Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberitahu Sahil
Firman menangis haru saat anak pertamanya terlihat di ruang tunggu khusus.
Dia adalah anak lelaki yang sekarang memikul tanggung jawabnya. Dia adalah sosok pengganti dirinya, dan sekarang, dia lah, yang menjadi sosok penggantinya di rumah.
"Nak ..." panggil Firman menyeka sudut matanya.
Pemuda yang semula menunduk, melihat ke arah orang yang memanggilnya.
Firman duduk, dan sipir pun berjauhan dari mereka. Karena mungkin anak dan ayah didepannya ingin melepas rindu. Apalagi, ini pertama kalinya Firman mendapatkan kunjungan.
"Aku gagal menikah ... Mereka malu punya besan seperti anda." lirih anak Firman dengan pilu. Bahkan dia enggan menyebut kata ayah.
"Maafkan ayah ..." ujar Firman.
"Aku hanya ingin memberitahu itu. Biar anda tau betapa besar pengaruh dari perbuatan anda di masa lampau. Dan aku juga gak tahu, jika adik-adik bisa memiliki pasangan. Tapi yang pasti, anak perempuan kesayanganmu, bahkan udah putus sekolah, akibat rasa malu." lanjutnya kemudian berdiri.
"Nak ..." panggil Firman.
"Cukup, aku kesini bukan untuk mendengar permintaan maaf darimu. Tapi aku ingin memberitahu betapa besarnya akibat yang harus kami tanggung karena ulahmu." ujarnya melangkah keluar tanpa memperdulikan Firman yang memanggilnya.
Firman hendak mengejar, namun dengan sigap sipir menahannya. Tangisan dan permohonan darinya tidak sipir hiraukan. Karena dia telah banyak melihat kejadian-kejadian yang serupa.
Sahil memilih pergi ke rumah Rima saat kembali dari rumah Ana. Karena hari ini, dia sengaja libur kerja hanya untuk menuntas rindunya pada Ana. Namun siapa sangka, saat bertemu malah membuatnya semakin kecewa. Kecewa karena ternyata Ana tidak sedikitpun menyimpan kesedihan akibat perpisahan darinya.
Dadanya sesak kala sadar, jika Ana mampu mendidik anak-anak walaupun tanpa campur tangan darinya.
Saat Sahil tiba, berbarengan dengan Rita yang juga baru turun dari ojek. Dia langsung memeluk Sahil dengan penuh rindu.
"Kebetulan sekali, ada hal yang ingin mbak bicarakan." ujar Rita menggandeng tangan Sahil. Karena bawaannya pun, sudah di ambil alih oleh adik kesayangannya.
Rita langsung tersenyum melihat Sahil dan Rita. Tak lupa dia membuat minum untuk kedua saudaranya itu. Beruntung, Dian tidak ada disana. Jadi, Rita merasa sedikit bebas mengutarakan maksudnya.
"Sahil ,,, tolong dengarkan rekaman ini. Ini mbak rekam saat aku dan Nara membeli es krem tempo hari." ujar Rita menyerahkan ponselnya.
Rima juga ikut melakukan hal yang sama akibat rasa penasarannya.
Rima membekap mulut saat mendengar cerita dari Nara. Dia tidak percaya jika Kinan sanggup melakukan hal keji pada anaknya. Apalagi, saat mendengar pengakuan Nara, yang pernah di tenggelamkan kedalam ember.
"Be-benarkah ini? Nara ku?" Sahil terbata mendengar cerita polos dari anaknya.
"Pantesan, dia kerap kali melarang ku untuk bekerja. Ternyata alasannya." Sahil masih tidak percaya.
Kenapa? Kenapa dia tidak bisa menyadari itu. Kenapa? kenapa dia harus dihadapkan pada kekacauan seperti ini?
"Ini sudah sangat keterlaluan Sahil. Aku yang mendengarnya saja ketakutan. Apalagi Nara, anak yang berumur sebelas tahun." ujar Rima.
"Aku ingin memberinya pelajaran." ujar Sahil menggebu-gebu.
"Tunggu dulu, kita pulang saat Nara sudah ada di rumah. Coba kita lihat dulu, apakah nanti dia beneran kembali menyiksa Nara." ujar Rita.
"Baiklah, agak siang Nara pulang." balas Sahil menyandar sembari memijit pelipisnya.
Sahil pun bercerita, jika Kinan tidak tahu kalau hari ini dia libur kerja. Dan tanpa ragu sedikitpun, Sahil memberitahu dua saudaranya, alasan dia libur.
"Sahil, dengarkan mbak Rita. Sebesar apapun kamu mencintai dan menyayanginya. Ana bukan lagi istrimu. Kamu udah menalaknya, dengan talak tiga loh. Jadi tolong, tolong jangan lagi mengganggunya. Dia sudah cukup terbebani selama ini." nasihat Rita.
"Iya, mbak setuju. Seharusnya kamu senang Ana membuka usaha. Dia dan anak-anaknya sudah bisa bangkit dari keterpurukan. Dan mbak dengar-dengar. Kayla juga kuliah. Jadi, kalo kamu tidak sanggup membiayainya, setidaknya kamu jangan mematikan usaha Ana untuk anak-anak kalian." sambung Rima.
Tapi sayang semua nasihat dari kakaknya malah tidak masuk sama sekali. Dia masih sama. Masih tidak bisa merelakan Ana.
Akhirnya, Sahil pulang kerumah diikuti oleh Rima dan Rita. Mereka memarkirkan sepeda motornya di depan rumah kosong, yang berselang dengan tanah kosong, sebelum rumah mereka.
Benar saja, suara tangisan dari Nara mulai terdengar saat mereka sampai dihalaman depan.
"Kenapa ulanganmu selalu gagal Nara? Ibu malu, ibu malu saat ibu dari teman-temanmu bertanya. Kenapa kamu bisa sebodoh ini." teriak Kinan bercampur dengan permintaan ampun dari Nara.
Rita mencegah Sahil yang hendak masuk. Dia malah memilih memvideokan kejadian tersebut dari jendela yang memang terbuka.
Terlihat disana, Kinan menjambak rambut Nara dengan tujuan agar Nara melihat kearahnya. Juga sapu di sebelah tangan satunya.
"Kalo kamu tidak bisa membuat semua ulangan ini benar, hari ini kamu dilarang makan." ancam Kinan bersamaan sapu yang mendarat di paha kecil Nara.
Rita membekap mulut seraya menangis. Dia langsung mendorong tubuh Sahil bermaksud agar siksaan itu cepat berakhir.
Tubuh Kinan langsung menegang saat pintu dibuka dengan suara yang keras. Apalagi, melihat Rima dan Rita berada di belakang suaminya.
"Jadi begini? Begini lah, kamu mendidik dan menjaga Nara?" tanya Sahil dengan suara yang gemetar.
"Ba-bang ,,, m-mbak ... Ini, ini tidak seperti yang kalian lihat." ujar Kinan terbata. Dia juga menjatuhkan sapu yang berada ditangannya.
Tanpa mengatakan apapun lagi. Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Kinan. Bahkan Sahil melanjutkan menjambak rambut Kinan.
"Bang, lepaskan ... Sakit." mohon Sahil.
Rima langsung berinisiatif menggendong Nara, serta membawanya keluar. Dia tidak mau Nara melihat kekerasan di depan matanya.
"Sakit? Terus Nara tidak sakit? Hah?" teriak Sahil.
Rita menatap puas. Bahkan tidak ada niatnya untuk melerai perbuatan kasar Sahil. Dia sendiri bahkan ingin melakukan hal yang lebih arah lagi pada Kinan. Misalnya, dengan memukulnya dengan sapu!
"Ampun bang, aku khilaf." mohon Kinan dengan isakan.
Bahkan rambutnya terasa ingin lepas dari kulit kepalanya.
Sahil yang memang sedang jengkel karena Ana bertambah jengkel melihat sikap Kinan. Namun, setidaknya, dia bisa meluapkan emosinya melalui Kinan.
"Mulai hari ini, kamu bukan lagi istriku Kinan." teriak Sahil menghantam tubuh Kinan ke kursi yang semula di duduki oleh Nara.
"Bang, ku mohon tarik lagi ucapanmu. Aku gak mau cerai." teriak Kinan memegangi lutut Sahil.
"Itu lebih baik Sahil." lirih Rita puas.
"Bang, aku mohon bang ... Aku akan berubah, aku akan berubah ... Tapi tolong, tolong jangan ceraikan aku. Aku bisa mati tanpamu." lagi Kinan memohon tanpa melepaskan kaki Sahil.
"Lepaskan ..." teriak Sahil menghentak kakinya, sehingga terkena wajah Kinan.
Alhasil, selain terlepas dari kaki Sahil, hidung Kinan pun, mengeluarkan darah segar.
lekas sehat kembali.💪 ditunggu karya Kaka selanjutnya. 🙏
jgn sampai, andai nara ga ada umur, kamu pun tetap menyalahkan ana n anak2 nya
padahal jelas2 kamu yg merebut kebahagiaan mereka😒
anak kandung suruh ngasih ginjalnya,selama ini yg kamu buat tuh luka yg dalam selingkuh Ampe punya anak.g kasih nafkah.
mau minta ginjal,otakmu dimana sahil