanyaannya lumayan berhasil membuat Lala kikuk.
Lala tak nyaman, makanya dia menyengir untuk suasana hatinya. "Lala jadiin duit, Pak."
"Untuk?" Sky mengerling kali ini, bahkan menusukan tatapannya. "Pengobatan ibumu?"
"Modal usaha." Lala harus jujur. Lagi pula, Dominic sudah diberitahu kemarin, pasti Dominic pun sudah bercerita pada Sky.
"Tapi hanya digadaikan, Pak. Nanti diambil lagi kalau usaha kami sudah lancar."
"Kalung itu tidak murah, kau tahu?" Sky memberikan hardikan lewat tatapannya.
"Iya." Lala menunduk.
Lala juga shock ketika mengetahui taksiran kalungnya amat mahal. Tapi, Raffa bilang dia butuh modal untuk membeli barang- barang interior Cafenya.
"Aku tidak yakin kau mampu menebus kalungnya lagi. But it's okay, karena kau menggadaikan pemberian ku, gajimu yang akan aku potong lima puluh persen!"
"Kok sebesar itu, Pak?!" Lala menyergah dengan mata yang melotot. "Lalu ibu gimana kalau gajinya dipotong sebanyak itu?"
Sky terkekeh. "Justru seharusnya kau lihat, saat gajimu tidak cukup untuk hidup mu dan ibumu, apa calon suamimu bisa membantu mu?"