Sang Penakhluk

"Jadi elo mantan kekasih Krisna Wirabumi bukan? Pasti elo tahu kabar kakeknya yang menikah lagi, Istri muda Malik Wirabumi tinggal sekampung sama gue," ujar Akbar memancing tanggapan gadis cantik di depannya.

Akbar membawa Anindita ke ruang kantor miliknya, walau ukurannya tidak terlalu besar tapi terlindung dari kamera kamera jahat yang penasaran dengan keberadaan sang artis.

"Tidak usah bicara yang bukan bukan, Malik Wirabumi sangat setia pada mendiang istrinya. Jika mau menikah lagi maka itu sudah dia lakukan dari dulu. Lagipula keluarga itu masih sangat berduka," sahut Anin dengan pandangan sekali sekali melirik pada pria biasa yang ternyata ia rasa cukup tampan.

Jika saja Akbar mengenakan outfit serba mahal makan pemuda itu bisa menjadi idola baru kaumnya.

"Tapi lusa Malik Wirabumi mengadakan sebuah acara di hotel. Dan itu akan dihadiri sekitar dua sampai tiga ratus tamu."

"Apa kau juga seorang pemburu berita? Bagaimana bisa kau tahu semua itu?" tanya Anin, bahkan ayahnya tidak pernah menyinggung tentang pesta yang akan digelar oleh Wirabumi. Sebagai sesama pengusaha ayahnya cukup mengenal Malik Wirabumi.

"Nantinya aku dan seorang teman akan ada di acara itu."

"Cihh kau pikir aku percaya jika pengusaha bengkel kecil seperti ini akan datang di pesta kaum jet set?!"cibir Anin dengan tatapan meremehkan.

"Aku bekerja di katering yang mensuport acara itu, kau mengenal baik keluarga Wirabumi bukan? Bisakah aku minta tolong padamu, rekomendasikan aku agar bisa bekerja pada di Wirabumi. Aku bisa lakukan apapun, menyetir...tukang kebun...atau bahkan aku bisa menjadi penjaga gerbang mansion!"

Anin hanya memutar bola matanya malas, selama menjadi kekasih Krisna hanya Wening yang menanggapinya dengan baik. Malik ataupun Anom sama sekali tidak pernah menyukainya.

"Bos mobilnya udah beres."

Anindita langsung keluar dari ruang kantor ketika pria yang menangani mobilnya masuk dan mengatakan mobilnya selesai ditangani. Tapi sebelum melangkahkan kakinya keluar pintu, teriakan Akbar membuat langkahnya terhenti.

"Kafe XX dua minggu yang lalu! Aku tahu semua tentang malam itu!"

Akbar baru ingat jika salah satu temannya pernah bercerita jika suatu malam ada seorang artis yang meminta tolong untuk di antar pulang. Sang artis mabuk berat hingga entah bagaimana akhirnya mereka malah berakhir di atas ranjang. Mereka bercinta di apartemen sang artis!

Temannya sempat mengambil foto saat mereka masih ada di atas ranjang, tapi karena tak ingin memperpanjang masalah akhirnya temannya pergi sebelum sang artis bangun.

Hanya teman teman satu tongkrongan yang pernah melihat foto panas itu. Dan baru Akbar ingat jika wajah artis yang ada di foto itu sangat mirip dengan gadis yang sekarang ada di dalam kantornya.

*

Dinar sedang berputar mematut dirinya didepan kaca jendela kamarnya, saat ini dia sedang bersiap karena tiba tiba saja sore tadi Bara mengajaknya pergi. Saat ini dia mengenakan salah satu dress yang diberikan Wening padanya.

Dress warna kuning muda lengan pendek dengan panjang hanya sebatas lutut. Ibu mertuanya membeli cukup banyak baju untuknya karena tahu jika dia tak membawa apapun saat di bawa paksa untuk menikah.

Dinar membiarkan rambut panjangnya tergerai, tanpa satupun aksesoris di tubuhnya. bahkan ia hanya menenteng ponsel dengan tangannya karena tidak punya tas. Beruntung ia masih menyimpan sepatu putih yang ia kenakan saat pernikahan. Setidaknya masih matching dengan dress yang ia kenakan.

"Nyonya, ayo Tuan Muda sudah menunggu di mobil!"

"Ehh iya Mang," sahut Dinar gugup, pasti monster itu akan marah lagi karena sudah membuatnya menunggu. Tapi bukan sepenuhnya menjadi kesalahannya karena ajakan yang ia terima sangat mendadak.

Tak ada sepatah katapun dari suaminya saat ia masuk ke dalam mobil, pria itu terlalu sibuk dengan ponselnya. Tapi tiba tiba mobil mengerem mendadak ketika baru saja keluar dari gerbang. Samar terdengar suara benturan dari arah depan.

"Maaf Tuan, sepertinya saya tidak sengaja menabrak motor."

"Mereka yang ceroboh, biar penjaga yang menanganinya. Kita sudah terlambat, aku tak mau Tuan Candranata menunggu kita," ujar Bara yang melihat ada empat penjaga Wirabumi menghampiri dua pemuda yang motornya tak sengaja tersenggol oleh mobilnya. Bara tahu jika diam diam Anom menempatkan beberapa yang selalu mengikutinya.

Tapi kemudian pandangannya terkunci pada dua pemuda yang sedang berbicara dengan keempat penjaganya. Dia sangat mengenal salah satu wajah dari pemuda itu.

"Akbar? Berengsek..."

Bara hanya berpikir jika tadi Dinar tak ikut dengannya maka kemungkinan besar mereka akan berkencan dirumahnya!

Dan sayangnya Dinar yang sedang melihat keluar jendela juga menyadari keberadaan Akbar.

"Mas Akbar...."

"Apa kau sangat merindukannya j*lang?" geram Bara.

Tadinya ia ingin menahan diri karena ada Mang Surya diantara mereka. Tapi kendali emosinya runtuh ketika mendengar bibir istrinya menyebut pria lain. Suara penuh kerinduan yang terdengar sangat menjijikan untuknya.

"B-bukan seperti itu..."