Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - Pingsan
BRAKK !!
Pintu toilet dibanting cukup keras oleh Devina. Ia pun segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet, lalu menguncinya rapat. Devina sengaja meninggalkan Lisa tanpa memberi penjelasan lebih detail lagi perihal perasaan cintanya untuk Arthur. Hatinya saat ini sedang tak baik-baik saja.
Devina terduduk di atas kloset yang tertutup. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Lalu, ia pun menangis tersedu-sedu.
"Hiks...hiks...hiks..."
"Apa salah jika aku mencintaimu, Mas Arthur?" gumam Devina di sela isak tangisnya.
Sedangkan di luar sana, Lisa sama sekali tak menduga jika perasaan Devina yang ia tahu awalnya untuk Reno, kini telah berubah haluan pada Arthur. Lisa pun tak ingin membuat gaduh di pesta orang lain. Ia bergegas pergi meninggalkan area toilet menuju venue acara dengan rasa d0ngkol di hatinya.
Selepas Lisa pergi, Arthur menyeka air matanya. Lalu ia berjalan menuju toilet khusus wanita yang ia yakini Devina masih berada di dalamnya. Arthur menatap nanar pintu toilet tersebut dengan kecamuk rasa berbalut penyesalan mendalam.
Seharusnya lima tahun yang lalu, ia tak menyetujui perceraian tersebut. Bahkan ia rela jika di hati Devina masih mencintai Reno. Yang terpenting wanita itu tetap berada di sisinya. Walaupun selamanya ia hanya bisa memiliki raga Devina, bukan hatinya. Namun kini justru Sang Pencipta memberikan cinta itu untuknya di saat mereka sudah berpisah.
"Maafkan aku, Sayang. Maaf..." batin Arthur sendu.
Air matanya kembali menetes membasahi pipinya. Bukan karena ia pria yang cengeng. Akan tetapi, begitu besar rasa cintanya untuk Devina Putri Ananta sekaligus rasa penyesalan karena ia telah begitu banyak menorehkan luka pada wanita itu.
☘️☘️
Ceklek...
Devina membuka pintu toilet. Sebelum keluar, ia sudah memastikan riasan di wajahnya kembali sempurna. Ia tak ingin orang lain tahu jika dirinya baru saja menangis. Jejak air mata dan sembab di wajahnya tidak tampak lagi. Lalu, ia berjalan perlahan menuju lorong ke venue acara. Kebetulan lorong tersebut saat ini tampak begitu sepi. Tiba-tiba...
Grepp...
Pelukan hangat tak terduga mendadak datang dari arah belakang tubuh Devina. Ya, Arthur yang memeluk Devina saat ini. Sejak tadi Arthur sengaja menunggu Devina keluar.
Ia bersembunyi di balik dinding lainnya yang tak jauh dari toilet. Sungguh, ia tak mampu membendung lagi rasa cintanya sekaligus rindu mendalam pada sang mantan istri yang sangat dicintainya ini.
Aroma maskulin yang tak akan mampu Devina lupakan. Ia sangat hafal aroma tubuh ini. Walaupun mereka lama tak berjumpa, apalagi saling bersentuhan seperti ini.
"Mas," ucap Devina dengan bibir bergetar.
"Izinkan aku memelukmu sebentar saja, Yank. Aku rindu," bisik Arthur terdengar sendu.
Kepala Arthur kini sudah berada di c3ruk leher Devina. Bahkan hembusan napas Arthur dapat Devina rasakan dengan jelas. Arthur begitu lega dapat memeluk Devina seperti ini.
Seketika ingatan masa lalu yakni rasa sakit Devina ketika mengalami K D R T dari Arthur sekaligus tidak ada satu pun orang yang percaya dengan ucapannya, menyeruak detik ini juga. Terlebih ketika Arthur di masa lalu menolak kehamilannya. Bahkan menyuruhnya untuk menggugurkannya. Rasa sakit dan perih di masa lalu, mulai muncul ke permukaan satu per satu. Saat ini semua rasa sakit itu tengah berkumpul pada satu titik dalam jiwa Devina.
"LEPAS !!" pekik Devina tiba-tiba seraya memberontak. Ia berusaha melepaskan dirinya dari pelukan sang mantan suami.
"Sayang," panggil Arthur lirih. Tak ada lagi suara Arthur yang meninggi atau marah di depan Devina sekarang ini.
Kini Devina dan Arthur saling berhadapan. Satu menatap sendu dan yang satunya menatap tajam. Pastinya raut wajah Devina yang saat ini menatap tajam penuh kemarahan pada Arthur.
"Jangan pernah panggil aku seperti itu ! Bukankah sekarang Mas sudah bertunangan sama Lisa. Bahkan kalian akan menikah," sindir Devina.
"Aku sama sekali enggak mencintai Lisa. Yang aku cinta dari dulu sampai detik ini cuma kamu, Yank."
"JANGAN PANGGIL AKU, SAYANG !!" teriak Devina.
Tak lama, Devina tiba-tiba menjambak rambutnya sendiri. Devina terlihat mulai dilanda kepanikan dan frustasi. Tubuh Devina bergetar hebat. Arthur begitu terkejut melihatnya.
"Oke, aku tidak akan memanggilmu seperti itu lagi. Kamu kenapa, Dev?" Arthur terpaksa mengiyakan permintaan Devina. Sebab, ia tak mau Devina bersedih lagi apalagi menyakiti diri sendiri.
"Hiks...hiks...hiks..."
Seketika tubuh Devina merosot ke lantai. Ia kembali menangis tersedu-sedu dan mulai meracau guna mengeluarkan segala unek-unek di hatinya tanpa sadar.
"Kalau Mas mencintaiku, kenapa menceraikanku? Huhu..."
"Dev," Arthur semakin tak kuasa melihat kerapuhan Devina saat ini. Ia pun ikut berj0ngkok guna mendekati mantan istrinya tersebut yang tengah menangis.
"Kenapa pergi ninggalin aku saat hamil? Aku enggak selingkuh. Kenapa Mas tunangan sama Lisa, sahabatku? Apa Mas ingin membalas rasa sakit di masa lalu padaku?" racau Devina. "Haha... kamu berhasil, Mas. Hidupku kacau setelah kita bercerai. Aku benci kamu, Mas. AKU BENCI !!"
Arthur yang tak kuasa terus melihat Devina seperti ini, ia langsung mendekapnya kembali. Ia tidak peduli Devina tetap memberontak darinya.
"Kembalikan bayiku! Kembalikan !! Kamu jahat, Mas. Kamu jahat !!" teriak Devina seraya terus memukul tubuh Arthur dengan segala kekuatan yang tersisa.
"Maafkan aku. Maafkan aku..." bisik Arthur dengan linangan air mata di wajahnya yang tak mampu ia tahan kala melihat mantan istrinya seakan begitu terpuruk.
Arthur terkejut melihat reaksi Devina seperti ini kala bertemu empat mata dengannya. Dalam benak Arthur selama ini, Devina dalam kondisi baik-baik saja pasca bercerai darinya. Bahkan ia sempat berpikir jika Devina sudah menikah dengan Reno secara diam-diam. Namun setelah ia telusuri kembali pasca melihat Devina berada di Singapura, ternyata mantan istrinya itu belum menikah lagi.
Tetapi jejak rekam medis Devina di rumah sakit, Arthur tidak bisa mendapatkannya. Ia belum tahu kemalangan hidup Devina secara menyeluruh pasca mereka bercerai.
"Percayalah padaku, Mas. Aku enggak selingkuh," gumam Devina lirih.
Tiba-tiba suara racauan dari Devina tak terdengar lagi dan tubuh wanita itu roboh. Namun masih berada dalam pelukan Arthur.
"Dev," panggil Arthur kala terkejut melihat mata Devina saat ini terpejam.
Arthur pun menepuk kedua pipi Devina. Namun Devina tak kunjung membuka matanya juga. Pingsan.
"Sayang, bangun. Jangan begini," ucap Arthur dengan bibir bergetar.
Rasa khawatir kini mulai menyergapnya. Seketika Arthur berdiri lalu beranjak pergi dari sana dengan menggendong tubuh Devina yang tengah tak sadarkan diri. Tak lupa ia juga mengambil tas Devina yang sempat terjatuh di lantai.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bikin kita ngarang cerita sendiri...eehhh tak taunya ...👍👍👍
e
m
a
n
g
a
t