"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 21
Tapi Vega tidak mendengarkan. Dia terus marah dan tidak ingin berbicara tentang ini lagi. Dia berbalik dan kembali meninju dinding kamarnya berulang kali, membuat Marina sangatlah khawatir.
Marina menatap Vega yang terlihat hancur, Marina tidak mengerti mengapa Vega bisa semarah itu dan mengapa Vega tidak ingin berbicara tentang ini.
"Veg, jika kamu sedang ada masalah tolong selesaikan dengan kepala dingin dan jangan malah melukai dirimu sendiri, ayo cerita pada Mama," kata Marina, dia tidak suka melihat Vega yang seperti ini.
Marina menatap seluruh kamar Vega, Marina semakin heran dan bingung melihat kekacauan yang Vega buat, semuanya berantakan dan terlihat pecahan lampu berserakan dimana-mana.
Vega berhenti memukul dinding, dia menatap tangannya yang terluka karena ulahnya sendiri. Sakit memang, tapi luka ini tidak seberapa dengan luka yang saat ini dia rasakan.
"Ma, aku tidak ingin bertunangan." kata Vega.
Marina terkejut. "Kamu ini bicara apa, Veg? Jangan ngawur kamu! Sebelumnya Papa sudah membicarakan hal ini bukan? Jangan permalukan keluarga kita, Veg, jangan mempermainkan hubungan apa lagi pertunangan! Orangtua Sherina sudah tahu bahwa kita akan ke rumahnya! Apa katanya jika kita tiba-tiba membatalkan pertunangan ini!"
Marina kesal pada Vega dengan mudahnya dia mengatakan tidak ingin bertunangan memangnya semudah itu mengakhiri suatu hubungan yang sudah diketahui para orangtua.
"Maaf, Ma. Vega salah karena tidak mendengarkan perkataan Papa," kata Vega yang merasa kacau dan tidak tahu harus berbuat apa.
Marina berdecak dan memutuskan untuk meninggalkan Vega sendirian. Dia berharap bahwa Vega akan tenang dan bisa berbicara tentang ini nanti. Marina berharap pertunangannya juga tidak batal atau dia dan keluarga akan malu.
Sementara itu, Sherina telah sampai dirumahnya. Dia masih terkejut dengan apa yang terjadi dan tidak menyangka bahwa semua ini akan terjadi dihari pertunangannya ini.
Sherina masuk ke dalam rumah dengan menenteng kantong kresek, dia menatap ruang tamu yang sudah disulap menjadi sedemikian rupa.
Sherina kembali menitikan air mata, dia masuk lebih dalam untuk menemui Mama dan Papanya.
Sherina menemukan Mama dan Papanya diruang tengah, mereka sedang duduk dan tertawa ria. Tetapi, Citra dan Arman menghentikan tawa ketika melihat Sherina datang dengan wajah penuh air mata meleleh dikedua pipinya.
"Sherina, kamu kenapa?" tanya Citra, melihat wajah Sherina yang terlihat sedih.
Sherina menghela napas menaruh kantong kresek diatas meja dan duduk disebelah Mama. "Vega marah padaku, Ma," kata Sherina, menitikan air mata. "Dia pikir aku berbohong padanya dan bertemu dengan Ari lagi."
Arman menatap Sherina dengan khawatir. "Apa yang sebenarnya terjadi, Sherina?" tanya Arman.
Sherina mengusap air mata. "Aku tidak melakukan apa-apa dengan Ari, Pa. Kami hanya bertemu secara kebetulan saat aku membeli makanan kesukaan Vega ini."
Sherina menunjuk kantong kresek yang dia taruh diatas meja, berisi makanan kesukaan Vega
Citra menatap Sherina dengan khawatir. "Sherina, kamu harus menjelaskan pada Vega apa yang sebenarnya terjadi. Kamu tidak bisa membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut."
Sherina mengangguk. "Aku akan mencoba, Ma. Tapi aku tidak tahu apakah Vega akan mau mendengarkan aku."
Arman menatap Sherina dengan serius. "Sherina, kamu harus berusaha untuk memperbaiki hubunganmu dengan Vega. Kamu tidak bisa membiarkan pertunanganmu batal hanya karena kesalahpahaman."
Sherina mengangguk. "Aku akan berusaha, Pa. Aku tidak ingin pertunanganku batal."
Citra dan Arman saling menatap, mereka khawatir tentang masa depan putri mereka. Mereka berharap bahwa Sherina dan Vega bisa menyelesaikan masalah mereka dan melanjutkan pertunangan mereka.
Sementara itu, dirumah Vega, Marina sedang berbicara dengan suaminya, Anton. Marina membicarakan Vega yang pulang dan malah berniat membatalkan pertunangannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Anton, khawatir.
"Vega marah pada Sherina karena dia pikir Sherina berbohong padanya," jawab Marina. "Dia tidak ingin bertunangan lagi."
Anton menghela napas. "Ini tidak baik. Kita harus berbicara dengan Vega dan membuatnya memahami."
Marina mengangguk. "Aku sudah mencoba, tapi Vega tidak ingin mendengarkan."
Anton berdecak. "Aku akan berbicara dengan dia. Aku akan membuatnya memahami."
Anton berdiri dan menuju ke kamar Vega. Dia mengetuk pintu dan memasuki kamar Vega.
"Vega, apa yang terjadi?" tanya Anton, melihat Vega yang masih terlihat marah.
Vega menatap Anton dengan mata yang masih merah. "Aku tidak ingin bertunangan lagi, Pa," kata Vega.
Anton menghela napas. "Vega, kamu tidak bisa memutuskan sesuatu yang penting seperti ini hanya karena kesalahpahaman. Kamu harus berbicara dengan Sherina dan menyelesaikan masalah ini."
Vega menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin berbicara dengan dia, Pa. Aku tidak percaya dia lagi."
Anton berdecak. "Vega, kamu harus belajar untuk mempercayai Sherina. Kamu tidak boleh berpikir impulsif. Bukankah waktu itu Papa sudah berbicara padamu dan kamu juga berjanji. Apa kamu melupakan itu?"
Vega tidak menjawab. Dia hanya menatap Anton dengan mata yang masih merah.
Anton berdiri dan menuju ke pintu. "Vega, Papa akan memberimu waktu untuk memikirkan ini. Tapi Papa harap kamu bisa mempercayai Sherina dan menyelesaikan masalah ini."
Vega tidak menjawab. Dia hanya menatap Anton yang sudah keluar dari kamarnya.
Setelah Anton keluar dari kamar Vega, dia menuju ke ruang tamu dan duduk disebelah Marina.
"Bagaimana?" tanya Marina, khawatir.
"Vega masih marah dan tidak ingin bertunangan lagi," jawab Anton. "Dia tidak percaya Sherina lagi."
Marina menghela napas. "Kenapa seperti ini sih, Pa?"
Anton menggeleng. "Aku sudah berbicara dengan Vega, tapi dia tidak ingin mendengarkan. Mungkin Sherina bisa membuatnya memahami."
Marina berdiri dan menuju ke telepon. "Aku akan menelepon Citra dan meminta dia untuk membawa Sherina ke sini."
Anton mengangguk. "Itu ide yang baik. Mungkin Sherina bisa membuat Vega memahami."
Setelah beberapa saat, Marina kembali ke ruang tamu dengan wajah sedikit lega.
"Bagaimana, Ma?" tanya Anton
"Citra akan datang bersama suami dan juga Sherina," jawab Marina. "Dia bilang bahwa Sherina perlu bicara pada Vega karena Vega sudah salah paham padanya."
Anton menghela napas. "Semoga mereka kembali akur."
Setelah beberapa saat, Citra, Arman dan Sherina telah tiba. Marina dan Anton segera menyambutnya dengan hangat. Mereka berharap Sherina bisa membuat Vega memahami dan mau untuk berbicara dengan Sherina.
Saat Sherina tiba dikamar Vega, dia menemukan Vega yang sedang duduk dilantai bersandar tepian ranjang dengan wajah yang sedih.
"Veg," Sherina duduk disebelah Vega.
Vega menghela, memalingkan wajah.
"Aku minta maaf," Sherina menatap Vega dengan mata yang berair. "Aku tidak bermaksud membuatmu sakit hati. Aku hanya bertemu dengan Ari secara kebetulan dan kami hanya berbicara tentang hal-hal yang tidak penting."