Aku Bisa Mendengar Kata Hatimu

Sesampainya di kediaman keluarga Chen, Miao Miao memasuki rumah dengan langkah santai. Ia mengucapkan salam, "Mama, Papa, aku pulang!" Namun, hanya Papa Chen dan Mama Fang yang menyambutnya di ruang tamu.

"Miao Miao, sini duduk bersama kami," ujar Mama Fang lembut, sambil tersenyum hangat.

Setelah duduk, Mama Fang bertanya, "Bagaimana harimu? Apakah menyenangkan?"

Miao Miao mengangguk sambil tersenyum. "Sangat menyenangkan, Ma," jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan kelelahan di wajahnya.

Papa Chen kemudian menatap Miao Miao dengan perhatian. "Kalau kamu mau liburan, bilang saja ke Papa. Papa punya pulau pribadi, atau villa di pantai dan di puncak. Kalau kamu ingin ke luar negeri, Papa juga bisa mempersiapkannya untukmu."

Miao Miao terkejut dengan perhatian itu. Ia merasa hatinya hangat dan terharu. Perlahan, ia memeluk kedua orang tuanya. "Terima kasih, Ma, Pa. Kalian benar-benar perhatian. Aku sangat bersyukur punya orang tua seperti kalian," ucapnya tulus.

Namun, di dalam hati, pikiran lain melintas. "Ah, meskipun di kehidupan pertamaku kalian jarang memanjakan diriku, kadang sering menghukumku, namun di kehidupan kedua ini, kalian begitu berbeda. Entah apa yang terjadi, Aku bersyukur. Tapi… apakah takdir kalian akan berubah jika aku mengatakan apa yang kutahu? Xiao Yan, anak angkat kalian, akan meracuni kalian. Dia akan memberikan vitamin palsu beberapa hari lagi, yang sebenarnya adalah racun lambat. Kematian kalian di kehidupan pertama terjadi karena dia. Tapi… jika aku bilang ini, apakah kalian akan menganggapku gila dan tidak percaya? Aku tak mau kalian membenciku karena aku mengatakan ini pada kalian. Tapi ah sudahlah, nanti kupikirkan lagi bagaimana cara nya merubah obat yang diberikan Xiao Yan menjadi vitamin asli mereka dengan benar."

Papa Chen dan Mama Fang, yang tanpa sengaja mendengar pikiran Miao Miao, saling berpandangan. Wajah mereka berubah tegang, dan rona merah muncul di pipi mereka, menandakan kemarahan yang terpendam. Namun, mereka tetap berusaha tenang di hadapan putri mereka.

"Miao Miao," ujar Papa Chen lembut namun serius, "kalau ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan, jangan ragu untuk berbicara dengan kami. Apa pun itu, kami akan percaya padamu."

Miao Miao tertegun, menatap mereka dengan bingung. "Eh, kenapa tiba-tiba berkata seperti itu, Pa?"

"Karena kamu adalah anak kami," sahut Mama Fang dengan senyum yang samar, meskipun matanya menyiratkan sesuatu yang mendalam. "Kami percaya padamu."

Miao Miao merasa ada sesuatu yang aneh, tetapi ia memilih untuk diam dan mengangguk kecil, mencoba memahami situasi yang semakin pelik.

"Baiklah, Miao Miao," ujar Mama Fang dengan lembut sambil menepuk tangan putrinya. "Sekarang kamu masuklah ke kamarmu, bersihkan diri, dan istirahat dulu. Nanti kalau makan malam sudah siap, kami akan memanggilmu."

Miao Miao mengangguk patuh. "Baik, Ma, Pa. Terima kasih." Ia berdiri, melangkah menuju kamarnya di lantai atas. Sebelum masuk, ia menoleh sebentar ke arah kedua orang tuanya dan tersenyum kecil. "Aku senang punya kalian," ujarnya lirih, lalu menghilang ke balik pintu kamarnya.

Setelah pintu tertutup, Papa Chen menatap Mama Fang dengan ekspresi serius. "Sayang, apa yang barusan kita dengar itu...?"

Mama Fang mengangguk, suaranya sedikit bergetar. "Aku juga mendengarnya, Pa. Kalau apa yang Miao Miao pikirkan benar, ini bisa sangat berbahaya."

Papa Chen mengepalkan tangannya. "Aku akan menyelidiki Xiao Yan. Kita tidak boleh mengambil risiko. Kalau dia benar-benar berniat jahat, kita harus bertindak sebelum semuanya terlambat."

Mama Fang menatap Papa Chen dengan penuh keyakinan. "Aku percaya, kita bisa mengatasi ini. Tapi jangan sampai Miao Miao tahu apa yang kita dengar. Nanti dia bisa merasa tertekan."

Papa Chen mengangguk. "Baik. sayang."

Sementara itu, di kamarnya, Miao Miao sedang berbaring di tempat tidur setelah membersihkan diri. Ia merasa tubuhnya mulai rileks, tetapi pikirannya tetap penuh dengan kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi pada orang tuanya. "Semoga aku bisa mengubah takdir kalian kali ini," gumamnya dalam hati sebelum perlahan-lahan terlelap.