Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saatnya Telah Tiba
Daniel memeluk tubuh Bianca, mendekatkan tubuh mereka hingga tiada jarak di antara keduanya. Daniel memberi isyarat dengan mengedipkan mata cepat sambil tersenyum.
"Apa? Ada apa?" tanya Bianca. Wanita itu curiga dengan ekspresi wajah suaminya.
"Apa kau sedang memberiku kode?" tanya Daniel dengan senyum mengembang sempurna di bibirnya.
"Kode? Kode apa?" Bianca balik bertanya karena tidak mengerti.
"Hmm, sebentar-sebentar. Jadi, kenapa kau tiba-tiba menciumku? Apa kau sengaja merang*sang ku?"
Bianca tertawa kecil mendengar ucapan Daniel yang dinilai sangat terus terang.
"Tidak, untuk apa aku melakukannya," sanggah Bianca.
Namun ia tidak bisa berhenti tertawa.
"Hei, apa kau ragu jika aku ini pejantan tangguh? Kenapa menertawakanku?"
"Kau lucu." Bianca menutup wajahnya yang memerah.
"Lucu? Kau anggap aku lucu?" Daniel menggelitik Bianca. Ia mengarahkan kedua tangannya di pinggang dan purut wanita itu hingga tawa Bianca semakin menjadi-jadi.
"Cukup, Daniel. Cukup!" seru Bianca tidak bisa berhenti tertawa. Kini tempat tidur mereka menjadi sangat berantakan. Bantal dan guling terjatuh dan hilang entah kemana.
"Apa? Kau panggil aku apa?"
"Baiklah, sayang! Cukup! Perutku sakit," keluh Bianca.
"Baik, begitu. Jika aku mendengar kau memanggil namaku lagi, aku akan menciummu di manapun dan kapanpun," ucap Daniel mengancam.
"Baik, baik!" Bianca menyerah. Kedua pipi dan perutnya pun sudah terasa sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Jangan memancing ku. Tidak baik membangunkan singa yang sedang tidur jika tidak berniat memberinya makan," keluh Daniel.
"Maafkan aku." Bianca memeluk Daniel sambil menampakkan wajah imutnya.
"Apa kau tidak tahu? Jika singa sudah bangun, maka dia akan menerkammu hingga habis tak bersisa."
"Hmm, benarkah?"
"Kau tidak percaya? Ayo kita buktikan!" seru Daniel sambil bangun dari tempat tidur dengan cepat.
Bocah laki-laki itu membuka kaos yang ia kenakan sambil menampakkan ekspresi wajah penuh keinginan. Sudah sekian lama ia menunggu dan menanti, inikah saatnya tiba?
"Hei, kau mau apa?" tanya Bianca. Ia segera menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, hanya menyisakan bagian kepala yang terlihat.
"Menerkammu! Kau bilang ingin pembuktian."
Dengan tidak sabar, Daniel menghempaskan selimut di tubuh Bianca. Ia merangkul tubuh wanita itu dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat.
Bianca tidak menolak, ia menikmati cara Daniel mencumbunya.
Entah dari mana Daniel mendapatkan keberanian untuk meraba dan menyentuh setiap jengkal tubuh Bianca, rupanya hasrat bocah itu sudah di ubun-ubun.
Bianca menggeliat. Seluruh tubuhnya terasa lebih sensitif terhadap setiap sentuhan. Tangan bocah laki-laki itu, rupanya sangat pandai dalam mencari titik-titik terbaik yang bisa membuat tubuh Bianca menegang.
Karena sudah tidak bisa lagi menahan keinginan yang mendesak kuat, tangan Daniel bergerilya melepas setiap kancing piyama yang melekat di tubuh istrinya.
"Kau bersedia melakukannya?" tanya Daniel. Ia mengangkat kepalanya dari dada Bianca sambil menatap wajah wanita itu.
"Hmm." Bianca mengangguk.
Sampai kapan lagi mereka menunda malam seperti ini. Bagaimanapun, Daniel berhak mendapatkan haknya sebagai seorang suami.
Setelah lampu hijau menyala terang. Daniel langsung bersiap menerobos masuk ke dalam area berbahaya yang selama ini tertutup rapat dan terlarang untuknya.
Daniel paham, tatkala ia telah berani memasuki area terlarang, maka akan sulit baginya untuk berhenti. Karena ini adalah satu-satunya area yang memabukkan, membuat semua orang tergoda, terlena, bahkan melupakan semua masalah dunia dan berfokus pada satu titik dimana kenikmatan datang dalam setiap hentakan.
Hanya dalam satu tarikan napas, keduanya telah menyatukan diri. Meski ini adalah pengalaman pertama bagi Daniel, namun ia tidak merasa kesulitan dalam menyenangkan Bianca.
Sebagai bukti, wanita itu memejamkan mata erat dengan kedua tangan mencengkram kuat punggung Daniel. Setiap hentakan membuat bibir Bianca mende*sah dan mengerang.
Kenikmatan yang tak dapat ditolak ini membuat mereka hilang kendali hingga terus memaksa tubuhnya untuk saling memuaskan.
"Kau menyukainya?" tanya Daniel dengan napas terengah.
"Hmm." Bianca hanya mengangguk. Ia bahkan sulit bicara demi menahan sesuatu yang terdorong kuat di bawah tubuhnya.
Waktu berlalu begitu lambat bagi sepasang manusia yang tengah dimabuk hasrat. Mereka terus bergerak seirama, bahkan Daniel memberikan kesempatan bagi Bianca untuk memegang kendali.
Mereka bertukar posisi, hingga Bianca menjadi sang nahkoda yang bebas melajukan kapalnya mengarungi lautan kenikmatan.
Bianca merasakan setiap syaraf di tubuhnya menegang. Wanita itu berulang kali merintih dengan kuat karena merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan.
Saat Daniel segera mencapai puncak, ia berbisik dan meminta Bianca untuk mengencangkan sabuk pengaman, karena pendaratan terakhir akan sangat menegangkan.
Hanya berselang beberapa detik, keduanya jatuh dan terkulai lemas di bawah selimut.
***