Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semuanya sudah di tentukan.
Aku menaiki anak tangga sambil bergumam "kenapa papa harus jodohkan aku sama Renaldi, kan masih banyak cowok lain anak dari rekan bisnisnya papa".
Sebenarnya Renaldi itu ganteng tapi aku gak suka sama sikapnya yang cuek dan dingin.Kami mang sudah kenal sejak kecil tapi kami jarang bicara karena aku merasa segan jika berdekatan dengan nya apa lagi sikapnya seperti itu.
"Sudah lah, lagian gak akan bisa menolak juga agar papa percaya kalau aku benar-benar tidak ada hubungan lagi dengan Gilang" ucapku lalu segera masuk kamar dan pergi mandi.
Tak butuh waktu lama aku sudah siap dengan memakai celana jeans dan atasan kemeja agar terlihat santai saja namun saat turun aku malah kena omel mama.
"Kamu yakin mau pakai itu? " tanya mama saat aku turun tangga.
"Memang kenapa ma? " tanya ku sambil melihat penampilan ku.
"Ganti" titah mama membuat aku bingung.
"Tapi ma" bantah ku.
Mama melangkah masuk ke kamarnya lalu membawa paper bag dan menyerahkannya padaku.
"Ganti pakai itu" perintahnya dan aku pun naik kembali ke kamarku dan membuka isi paper bagian itu yang ternyata berisi dress yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang. Aku pun memakainya dan aku menggerai rambutku yang semula di ikat.
Aku pun turun lalu menghampiri mama dan papa yang sudah menungguku di dalam mobil.
"Nah kalau gitu kan cantik" puji mama saat aku datang dan hendak naik mobil.
"Lah memang dari dulu aku jelek ya? " tanya ku.
"Ya bukan begitu sayang, tapi mama lihat kamu bukan mau datang ke acara kelurga tapi pergi main" ujar sang mama dan Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Akhirnya kami sampai dan kami langsung di sambut oleh om Rio dan tante Tania. Aku langsung menyalami mereka dan tersenyum manis agar terkesan bagus.
"Ayo masuk" ajak tante Tania dan kami semua pun masuk.
Kami duduk di ruang tengah dan semua orang tua berbincang sedangkan aku hanya jadi pendengaran setia dan paling aku hanya menjawab jika di tanya.
"Renaldi nya mana? " tanya mama yang membuat aku kaget dan menatap sang mama.
"Oh, dia tadi pergi ke kantor dulu ada hal penting yang harus dia kerjakan dan sebentar lagi pulang" jawab tante Tania.
"Tante" panggil ku pada tante Tania, tante Tania pun melihat ke arah ku dan menjawab "ada apa sayang? ".
"Tante yakin ya mau jodohkan Renaldi dengan ku? " tanya ku dan itu membuat mama mencubit tangan ku.
"Sakit ma" bisik ku pada mama.
Tante Tania dia malah tersenyum melihat ku.
"Yakin dong sayang toh dia udah setuju" jawab tante Tania dan tak mama suara mobil datang dan aku yakin itu Renaldi. Namun kenapa tiba-tiba jantungku berdetak cepat apa aku takut atau gugup.
Benar saja yang datang itu Renaldi namun saat dia masuk aku di buat terpana karena wajahnya ganteng banget dulu gak seperti ini.
"Ganteng banget" gumam ku membuat mama mencubit ku lagi.
"Ma" kesal ku karena pinggangku sakit.
Renaldi menyalami kedua orang tuanya dan kedua orang tuaku namun anehnya aku malah di lewat bahkan di lirik saja tidak. Dia pun duduk di samping mamanya berhadapan dengan ku namun lagi-lagi dia tidak mau melihat ku. Papa langsung mengajak Renaldi bicara dan itu membuat dia semakin menghindar dari ku. Makanan pun tiba dan semua orang mulai makan dan aku hanya bisa nunduk karena merasa tak di anggap di disini. Selesai makan kami semua hendak pulang namun saat di luar tiba-tiba om Ria menyuruh aku pulang bareng sama Renaldi.
"Maira, kamu pulang di antar Renald ya! " beritahu nya membuat aku kaget dan langsung menatapnya namun ya g di tatap cuek aja.
Akhirnya aku pun mengikuti dia karena kedua orang tuaku sudah pergi duluan. Renald naik dan aku hanya diam saja karena untuk masuk mobilnya aku merasa takut.
"Mau sampai kapan berdiri di sana? " tanya nya dengan nada ketus.
Aku pun langsung berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Sepanjang jalan kami berdua tidak bicara satu sama lain sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Namun saat tiba depan rumah tiba-tiba dia berkata.
"Sejak kapan lo berpakaian sopan seperti itu? " tanya nya tanpa melirik ku.
"Maksud abang apa?" tanyaku tidka mengerti.
"Ya setau gue lo paling suka pakai baju kurang bahan" jawab nya membuat aku terkejut kerena dia berpikiran jika baju yang selama ini aku pakai baju kurang bahan. Apa dia gak ngerti fashion ya.
"Terus abang maunya gimana? biar aku kabulkan" sekalian saja aku rantang.
Renaldi melirik ku dan ini yang pertama kali sejak kita bertemu tadi dia melihat ku.
"Yakin lo mau ikuti mau gue? 'tanya nya dan aku mengangguk.
" Pakai jilbab"jawabnya membuat aku terkejut.
Namun tak lama dia tersenyum simpul seolah-olah tidak percaya jika aku bisa pakai jilbab.
"Gue lupa kalau lo cewek murahan" ucapnya menghinaku membuat aku marah.
"Maksud abang apa?, menghina aku seperti itu? " tanya ku dengan nada marah.
"Udahlah gak usah pura-pura bego. Aku cuman ingin peringati kamu agar mulai detik ini jangan pernah aku melihat kamu memakai pakaian kurang bahan lagi" ucapnya tanpa menjawab pertanyaan ku.
"Hak abang apa melarang aku? " tanya ku.
"Gue calon suami li jadi gue berhak ngatur lo" jawab nya dengan nada tinggi.
Setelah Renaldi bicara seperti itu aku hanya menatapnya hingga tiba-tiba pintu mobil terbuka menyuruh ku keluar. Aku keluar dan mobil Renaldi langsung pergi begitu saja. Aku pun masuk ke dalam rumah masih terus mengumpat karena kesal pada Renaldi.
Coba saja kalau aku bisa menolah untuk perjodohan ini mungkin aku bisa mengadu sama mama namun apalah daya jika aku mengadu yang ada mama akan tambah panjang kali lebar menasehati ku. Aku naik ke menunju kamar ku namun tiba-tiba mama memanggilku.
"Maira" panggil mama membuat aku berbalik melihat ke arah sang mama.
"Mama mau bicara" ucap mama lalu melangkah pergi menuju ruang keluarga dan aku pun turun kembali dan menghampiri sang mama.
"Duduk" titahnya dan aku pun langsung duduk di hadapan sang mama.
"Bukan depan kamu dan Renaldi akan menikah jadi " ucapan mama terhenti karena aku berteriak kaget.
"Bukan depan serius ma? " tanya ku.
"Loh tadi kan sudah di bahas, memang kamu gak dengar? " tanya sang mama membuat aku menggelengkan kepala karena tadi aku fokus dengan pikiran ku sendiri.
"Dua minggu lagi tunangan baru kalian menikah. Jadi mulai besok kita akan sibuk untuk persiapkan semua itu" ucap mama.