NovelToon NovelToon
Poppen

Poppen

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Wanita
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Khodijah Lubis

Bayangkan jika boneka porselen antik di sudut kamar Anda tiba-tiba hidup dan berubah menjadi manusia. Itulah yang dialami Akasia, seorang gadis SMA biasa yang kehidupannya mendadak penuh keanehan. Boneka pemberian ayahnya saat ulang tahun keenam ternyata menyimpan rahasia kelam: ia adalah Adrian, seorang pemuda Belanda yang dikutuk menjadi boneka sejak zaman penjajahan. Dengan mata biru tajam dan rambut pirang khasnya, Adrian tampak seperti sosok sempurna, hingga ia mulai mengacaukan keseharian Akasia.

Menyembunyikan Adrian yang bisa sewaktu-waktu berubah dari boneka menjadi manusia tampan bukan perkara mudah, terutama ketika masalah lain mulai bermunculan. Endry, siswa populer di sekolah, mulai mendekati Akasia setelah mereka bekerja paruh waktu bersama. Sementara itu, Selena, sahabat lama Endry, menjadikan Akasia sasaran keusilannya karena cemburu. Ditambah kedatangan sosok lain dari masa lalu Adrian yang misterius.
Namun, kehadiran Adrian ternyata membawa lebih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Khodijah Lubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nihon Matsuri

“Ooi ooi! Ini acara apa sebenarnya?” Hayashi menutup wajahnya dengan satu tangannya, pusing dengan hiruk pikuk di depannya.

“Ini Nihon Matsuri.” Selena menjawab yakin, “Lihat, stall makanan Jepang dimana-mana, orang-orang datang memakai pakaian bernuansa Jepang. Kurang Nihon apalagi?”

“Nihonjin tidak ajaib-ajaib begitu ya penampilannya! Lihat mereka, dandanannya lebih mirip yokai, dan dia bahkan cuma pakai kutang, KUTANG!” Hayashi menyebutkan keanehan-keanehan di depannya, emosinya sudah di ubun-ubun. Ia merasa budayanya dilecehkan.

“Jangan salah paham, itu budaya baru yang dikembangkan dari Jepang. Budaya manga dan anime.” Selena memulai penjelasan, “Mungkin kamu ketinggalan info, tapi sejak selesainya perang dunia, Jepang banyak menghasilkan komik dan film kartun yang mengangkat karakter dan cerita bernuansa Jepang. Karyanya disukai banyak orang dari berbagai belahan dunia, dari situlah karakter-karakter ini dibuat. Karena banyak yang menyukai karakter itu, muncul lagi budaya baru menirukan penampilan karakter tersebut sama persis, disebut cosplay kependekan dari costume playing.” Selena memberi penjelasan yang cerdas, sisi otaku-nya keluar.

“Yang penting, kita nggak aneh-aneh banget kan tampilannya.” Selena menunjukkan hakama-nya dengan rambut panjangnya yang diikat ekor kuda, menyerupai Kaoru Kamiya di anime klasik Ruroni Kenshin. Wajahnya yang cerah dan mulus dimake-up tipis-tipis agar terlihat natural ala gadis desa.

Sebenarnya sejak dulu Hayashi merasa Selena dengan karakternya yang tangguh dan kecantikannya akan sangat cocok memakai hakama, tapi melihatnya terealisasikan membuatnya kehilangan kata-kata karena terkesima. Ini seperti khayalan yang mendadak muncul di kenyataan, jadi terlalu mengagetkan. “Ehem, kamu sih nggak aneh...tapi AKU YANG ANEH!” Protes pemuda Jepang itu, mengalihkan pikirannya.

“Kenapa? Itu kan hakama kayak yang biasa kamu pakai, cuma beda warna aja. Merah dan putih, ii mitai yo (terlihat bagus loh).” Selena berusaha membujuk Hayashi agar lebih menyukai tampilannya.

“Tapi kenapa aku harus memakai rambut merah yang panjang dan menggelikan ini? Aarggghh!” Hayashi terlihat risih dengan kepalanya, ingin menggaruknya kencang.

“Eeeh, jangan diberantakin, soalnya kamu keren kalau begini,” Selena memperbaiki wig Hayashi, memastikan tidak ada rambut yang mencuat. Hayashi terdiam kikuk menyadari ia tidak pernah sedekat ini dengan sembarang wanita. Gadis di depannya bisa sangat santai memegang kepalanya dan mendekatkan wajah ke arahnya, sementara jantungnya sudah berdebar tidak karuan, “Sudah rapi. Tahan ya, nanti kita foto-foto supaya kamu bisa lihat seberapa kerennya kamu.”

“Haiik!” Tiba-tiba pemuda itu menjadi penurut, sibuk menenangkan kekacauan di dadanya, ‘Wangi sekali.’ Pikirnya spontan saat tadi berdekatan dengan Selena.

“Bagian terbaiknya adalah ini!” Selena menyerahkan sebuah pedang ke arah Hayashi dan memegang satu pedang untuk dirinya sendiri, “Imitasi sih, tapi tetap harus hati-hati pakainya ya. Itu cuma property.” Selena mengingatkan sambil mengamati pedangnya sendiri. 

Hayashi membuka sarung pedangnya dan menemukan bahan pedangnya ternyata besi meski tumpul. Bagian luarnya memang terlihat palsu seperti mainan, tapi Hayashi tetap senang diberi mainan seperti ini. Ini membuatnya nostalgia ke masa lalu, dimana ia sering memegang pedang untuk berjaga-jaga, “Subarashi (mengesankan)…”

“Kamu udah lama nggak makan jajanan jepang kan? Yuk beli takoyaki, ngobrolnya disana aja.” Selena menyeret pemuda Jepang itu ke stall takoyaki terdekat. Mereka berdua duduk di bar kecil yang disediakan penjual takoyaki di samping gerobaknya.

Tidak pernah terbayang di pikiran Hayashi sekalipun bahwa ia bisa menikmati lagi jajanan khas kampung halamannya di negeri orang berabad-abad kemudian. Ia memegang sumpit dan kotak kertas berisi takoyaki dengan rasa haru, “Itadakimasu (selamat makan) !” Gumamnya sebelum menikmati makanannya.

Selena tersenyum geli melihat gelagat pemuda gahar itu. Kalau sedang makan lahap begini pemuda itu terlihat lucu dimatanya, “Kamu isinya tako ya? Punyaku isinya kani dan cheese.” Selena membelah satu butir takoyakinya.

Hayashi mengangkat kepalanya dan melihat Selena seperti orang aneh, "Namanya takoyaki isinya ya harus tako. Kalau isinya bukan tako ya berarti bukan takoyaki! Lalu keju? Mana ada takoyaki ditambah keju! Kalian mengacaukan budaya kami lagi ya?” tuduhnya tidak terima.

Selena tertawa melihat pria itu kesal, “Iya juga ya. Ada juga loh yang dalamnya sosis, ja...soseji-yaki kana?” Selena tertawa sendiri mendengar ucapannya.

“Kemarin pun kamu beli fushion sushi, ditambah keju dan hal-hal aneh segala macam, pakai dimasak pula, padahal yang namanya sushi ya harusnya mentah. Sekarang takoyaki pun jadi korban. Sampai kapan kalian puas?” Hayashi berkomentar prihatin.

Selena terkekeh dibuatnya, “Loh bukannya bagus ya? Itu namanya inovasi, bentuk kreatifitas. Tunggu aja sampai kamu mencicipi es krim matcha!” Selena memberi pemahaman.

“Matcha dijadikan es krim?” Hayashi semakin bingung.

“Tapi enak kok, nih aku belikan ya.” Selena pergi untuk beberapa waktu dan kembali membawa dua es krim cone berwarna hijau, “Coba dulu!”

Hayashi menatap es krim hijau itu ragu-ragu sebelum menjilatnya. Binar matanya menunjukkan semuanya, ia seperti mendapatkan pencerahan dalam hidupnya. Ia menikmati rasa es krim itu, “Baiklah, tidak semua pembaharuan buruk.” komentarnya dengan gengsinya.

“Ya kan? Enak kan.” Selena menahan gemas melihat pria dewasa yang terlihat garang dengan samurainya itu makan es krim seperti anak kecil. Ia mengeluarkan tisu dan mengelap sekitar bibir Hayashi, “Makannya pelan-pelan, jangan kayak anak kecil. Nggak ada yang mau mencuri es krim kamu.”

Hayashi merasa mukanya memerah panas, “Iya aku tahu.” Jawabnya singkat sambil memalingkan muka, berharap dapat menyembunyikan rona wajahnya yang malu.

Sambil menjilati es krim Selena memainkan ponselnya sebelum menunjukkan gambar karakter Ruroni Kenshin ke Hayashi, “Kamu nggak tahu sih kerennya karakter yang kamu tiru. Namanya Ruroni Kenshin dari anime dan manga Samurai X. Ceritanya dia samurai yang ingin meninggalkan pekerjaan sebagai battousai di awal era Meiji. Yang khas dia punya tanda goresan di pipinya berbentuk X.” Selena menyentuh pipi Hayashi yang diberi gambar goresan serupa dengan make up.

Hayashi melirik layar ponsel Selena demi melihat gambar tokoh yang dibicarakan, “Lalu siapa yang kamu tirukan ini?”

“Kaoru Kamiya, pasangan sekaligus teman berantemnya.” Selena tertawa mengingat kisahnya, “Dia juga perempuan tangguh yang jago berpedang. Makanya aku belajar anggar, kayaknya keren aja gitu kalau bisa mengayunkan pedang.”

Hayashi mengelus-elus kepala Selena, membuat gadis itu kesal, “Bagus, perempuan memang harus tangguh.” Pujinya bangga.

“Tapi jangan diberantakin dong. Ini sudah di-styling.” Selena merapikan lagi rambutnya.

“Terima kasih ya.” Tiba-tiba Hayashi terlihat serius.

“Buat apa?” Selena bingung.

“Sudah dibawa kesini. Padahal harusnya aku yang menghiburmu. Kamu malah banyak menyenangkanku dengan makanan ini. Terima kasih. Maaf aku tak punya apapun untuk diberi.” Hayashi menunduk, menyadari betapa menyedihkannya situasinya saat ini. Sebagai pria ia bahkan tidak memegang uang sedikitpun.

“Makanya kerja!” Ledek Selena dengan nada tengil.

“Kerja bagaimana?” Hayashi mengernyitkan dahi.

“Sebenarnya aku disini juga membantu temanku, dia pembuat pakaian cosplay, dan aku bersedia jadi modelnya. Cosplay disini dilombakan, jadi kalau kita membawakan pakaian ini dengan baik di atas panggung kita bisa memenangkan hadiah, sepertinya hadiah uangnya lumayan.” Selena akhirnya berkata jujur.

“Bagaimana caranya?” Hayashi mulai tertarik.

Selena mendekati telinga Hayashi untuk membisikkan rencananya.

...oOo...

“Yak selanjutnya penampilan peserta nomor 11 dipersilakan maju, peserta mengenakan kostum dari anime klasik Samurai X. Baiklah, waktu dan tempat dipersilakan.” MC acara di panggung Nihon Matsuri mempersilakan Selena dan Hayashi.

“Selena dan Hayashi maju dari sisi berseberangan panggung, di ujung kanan dan kiri panggung mereka saling menatap tajam sambil mempersiapkan pedangnya. Mereka berkumpul dengan cepat di tengah dengan pedang diayunkan, mereka saling menyerang dan bertahan bergantian. Gerakan mereka begitu lihai, cepat, beringas tapi juga indah dilihat. Penonton terkesima, sekilas bisa langsung mengetahui mereka bukan amatiran.

Mereka terus bertarung hingga Selena tidak sengaja terantuk lipatan karpet panggung, ia hampir jatuh ke belakang kalau saja Hayashi tidak cepat menangkapnya dari belakang, mereka hampir seperti berpelukan. Para penonton bertepuk tangan dan menyerukan godaan tengil ke arah mereka. “Awww!”, “Cieeee!”

Hayashi yang masih menahan belakang tubuh Selena jadi malu dan kikuk hingga melepaskan saja tubuh Selena, membuatnya terjatuh seketika. Setelah mengaduh kesakitan Selena berdiri untuk memberi hormat kepada penonton dan melirik Hayashi kesal. Ia menarik Hayashi keluar dari panggung dengan diiringi tawa penonton.

“Gomenasai (Maaf)! Hontou ni gomenasai (Sungguh-sungguh minta maaf)! Sakit ya?” Hayashi yang sadar kesalahannya mengecek keadaan gadis itu. "Aku tadi gugup." 

“Mo ii (Yasudahlah) ! Daijobou (Tidak apa-apa).”  Jawab Selena malas memperpanjang meski masih memegang pinggang belakangnya. Sesaat kemudian ia malah tertawa kencang, “Kita ini ngapain sih tadi?”

Melihat gadis itu tertawa Hayashi jadi ikut lega dan tertawa juga, “Kalau dipikir-pikir iya juga ya. Kamu pakai jatuh segala di panggung.”

“Kalau begini sih gimana mau menang?” Selena masih tertawa meski pesimis kemungkinan itu ada.

“Daijobou (tidak apa-apa), kalaupun tidak menang aku akan mencari cara lain untuk hasilkan uang.” Hayashi berjanji dengan penuh tekad.

“Tanpa dokumen identitas begitu kamu mau kerja apa? Copet?” nyinyir Selena sambil menyeringai.

Hayashi baru kepikiran, “Ya jangan mencuri lah. Mungkin jasa kuli angkut? Apapun yang penting baik.”

Selena mengagumi tekad pemuda di depannya ini, “Kamu...nggak gengsian ya kalau soal kerja? Baguslah. Nanti aku kabari kalau ada pekerjaan freelance.”

Pemuda itu menggaruk hidungnya, seperti ingin bertanya tetapi ragu, “Ehm, kemarin katanya kamu menjenguk Akasia, bagaimana keadaannya?” ia khawatir membebani pikiran gadis di depannya itu.

“Oh, syukurnya sih sepertinya nggak parah. Dia masih bisa kok ngomong nyinyir, bikin aku kesal aja.” Selena tampaknya tidak terlalu terbebani lagi dengan masalah ini.

Hayashi menghembuskan napas lega, “Hei, kamu sudah janji loh mau berbuat baik ke dia.” Ia mengingatkan tekad gadis itu sebelumnya.

“Yaa...kalau balas meledek masih boleh dong. Kan nggak membahayakan.” Selena merasa susah sekali untuk mulutnya tidak usil mengejek Akasia.

“Mau bagaimana lagi, namanya kebiasaan memang sulit diubah.” Hayashi berusaha maklum dengan prosesnya.

“Pemenang untuk juara pertama adalah…” terdengar suara MC di panggung yang tidak jauh dari mereka, “Nomor 11 dengan kostum dari anime Samurai X, aksinya keren banget yaa! So sweet banget!”

Selena dan Hayashi yang mendengarnya saling tatap seolah mengkonfirmasi pendengaran mereka, “Benar nomor sebelas kan? Kita?” Selena mengecek nomor pesertanya.

Hayashi mengangguk, matanya terlihat terkejut, “Usooo (bohong) !” ia senang meski hampir tidak percaya.

Selena memeluk Hayashi cepat sebelum menariknya ke atas panggung. Hayashi masih melongo karena sikap gadis itu tadi.

1
Little Fox🦊_wdyrskwt
fix ini fakta
yumin kwan
lanjut ya....jangan digantung, ceritanya seru...
Serenarara: Owkay qaqaa
total 1 replies
Lalisa Kimm
lanjuuuuttt
Lalisa Kimm
upppp thor yg bnykkk
Serenarara: Owwkay
Serenarara: Syudah
total 2 replies
Lalisa Kimm
cielah, jan nyombong mbak/Smile/
Lalisa Kimm
yah endri trnyata yg nolong
Lalisa Kimm
ikut sedih/Cry/
Lalisa Kimm
nahhh betul itu
Lalisa Kimm
kmu udh cinta kali/Facepalm/
O U Z A
merasa dibawa ke masa lalu, kisah cintanya londo wkwk
Serenarara: Maacih, emang niatnya gitu.
total 1 replies
Runaaa
mampir ya kak ke novelku🙏
semangat /Good/
Gorillaz my house
Bikin gak bisa berhenti
Serenarara: Yg boneng gan?
total 1 replies
Dumpmiw
Ya ampun, kaya lagi kumpul tengah lapangan pake koran /Sob/
Serenarara: Berasa nonton layar tancep.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!