Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Pagi ini, Qaila benar-benar disibukkan dengan berbagai persiapan. Setelah memastikan sekali lagi bahwa semua berkasnya lengkap dan siap, Qaila mengambil totbag dan memasukkan dokumen-dokumen penting ke dalamnya.
"Lo mau kemana?" tanya Gavi, dengan suara serak khas bangun tidur. Lelaki itu berjalan menuju kulkas untuk mengambil minuman dingin.
"Bukan urusan lo!" balas Qaila dengan nada datar.
Gavi yang telah mengambil minuman pun langsung mendekati Qaila, mengamati penampilan gadis itu dari atas hingga bawah.
"Ini hari Minggu, sekolah mana yang buka?" tanya Gavi, dengan tatapan sinis.
"Siapa bilang gue mau ke sekolah?" balas Qaila sambil mengejek.
"Terus?" tanya Gavi penasaran.
"Udah gue bilang, bukan urusan lo!" balas Qaila, lalu langsung segera pergi dari sana meninggalkan Gavi.
"Inget! Jam empat lo harus udah ada di rumah!" teriak Gavi, tapi Qaila hanya mengabaikannya, melangkah lebih cepat seolah-olah tak ingin mendengar teguran itu lagi.
Gavi yang melihat kepergian qaila pun langsung masuk ke dalam kamar nya, laki laki itu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
°°°°
"Qaila Prameswari!" Panggilnya, membuat dada Qaila berdegup kencang.
"Permisi," ucap Qaila dengan sopan seraya masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Silahkan duduk!" ajak seorang wanita cantik bernama Yumna, yang diketahui sebagai manajer sekaligus pemilik perusahaan itu yang menyelenggarakan lomba desain kali ini.
Qaila pun duduk dengan rasa was-was dan mengeluarkan berkas-berkas hasil karyanya, lalu menyerahkannya pada Yumna.
"Qaila Prameswari?" Yumna membaca nama Qaila yang tercantum di lembar paling depan.
"Kamu kelas berapa?" tanya Yumna sembari mengamati gambar-gambar yang terdapat pada hasil karya Qaila.
"Kelas dua belas, sebentar lagi lulus," balas Qaila sambil tersenyum harap.
"Gambaran kamu bagus sekali, sudah lama suka menggambar?" tanya Yumna, raut mukanya terlihat tertarik.
"Sudah, Bu. Sejak TK, saya sudah jatuh hati dengan menggambar," balas Qaila dengan bangga.
"Wah, ternyata bakatmu sudah terasah sejak kecil," ujar Yumna seraya tersenyum simpul.
"Berkas-berkas ini saya terima ya. Hasil karya kamu sungguh menawan. Saya yakin kamu berpotensi untuk memenangkan lomba ini." Qaila mengepalkan tangannya, merasa bersemangat.
"Amin, Bu. Terimakasih !"
" Nanti, info pemenang nya akan di umumkan dua hari lagi ya melalui email." Ujar yumna.
" Baik bu!" Balas qaila, lalu segera meninggalkan ruangan itu.
" Semoga keberuntungan kali ini memihak kepada ku!" Gumam qaila sembari berjalan keluar dari gedung itu dengan semangat.
Rencananya, setelah selesai mengantarkan berkas nya qaila akan pulang kerumah orang tuanya. Setelah perjodohan hari itu, dan perdebatan qaila dengan mama dan papa nya gadis itu belum pernah lagi kembali ke rumah.
Hatinya masih sakit, tapi qaila berusaha kuat dan harus segera membicarakan masalah ini kepada orang tuanya.
Setelah memesan taxi sebelum nya, kini qaila sudah sampai di rumah orang tuanya. Qaila pun segera turun dari taxi dan membayarnya.
Sejenak qaila menatap rumah yang memiliki banyak kenangan bagi nya itu, tak ingin berlarut dalam kesedihan. Kaki nya langsung saja melangkah masuk ke dalam rumah itu dengan debaran jantung tak karuan.
" Assalamualaikum!" Salam qaila.
" Waalaikumsalam, eh non qaila!" Sapa bibi yang bekerja dirumah qaila.
" Mama, sama papa ada bi?" Tanya qaila.
" Ada non, bentar bibi panggil. Non mau minum apa?"
" Gak usah bi, nanti qaila ambil sendiri." Balas qaila.
" Qai?" Sapa papa bayu senang melihat putri nya akhir nya datang kerumah.
" Gimana kabar kamu?" Tanya papa bayu, menghampiri qaila.
" Baik, pa!" Balas qaila sambil menyalami tangan papa bayu.
" Kamu kesini sama siapa? Gavi mana?" Tanya mama anggi yang baru saja datang.
" Sendiri!" Balas qaila.
" Aqila, mana?" tanya qaila tak ingin menunda nunda masalah ini lagi dan ingin segera membicarakan nya.
" Aqila baru aja keluar, kenapa gak hubungin aqila dulu kalo mau kesini?" Tanya mama anggi.
" Ga sempet!" Balas qaila.
Suasana tiba-tiba terasa mencekam, Papa Bayu yang merasa Qaila masih berang, memilih diam dan menunggu gadis itu mengungkapkan niat kedatangannya terlebih dahulu. Begitu pula dengan Mama Anggi, wanita itu memilih terdiam karena bingung dan tidak bisa memihak antara kedua anaknya.
"Qaila mau perjodohan ini dibatalkan!" seru Qaila sambil menundukkan kepalanya.
Hening, suasana semakin hening setelah satu kalimat itu keluar dari bibir Qaila.
"Papa gak setuju, ini menyangkut masa depan kamu, Qai," ujar Papa Bayu tegas.
"Masa depan Qai? Qai sendiri yang nentuin itu!" sahut Qaila dengan cepat.
"Qai mau, Papa segera bicarakan masalah ini dengan Papa nya Gavi!" desak Qaila sambil berdiri dan segera meninggalkan rumah itu, langkah kakinya gemetar, hatinya terasa tertindih beban.
"Qai?" panggil Mama anggi dengan air mata membanjiri wajah wanita itu, kedua tangannya bergetar, berusaha menggapai hati anaknya yang telah menjauh.
"Biarkan Qai sendiri dulu, Ma. Qai butuh waktu," ucap Papa Bayu, raut wajahnya muram, terselip rasa bersalah dan keputusasaan di balik tatapannya yang tegas.
"Tapi, anak-anak kita jadi bertengkar terus karena masalah ini." Ucap Mama Anggi dengan napas terengah-engah, hatinya remuk melihat anak-anaknya saling menyakiti satu sama lain.
"Semuanya butuh waktu, Ma. Pasti Qai dan Qila akan bisa menerima kenyataan ini. Kalaupun kita saat ini membatalkan perjodohan ini, bagaimana nasib Qaila yang sudah menikah dengan Gavi? Apakah Mama ingin Qai menjadi janda?" Tanya Papa Bayu, sambil menatap lurus mata istrinya yang terisak-isak.
Mama Anggi menangis dalam kebingungan, seolah dunia runtuh di hadapannya, dan kebahagiaan keluarganya lenyap seketika.
°°°°°
"Gav?" Aqila memanggil dengan suara parau dan tercekat. Kini, keduanya duduk saling berhadapan setelah berlama-lama terdiam, seakan menjadi orang asing yang sama sekali tidak mengenal perasaan satu sama lain.
"Maaf!" Ucap Gavi dengan napas terputus-putus, kesedihan yang begitu dalam mencekam dadanya.
Aqila tak tahan untuk tidak menangis saat itu juga, kembali diperhadapkan pada kenangan indah yang pernah mereka lalui bersama.
"Peluk aku, Gav. Aku sangat membutuhkan pelukanmu saat ini," pinta Aqila sambil terisak.
Gavi, yang melihat Aqila menangis di depannya, merasa semakin bersalah dan tersiksa oleh pilihan yang harus dihadapi. Tak ada pilihan lain, Gavi pun tak bisa munafik bahwa dirinya masih mencintai Aqila dan merindukan setiap sentuhan kasih sayang gadis itu.
Gavi segera berdiri dari duduk nya dan mendekati aqila, di bawa nya tubuh itu ke dalam pelukannya.
Aqila yang merasa gavi masih mencintai nya juga, semakin memperat pelukannya pada tubuh laki laki itu. Bahkan aqila semakin menumpahkan tangisan nya di pundak laki laki itu.
" Aku masih cinta sama kamu gav." Ucap aqila di sela sela tangis nya.
" Ayok balik lagi, kita berjuang sama sama gav."
Mendengar kalimat itu gavi masih bungkam, bibir nya kelu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
" Lo masih cinta kan sama gue?" Tanya aqila melepas pelukannya.
Mata keduanya saling beradu, gavi tak tahan melihat wajah aqila yang begitu menyedihkan di matanya.
" Gue cinta sama lo." Ucap gavi,dan detik berikut nya aqila langsung memeluk tubuh gavi dengan erat.
Qaila yang dengan jelas melihat keduanya berpelukan bahkan mendengar ungkapan kata cinta gavi untuk aqila membuat tubuh nya lemas seketika itu juga.
Niat hati ingin menenangkan diri, malah kembali merasakan sesak melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya itu.
" Gue kenapa? Kenapa sakit rasanya." Gumam qaila memegang dadanya yang sesak.
Aqila yang melihat qaila ada disana pun syok bukan main, bahkan aqila merasa telah bermain belakang saat ini dengan gavi.
Dengan cepat qaila memutar tumitnya dan pergi dari sana, air matanya tak bisa lagi ia bendung.