*Juara 1 YAAW 9*
Tiga tahun mengarungi bahtera rumah tangga, Vira belum juga mampu memberikan keturunan pada sang suami. Awalnya hal ini tampak biasa saja, tetapi kemudian menjadi satu beban yang memaksa Vira untuk pasrah menerima permintaan sang mertua.
"Demi bahagiamu, aku ikhlaskan satu tanganmu di dalam genggamannya. Sekalipun ini sangat menyakitkan untukku. Ini mungkin takdir yang terbaik untuk kita."
Lantas apa sebenarnya yang menjadi permintaan ibu mertua Vira? Sanggupkah Vira menahan semua lukanya?
Ig. reni_nofita79
fb. reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Perdebatan Yudha dan Ibu Desy
... Semua orang memandang lemah ke arahku, tanpa harus diperjelas apa salah dan kekuranganku. Ini menyakitkan walau semua tidak menganggap kelebihan dan kemampuan yang ada pada diri, tapi percayalah aku bisa bertahan, aku baik-baik saja walau sulit untuk kembali menata hati yang telah hancur karena kecewa....
Vira menyajikan sarapan yang baru saja selesai di masak ke atas meja. Tampak ibu Desy mertuanya keluar dari kamar dengan wajah berseri. Vira yakin semua karena keinginannya untuk menikahkan Weny dan Yudha akan segera terwujud.
"Selamat Pagi, Bu. Kelihatannya Ibu sangat bahagia," sapa Vira.
Ibu menarik kursi dan duduk tanpa menjawab pertanyaan Vira. Wanita paruh baya itu mengambil nasi kuning yang menantunya masak.
Yudha yang telah rapi, hanya tinggal dasi saja belum terpasang, keluar dari kamar dengan tersenyum. Memeluk Vira dan mengecup pipi wanita itu. Ibu Desy yang melihatnya menjadi cemberut.
"Tunggu saja, sebentar lagi kamu tidak akan pernah mendapat kehangatan itu dari suamimu," ucap Ibu Desy dalam hatinya.
Yudha menyerahkan dasinya. Dengan telaten Vira memasangkan ke leher suaminya itu.
"Kamu memang istri terbaik. Terima kasih, Sayang!" ucap Yudha mengecup pipi istrinya.
"Sudah, jangan bermesraan aja. Makan cepat! Nanti telat ke kantor," ucap Ibu ketus.
Yudha melepaskan pelukannya dan memilih duduk di samping Vira. Biasanya pria itu duduk dekat ibu.
"Besok kamu urus langsung surat nikah dengan Vira. Pasti Kantor Urusan Agama meminta surat pernyataan jika kamu siap di madu."
Vira hanya tersenyum sedikit menanggapi ucapan ibu mertuanya itu. Mungkin orang berpikir jika Vira wanita yang bodoh karena mau di madu dan dia juga yang mengurus semua kebutuhan suaminya.
Di balik keikhlasan yang Vira ucapkan tersimpan luka yang begitu dalam dan besar. Bukannya dia dendam, jika melakukan semua ini karena ingin melihat bagaimana sikap mertuanya jika ternyata menantu pilihannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
"Biar aku sendiri saja yang mengurus surat nikah itu, Bu. Tidak perlu melibatkan Vira. Apa ibu tidak pernah menjaga perasaannya? Mengikhlaskan aku menikah lagi itu sudah satu langkah yang tidak akan semua wanita bisa lakukan. Jadi jangan meminta lebih lagi," ucap Yudha.
Ibu memukul meja cukup keras. Sehingga makanan di meja jadi sedikit berantakan. Wajah wanita paruh baya itu memerah karena amarah.
"Entah apa lagi yang istri kamu katakan sehingga kamu jadi berubah begini? Kenapa sekarang kamu jadi menyalahkan ibu? Semua yang ibu lakukan itu juga demi kamu dan Vira! Siapa yang akan menjaga kalian kelak jika tidak memiliki anak? Kamu juga seharusnya bersyukur, Vira. Walau kamu tidak memiliki anak tapi selama ini Yudha tidak pernah menuntut apapun. Sekarang waktunya kamu berkorban demi Yudha. Jika kamu mencintainya, seharusnya kamu tidak membuat Yudha jadi serba salah begini!" ucap Ibu Desy dengan emosi.
Yudha berdiri dari duduknya. Dia menatap ke arah istrinya. Tampak wajah istrinya yang datar. Apakah dia tidak tersinggung lagi dengan ucapan ibunya.
"Bu, aku tidak ingin berdebat dengan ibu. Semua mau ibu telah aku lakukan. Vira juga telah rela melepaskan aku untuk menikah lagi. Apa lagi yang ibu inginkan dari Vira?"
"Aku hanya ingin cucu! Apa salah?" ucap ibu masih dengan emosi.
"Jika kamu memang tidak rela, Yudha menikah lagi ktakan saja. Jangan menghasut dia untuk melawanku! Jika aku jahat, aku paksa dia menceraikan kamu!"
"Bu, sudahlah. Kenapa jadi marah dengan Vira. Dia tidak pernah menghasut aku untuk melawan ibu. Aku hanya minta ibu sedikit menghargai Vira. Dia itu istriku, Bu."
Ibu Desy diam tidak menjawab ucapan anaknya itu. Dia tidak ingin Vira makin besar kepala karena dibela terus sama Yudha.
Yudha mendekati ibunya. Menggenggam tangan wanita yang telah melahirkan dirinya itu.
"Bu, aku mohon! Jangan bertengkar lagi dengan Vira. Dia saat ini juga sedang tertekan. Cobalah mengerti dirinya sedikit saja."
Ibu Desy hanya mengangguk kepalanya sebagai jawaban. Dia takut Yudha berubah pikiran.
"Besok aku yang akan mengurus berkas buat nikahi. Aku juga yang akan mengurus persiapan pernikahan di rumah. Aku harus pergi ke kantor. Sekali lagi aku mohon ibu jangan bertengkar lagi dengan Vira."
Kembali ibu hanya menganggukan kepalanya. Setelah itu Yudha kamit ke kantor.
...****************...
Sambil menunggu novel ini update bisa mampir ke novel teman mama di bawah ini.