NovelToon NovelToon
Pengasuh Tangguh Violetta

Pengasuh Tangguh Violetta

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Reni mardiana

Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.

Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.

Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Renata

3 hari kemudian.

Violetta kembali murung dikamarnya, dia tidak mau makan ataupun minum jikapun mau hanya sedikit saja. Bram sudah membujuk Violetta namun tetap saja hasilnya nihil yang diinginkan Violetta hanyalah kehadiran Renata, sudah tiga hari berlalu tetapi Yandi belum menemukan Renata.

"Fyuuhhh.. Kenapa aku gak minta nomornya atau nanya alamatnya sih waktu itu, aku gak tega lihat Vio begini." Bram menghela nafasnya, dia merutuki kebodohannya sendiri.

Violetta kini berubah tidak seperti biasanya, meskipun dia mengurung dirinya tetapi dia masih bisa diajak komunikasi, mau makan, dan bermain dengan Bram namun kali ini jauh berbeda. Violetta sering gelisah, bermimpi buruk, histeris, susah tidur karena bayang-bayang kejadian dimana ia yang selalu disiksa oleh ibunya tanpa sepengetahuan Bram.

Kriingg..Kriinggg..Kriing..

Telpon Bram berbunyi dlihatnya Yandi menghubunginya, dengan malas Bram mengangkat telponnya.

"Kak, loe harus ngantor sekarang." ucap Yandi to the point.

"Maaf Yan, aku tidak mungkin meninggalkan anakku dalam kondisi seperti ini." ucap Bram.

"Kak, hari ini saja karena tuan Xavier maunya kertemu langsung sama loe, loe tahu sendiri kan gimana susahnya dapetin kerjasama sama tuh orang." ucap Yandi.

"Baiklah, kapan waktunya?" tanya Bram.

"Nanti siang, kalo urusan loe sama tuan Xavier beres nanti terserah loe mau pulang lagi atau di kantor karena selebihnya gue masih bisa pegang kendali." ucap Yandi.

"Oke, aku kesana sekarang." ucap Bram.

Bram menutup telponnya, dia berjalan kearah kamar Violetta dilihatnya sang anak duduk dengan tatapan mata lurus kedepan.

"Vio." panggil Bram.

Violetta tak menjawab panggilan dari ayahnya, dia tidak bergerak sama sekali. Bram menghela nafasnya berat, hatinya begitu sakit melihat anaknya yang semakin kurus san tidak menujukkan tanda-tanda ia sehat kembali.

"Vio daddy mau kerja dulu sebentar, nanti siang daddy pulang lagi." ucap Bram.

Mendengar ucapa Bram Violetta langsung memegangi kelalanya, wajahnya langsung terlihat cemas, bibirnya bergetar dan mulai histeris.

"Idakk..Idakk.. Jangan pelgi, mommy..Aaarrgghh.." racau Violetta ketakutan.

"Tidak sayang, daddy tidak akan pergi tolong kamu jangan seperti ini terus nak hiks.. Sakit hati daddy kalau kamu begini terus." ucap Bram sambil menangis.

"Aarrggghh.. Jangan pukui yagi cakiitt..mommy caakiit, Vio dak sengaja..huaaaa..cakiit." terisk Violetta.

Bram memeluk tubuh Violetta yang terus memberontak, lama memluk anaknya namun tak kunjung membuatnya tenang. Beruntung bik Marni datang Bram langsung memerintahkan bik Marni mengambil suntikan dan juga cairan obat penenang yang diberikan oleh dokter Zehan, bik Marni menyerahkan suntikan yang sudah ia isi dengan obat penenang kemudian ia membantu memegangi tubuh Violetta sedangkan Bram berusaha menyuntikkan obat tersebut pada Violetta.

Bram menghela nafasnya lega ketika ia berhasil menyuntikkan obat penenang pada Violetta, perlahan Violetta mulai tenang tidak memberontak lagi sampai akhirnya pun ia tak sadarkan diri. Bik Marni meneteskan air matanya ia tak tega melihat kondisi Violetta, ia tahu bagaimana menderitanya Violetta saat itu sampai akhirnya ia dinyatakan trauma berat.

"Den bibik gak tega melihat non Vio terus-terusan seperti ini." ucap bik Marni.

"Aku juga gak tega bik, tapi mau bagaimana lagi? Sampai saat ini aku belum menemukan Renata, dokter Zehan pun mengatakan hanya dia satu-satunya jalan agar Violetta kembali normal seperti anak pada umumnya." ucap Bram.

"Semoga saja aden dipertemukan sama mbak Renata." ucap bik Marni.

"Bik, aku ingin titip Vio sebentar karena ada pekerjaan sangat penting dikantor." ucap Bram.

"Aden pergi saja, sekarang kan aden baru saja menyuntikkan obat penenang biasanya Vio akan akan membuka matanya setelah beberapa jam lamanya, jadi aden jangan khawatir." ucap bik Marni.

Bram menganggukkan kepalanya, dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Violetta. Bram masuk ke dalam kamarnya kemudian bersiap berangkat ke kantor, dia turun ke lantai bawah dan memanggil supir yang akan mengantarnya pergi.

Renata sedang beristirahat sejenak dari pekerjaannya, tiba-tiba ia teringat Violetta yang pernah ia tolong beberapa hari yang lalu.

"Kok gue jadi kepikiran Vio ya?" tanya Renata pada dirinya sendiri.

"Heh, kenapa kamu malah diem disitu ayo kerja!" ucap kepala OB.

"Iya bu." ucap Renata.

Renata melanjutkan pekerjaannya, Sandi selaku teman satu pekerjaannya menghampiri Renata.

"Rena." panggil Sandi.

"Gimana? Loe jadi kos kagak?" tanya Sandi.

"Kayaknya kagak deh San, bokap sama nyokap temen gue gak ngizinin gue ngekos." jawab Renata.

"Yaudah gapapa, entar gue bilangin sama bu kos nya." ucap Sandi.

"Gue jadi gak enak sama loe, sorry ya San." ucap Renata.

"Udah santai aja kali." ucap Sandi mengulas senyumnya.

Renata membalas senyum kearah Sandi, dia kembali melanjutkan pekerjaannya begitupun dengan Sandi.

Bram sudah sampai dikantornya, dia langsung naik ke lantai atas dimana ruangannya berada. Di tengah perjalanannya Bram terus memikirkan Violetta, dia tak sengaja menabrak ember sampai air nya melayang kemudian tumpah.

Dug..Syuuurr..

"Astagfirullah." ucap Bram terkejut.

Bram langsung tersadar karena terkejut, dia melihat seseorang dihadapannya dengan baju yang basah akibat ulahnya.

"Kau." ucap Bram.

"Kenapa kau menabrak emberku! Lihat ini, bajuku basah gara-gara ulahmu." omelnya tidak terima.

"Siapa suruh kau menyimpan ember di sembarang tempat." ucap Bram tidak terima.

"Mohon maaf nih ya, saya udah nyimpen ni ember disamping bukan di tengah jalan." kesalnya.

Seseorang tersebut menelisik wajah Bram, dia mengingat-ingat wajahnya karena merasa pernah melihatnya.

"Kok mukanya gak asing sih?" gumamnya pelan.

"Kamu Renata bukan?" tanya Bram.

"Iya, kok tahu nama saya?" tanya Renata.

"Akhirnya aku menemukanmu," ucap Bram.

Renata mengernyitkan dahinya melihat Bram, dia tidak mengerti kenapa Bram berbicara seperti itu. Yandi datang menghampiri Bram yang sedang berdiri di depan Renata.

"Kak, kok loe malah nangkring disini bukannya masuk? Nanti keburu tuan Xavier datang, dia paling tidak suka menunggu." ucap Yandi.

"Mohon maaf tuan, saya masih banyak kerjaan permisi." ucap Renata pamit.

"Tunggu dulu." cegah Bram memegang tangan Renata.

Renata menghentikan langkahnya, dia menatap tangannya yang dipegang oleh Bram. Bram langsung melepaskan tangan Renata, karena tidak mengerti apa-apa Yandi hanya menyimak keduanya.

"Renata kau masih ingat Vio bukan?" tanya Bram.

"Vio? Vio yang waktu di mall bukan?" tanya Renata.

"Iya, Vio yang kau tolong waktu di mall." jawab Bram.

"Oh iya aku baru ingat, kau ayahnya Vio bukan? Sekarang bagaimana keadaannya?" tanya Renata.

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang karena aku harus bekerja, kalau boleh aku ingin berbicara denganmu nanti di jam istirahat." ucap Bram.

Renata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia langsung pamit undur diri karena memang masih banyak ruangan yang harus di bersihkan. Bram pun akhirnya tersenyum lega, orang yang selama ini ia cari ternyata bekerja diperusahaannya.

"Siapa dia? Kau mengenalnya?" tanya Yandi.

"Dia orang yang aku cari." jawab Bram.

"Buset, gue nyari sampai anak buah gue pusing ternyata dia kerja disini? Tahu gitu gue langsung aja bawa dia ke rumah loe kak." keluh Yandi.

"Terimakasih ksu sudah mau membantuku, maaf aku selalu merepotkanmu." ucap Bram.

"Santai aja, ayok masuk keburu tuh orang dateng." ajak Yandi.

Bram masuk kedalam ruangannya diikuti oleh Yandi, dia duduk dikursi singgasana nya memeriksa beberapa laporan yang sudah lama ia tinggalkan sebelum tamunya datang.

1
Juwarini
untuk sebutan kau sebaiknya diganti dengan tuan apa anda karena tidak sesuai untuk sebutan kepada yang lebih tua
arzetti azra
Lumayan
Sweet Girl
Wah kesempatan Ndak bisa dibiarkan
Sweet Girl
Ya di SAHkan aja tho Bram...
Sweet Girl
Pingin Renata jadi ibunya.
Sweet Girl
Wes... ojok aneh aneh disek Re...
konsentrasi Ambi Vio disek...
Sweet Girl
Bonus jadi teman hidup Re...
Sweet Girl
Sengaja...
Sweet Girl
Manggil Tuannya kok Kau sih Tor...
kurang sopan Khan Tor...
Sweet Girl
Kok Albert mlebu Nang kamar....???
Sweet Girl
Apa Ewita itu Tor...?
Reni Mardiana: Ewita tuh ya perempuan sama laki ekhem"an
total 1 replies
Sweet Girl
Tak kasih Bram... Renata ternyata kerja sebagai OB di Perusahaan mu.
Sweet Girl
Nah... Khan...
Sweet Girl
Jangan jangan OB di perusahaan nya Bram.
Sweet Girl
Nah Khan... nyariin Vionya...?
Sweet Girl
Harusnya jangan dilepas dong....
Sweet Girl
Ndak minta nomer hpnya lu Bram...?
Sweet Girl
Yaaa Ren... di rumah orang kaya kok minta nya minum air putih...???
Sweet Girl
Eee Pak... anak orang mau dibawak ke Penghulu kah....???
Sweet Girl
Ya cocok ganti nama Iblis aja...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!