Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.
Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arjuna
"Kurang ajar! Aku enggak mau gabung sama kalian, lepasin aku!" teriak Sasha.
"Jangan sombong gitu dong, ayo sini! Kami akan pastikan kamu melewati malam indah dan penuh gairah di sini," timpal lelaki yang tadinya berdiri dengan seorang wanita.
Lelaki itu mulai berjalan menuju ke arahnya dengan langkah sempoyongan. Dia melempar botol minumannya dengan sembarangan hingga membentur tembok dan pecah berkeping-keping.
Sasha tidak bisa pergi dengan mudah, dia hampir putus asa. Namun, siapa sangka saat lelaki tadi datang, semuanya malah mundur dengan wajah ketakutan.
"Siapa yang berani menyentuh milikku!" tanya lelaki itu.
Mereka terdiam, Sasha berbalik arah menatap lelaki di belakangnya.
Ah, ternyata dia adalah lelaki tampan tadi.
Ketampanannya terlihat jelas sekarang di bawah cahaya lampu yang temaram.
Sasha baru menyadarinya sekarang, pria yang memegang tangannya tadi pun segera menjauh, meninggalkan Sasha dan lelaki tampan itu.
Sasha ditarik keluar dari tempat tersebut.
"Jangan melakukan hal bodoh lain kali, sekarang kamu bisa selamat dari mereka. Lain kali siapa yang akan melindungi kamu?"
Omongan laki-laki itu datar tanpa emosi.
"Maaf, karena sebelumnya aku sudah berpikir buruk tentang kamu. Terima kasih karena sudah menolongku," ucap Sasha menunduk.
Dia mengaku salah, tidak seharusnya berburuk sangka.
"Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah. Lagian, mana ada orang baik-baik berada di tempat seperti ini," ujar lelaki itu.
Ia kemudian mengajak Sasha untuk duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari sana.
Tidak ingin orang-orang berpikir aneh karena mereka mengobrol di tempat yang cukup gelap.
"Ini kota besar, kamu juga akan bertemu dengan banyak orang jahat." Juna menatap Sasha yang masih tampak sedih. "Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya Juna.
"Aku sedang mencari seseorang." Sasha menatap lawan bicaranya.
"Sudah dari tadi ngobrol, tapi aku belum tahu nama kamu. Aku Arjuna, biasa dipanggil Juna, kamu?"
"Sasha Aurelia Agnesia, panggil aja Sasha."
"Nama yang bagus."
"Makasih," ucap Sasha.
Mereka kemudian memesan makanan, dan Arjuna yang akan membayarnya. Pertemuan pertama dengan Arjuna meninggalkan kesan cukup baik di memori Sasha.
.
.
Sasha menikmati kehidupan barunya di kota yang tidak pernah ia pijak sebelumnya.
Di sana dia tidak kenal siapa pun, tidak ada sanak saudara atau pun sahabat.
Sasha sendirian, ia mendapat kabar tentang keberadaan Arya dari salah satu teman perempuannya. Itu sebabnya Sasha memilih mencari keberadaan Arya di sana, dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya, Sasha bekerja di sebuah warung makan yang berada di pinggir jalan raya, dekat dengan pusat kota.
Pemilik warung itu tampak sangat menyukai Sasha, dua bulan bekerja di sana, membuat wanita itu menganggap Sasha sebagai bagian dari keluarganya.
Setiap pagi Sasha akan diajak makan bersama, dengan begitu pengeluaran biaya hidup Sasha sedikit berkurang.
"Ibu tidak lihat kamu pergi shopping seperti teman-temanmu yang lain, padahal kalian baru gajian loh. Apa uangnya kurang?" tanya bu Kinanti.
"Ah tidak, Bu. Sama sekali tidak kurang kok," ucap Sasha cepat.
Perempuan di depannya tidak tahu kalau dari kemarin ia terus mencari keberadaan ayah dari anaknya.
"Aku hanya ingin menabung dulu, ada sesuatu yang harus aku beli, Bu." Sasha memindahkan gelas-gelas di atas meja, dan kemudian membawanya ke belakang untuk dicuci.
Bu Kinanti mengikutinya, beliau baru mengenal Sasha dua bulan. Namun rasanya seperti sudah lama, tapi masih banyak yang belum beliau tahu tentang bagaimana kehidupan Sasha sebenarnya.
"Sasha, ibu masih penasaran sama kamu.
"Soal apa, Bu?" tanya Sasha. Ia menarik bangku yang berada di depan pintu masuk dapur, lalu ikut duduk di samping bu Kinanti.
"Ya tentang kehidupan kamu, selama ini kamu enggak pernah cerita tuh soal ibu sama bapak kamu," ucap wanita itu.
"Oh itu, keluarga saya orang biasa, Bu. Saya ke sini karena mau cari seseorang," kata Sasha mengulum senyum lembutnya.
Bu Kinanti memperhatikan dengan jelas ekspresi di wajah Sasha, tampaknya ini hal yang cukup pribadi, jadi beliau tidak mau ikut campur dengan bertanya lebih lanjut.
"Oh begitu, ibu bukan apa-apa, Sha. Ibu sudah nganggap kamu seperti keluarga ibu sendiri, jadi ibu tidak mau kamu menyimpan beban sendiri, kalau kamu butuh apa-apa kamu boleh kok minta bantuan sama ibu," kata beliau menawarkan.
"Terima kasih, Bu. Sasha enggak butuh apa-apa kok sekarang. Diterima kerja di sini aja udah syukur banget."
"Sama-sama, Sha. Dari tadi kamu belum makan, makan dulu yuk! ini nanti aja diberesin lagi, lagian kan warungnya udah ditutup juga." Bu Kinanti bergegas mengambil piring dan memasukkan nasi beserta lauk pauk ke dalamnya.
"Loh, Bu! Enggak usah repot-repot, aku bisa ambil sendiri," kata Sasha seraya merebut piring itu dari tangan bu Kinanti. Sasha merasa tidak nyaman diperlakukan seistimewa itu oleh beliau.
.
.
Kontrakan Baru...
Sasha duduk di ruang kecil kontrakannya, menatap dinding kosong yang masih belum terhiasi. Meskipun ukurannya sederhana, tempat ini terasa nyaman dan tenang, jauh dari kesibukan dan konflik yang baru saja dia tinggalkan.
Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikiran yang masih terbayang wajah Fatih dan Anya. Matanya melayang ke jendela, menikmati cahaya bulan yang masuk, membawa ketenangan dan harapan baru.
Sasha sengaja pindah kontrakan, supaya jaraknya pergi kerja lebih dekat.
Sasha memandang foto Fatih dan Anya di ponselnya, rasa rindu dan bersalah membanjiri hatinya. Dia berjanji pada diri sendiri untuk memulai hidup baru dan menjadi orang yang lebih baik untuk putranya.
Tiba-tiba, bunyi ketukan terdengar dari pintu. Sasha terkejut, siapa yang datang berkunjung pada malam seperti ini? Dia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Begitu dilihat yang datang adalah Arjuna, lelaki baik yang telah menolongnya dari para berandalan beberapa waktu lalu.
Sasha pikir itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka, ternyata takdir mempertemukan mereka kembali kemarin sore, tepat di warung bu Kinanti.
Sasha terkejut, namun segera tersenyum. "Arjuna! Apa kabar? Kenapa kamu datang malam-malam?"
Arjuna tersenyum hangat. "Aku ingin pastikan kamu baik-baik saja. Aku tahu kamu baru pindah dan mungkin membutuhkan bantuan."
Sasha mengundang Arjuna masuk. Mereka duduk di ruang kecil, berbincang tentang hari-hari Sasha di tempat baru.
Sasha merasakan ada kehangatan dan kenyamanan setiap kali bicara dengan Arjuna. Berbeda dengan Arya, dia tidak pernah mendapatkan rasa tenang dan dilindungi dari lelaki itu, Sasha lebih sering merasa tertekan. Ia pun baru menyadarinya sekarang, kenapa dulu dia begitu tergila-gila pada Arya, lelaki jahat yang hanya memanfaatkannya saja.
Arjuna menatap ke setiap sudut ruangan kontrakan Sasha.
"Sasha, ternyata kontrakan baru kamu ini masih kosong. Gimana kalau kita cari beberapa barang yang bisa dipajang di sini, agar terlihat lebih indah dan nyaman?" usul Arjuna.
Sasha tersenyum. "Benar juga, aku belum memiliki apa-apa di sini. Tapi, aku enggak mau ngerepotin kamu, Juna."
Arjuna menggeleng pelan. "Enggak ngerepotin, Sasha. Aku senang membantu. Kita bisa membeli beberapa barang dasar seperti kasur, meja, dan lampu."
Sasha mengangguk, merasa lega. "Terima kasih, Arjuna. Kamu baik banget sama aku, padahal kita belum kenal lama. Aku enggak tahu gimana caranya buat ngebales kebaikan kamu," kata Sasha.
Mereka berdua kemudian pergi ke toko terdekat untuk membeli barang-barang tersebut.
Tiba di sana, Arjuna membeli banyak barang. Tv kecil, kasur, bantal, dan beberapa perlengkapan lainnya. Dia juga membeli peralatan memasak, tidak ketinggalan dengan beberapa hiasan dinding, sebuah tanaman hias yang bagus untuk diletakkan di pojok ruangan.
"Katanya sedikit, ini kebanyakan, Juna!" Sasha melihat semua barang yang dibelinya bersama Arjuna. Barang mereka sudah dimasukkan ke dalam mobil, dan mobil pick up itu siap mengantarkan belanjaan Sasha ke kontrakan barunya.
"Pindah ke tempat baru, semuanya ya harus baru dong," jawab Arjuna dengan gaya santainya.
Setelah selesai berbelanja, Arjuna dan Sasha kembali ke kontrakan. Mereka bersama-sama mengatur barang-barang baru tersebut.
Sasha tersenyum, melihat kontrakannya yang mulai terlihat nyaman. "Terima kasih, Arjuna. Kamu baik banget sama aku."
Arjuna senyum. "Terima kasih mulu dari tadi, aku senang bisa membantu kamu, ini tidak seberapa kok," kata Arjuna.
Saat mereka sedang mengatur barang yang masih belum selesai dipajang, terdengar suara ketukan pintu. Sasha membuka pintu, ternyata bu Kinanti yang datang sekarang.
Sasha menyuruh wanita itu untuk masuk, dan dia mulai membuat dua gelas minuman dan menyuguhkan aneka macam kue yang tadi dibelinya bersama Arjuna.
Dari balik tembok yang menjadi penyekat ruangan dapur dan ruang tengah, Sasha memperhatikan keakraban dua orang tersebut.
Baru dua kali bertemu, tapi mereka bisa sedekat itu. Sasha merasa senang melihatnya, namun jauh di dasar hatinya, ia juga masih penasaran, siapa sebenarnya Arjuna.
Lelaki itu terkesan misterius, dia datang dan pergi sesuka hati. Sasha bahkan belum mengatakan di mana kontrakan barunya, tapi laki-laki itu sudah lebih dulu tahu.
Sasha kembali berpikir, pertemuan mereka yang pertama itu juga sedikit aneh. Semuanya seolah telah diatur, ini tidak mungkin kebetulan. Sasha mulai berpikir aneh-aneh tentang Arjuna, dan tidak hanya Arjuna, bu Kinanti juga ikut terseret ke dalam rasa curiganya.