Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.06
Widuri hanya bisa berdiri diam saat mobil sport berwarna merah itu melesat sekejap mata, hingga menghilang tidak terlihat ditikungan jalan.
"Sialan!" ujar Widuri menendang udara didepannya.
Lengkap sudah kesialannya hari ini, tak terbayang lagi betapa kesalnya Widuri saat ini. Uangnya telah habis tanpa sisa, kartu-kartu sakti miliknya pun tidak bisa digunakan. Ditambah berurusan dengan manusia tidak punya hati yang memperolok-olok dirinya.
Dan hutang, tiba-tiba dirinya berhutang pada seseorang. Astaga.
Berkali-kali Widuri mendengus kasar, hari sudah mulai terik dan dia tidak memiliki tujuan. Alih-alih menikmati pelariannya justru sekarang semua rencana telah gagal.
Namun tekad Widuri tidaklah pupus, dia tidak akan menyerah begitu saja setelah semua fasilitas finansialnya dicabut apalagi harus kembali ke rumah dan menerima pernikahan yang tidak ingin ia lakukan. Tapi ia masih bisa meminta bantuan, ya bantuan Daniel.
Widuri merogoh ponselnya yang sengaja ia matikan dari kemarin itu dari saku dan segera menyalakannya. Puluhan notifikasi yang muncul ia abaikan, pesan dan bahkan pesan suara bertubi-tubi tidak ia hiraukan.
Dia langsung mencari nomor sepupunya dimenu kontak dan segera menghubunginya.
Terdengar suara dering namun Daniel tidak segera mengangkatnya, setelah beberapa kali barulah terdengar suara.
"Haloo ... Widi!"
Widuri terkesiap, ia langsung mematikan sambungan telepon saat mendengar suara sentakan khas memanggil namanya disebrang sana. Ya, bukan suara Daniel yang ia dengar melainkan suara sang kakek. Handoko.
"Arrggghhh! Kenapa si Daniel memberitahu kakek!"
Meminta bantuan Daniel urung dia lakukan, secara ia tahu jika Daniel akan selalu memihak kakeknya terlebih demi mendapatkan perhatiannya, lagipula mana mungkin meminta bantuan padahal dirinya lah yang memutuskan pergi dengan segala resiko, walau nyatanya semua tidak mudah ternyata.
Widuri kembali merutuki dirinya sendiri, sambil terus berjalan dibawah teriknya matahari, ia mulai kehausan. Keringat didahinya mulai bercucuran, tas ranselnya mendadak menjadi lebih berat dirasa.
Tapi ia tidak ingin menyesali keputusannya, ia akan terus bertahan walau apapun yang terjadi.
Sampai Widuri tiba disebuah taman dengan air mancur yang berada ditengah-tengahnya. Pohon-pohon rindang tampak menyejukan pandangannya, semilir angin menerpa wajahnya yang panas.
Widuri memilih duduk melepas lelah, tanpa tujuan tanpa rencana apa-apa. Tenggorokannya kering karena sejak tadi ia berjalan tanpa arah, perut yang tadi kenyangpun kini mulai menagih lagi.
Ia membuka topinya hingga rambut indahnya terburai, topi ia kibas-kibaskan tepat diwajahnya yang masih terasa panas seraya terus menelan ludah saat melihat seseorang menikmati minuman.
Saking tidak kuatnya menahan dahaga, ia akhirnya berjalan ke arah para pedagang kaki lima, tempat kedai-kecil seukuran dua meter dengan roda yang bisa kapan saja pindah tempat. Para penjual yang menjual berbagai minuman juga camilan murah meriah.
"Bu, bisakah aku mendapatkan minuman ini gratis? Uangku sudah habis dan aku tidak bisa membayarnya. Tapi tenang saja aku akan membantu menjualkan minuman ini sampai habis." ucap Widuri tanpa ragu, tekadnya benar-benar bulat.
Meskipun salah satu pedagang itu terlihat ragu, namun ia menggangguk juga tanda setuju. Toh yang Widuri minta hanya satu botol kecil, hal itu membuat Widuri tersenyum dan langsung menenggak minuman kemasan botol hingga habis tanpa sisa.
Sesuai janjinya, Widuri menjajakan minuman kemasan botol pada semua orang yang lewat, begitu juga pada orang-orang yang tengah duduk santai. Ia terus menawarkan dengan riang, celetukan-celetukan bak seorang sales promotion girl profesional berhasil hingga ia harus bolak balik ke kedai untuk mengambil minuman karena penjualan yang dilakukannya cukup laku, pemilik kedai pun berjanji akan memberikan upah atas kerja kerasnya.
Hampir tiga jam Widuri melakukan pekerjaannya dengan suka hati, ia sama sekali tidak merasa keberatan melakukan hal tersebut padahal hal itu dilakukannya pertama kali dalam hidupnya.
Peluh keringat tidak lagi ia pedulikan, yang penting ia mendapatkan upah sesuai harapan. Bisa minum dan makan walau hanya sedikit cemilan tapi Widuri merasa begitu bangga.
Tiba-tiba pandangannya berubah arah, sesuatu menarik perhatiannya hingga membuat kedua matanya memicing. Dari kejauhan melihat dua pria plontos dengan tubuh tinggi besar yang tengah berjalan ke arahnya. Widuri yang sejak memutuskan kabur harus waspada akan hal sekecil apapun itu segera menjauh, ia harus penuh kecurigaan agar selamat. Dan memastikan jikalau mereka benar-benar orang suruhan Handoko.
Untuk memastikannya tentu saja Widuri harus bersembunyi, ia berlari ke arah rimbunan semak-semak dengan terus memperhatikan kedua orang itu.
"Aku harus waspada, entah orang suruhan kakek atau bukan yang pasti orang-orang itu mencurigakan!" gumamnya pelan seraya menunggu mereka lewat.
Kecurigaan Widuri nyatanya benar, dua orang itu menghampiri pemilik kedai kecil dan menunjukan sesuatu dilayar ponsel. Terlihat pedagang wanita yang sudah cukup berumur itu mengangguk-anggukan kepalanya seraya tangannya menunjuk-nunjuk.
Membuat Widuri mengambil langkah seribu daripada tertangkap basah dan dipaksa pulang ke rumah.
Dia berlari, lupa akan barang-barang miliknya yang ia tinggalkan di kedai tadi. Tak peduli seberapa lelah dua kakinya ia terus menjauh dari taman.
Tanpa disangka dua pria bergegas menyusul setelah memastikan barang milik Widuri, mereka segera melaporkan temuannya pada Handoko.
Gadis itu terus berlari ke arah luar taman, menuju jalan raya yang cukup ramai saat itu. Banyaknya kendaraan membuat Widuri mudah menghilang dibalik mobil satu dan mobil lainnya.
"Itu Nona Widuri!" tunjuk salah satu dari mereka saat melihat Widuri tengah berlari
Widuri terus berlari hingga tepat berada dipersimpangan jalan, dimana kendaraan tidak ada yang bergerak karena saat itu lampu merah tengah menyala. Ia pun mulai kehilangan akal seraya terus menoleh ke arah belakang.
Sesaat kemudian dua irisnya membola sempurna tatkala melihat sebuah mobil didepannya. Dia berlari ketengah jalan, namun naas, lampu hijau telah menyala.
Tiiiiinnnnn
Klakson terdengar begitu nyaring, disusul sebuah benturan dari arah belakang kendaraan hingga beberapa kendaraan mengalami tabrakan beruntun. Membuat kedua kaki Widuri seolah terpaku dan tidak mampu digerakan lagi saking shocknya.
"Hei ... Apa kau gila!"
cus lah update k. yg banyak