NovelToon NovelToon
Lahirnya Sang Kaisar Api

Lahirnya Sang Kaisar Api

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan dan pertarungan pertama

Shim Wol dan Kyung Soo memulai perjalanan mereka ke kota dengan kereta penuh sayuran segar. Langit cerah, dan angin lembut bertiup, membuat suasana perjalanan terasa nyaman. Ayah dan anak itu duduk berdampingan di depan kereta, sementara kuda yang menarik kereta berjalan dengan langkah tenang.

Di sepanjang jalan, Kyung Soo terus berbicara, mencoba menciptakan suasana yang lebih santai. "Shim Wol, perjalanan ini adalah pengalaman baru bagimu. Lihatlah betapa indahnya dunia di luar desa kita. Mungkin suatu hari nanti kamu akan melihat lebih banyak lagi," katanya sambil menunjuk hamparan ladang hijau di sekitar mereka.

Shim Wol hanya mengangguk, meskipun matanya tampak termenung. Ayahnya sadar bahwa anaknya masih memikirkan kepergian sang guru, tetapi ia tidak ingin menekan Shim Wol. "Kalau kamu ingin bicara atau bertanya apa saja, Ayah selalu di sini untukmu," tambah Kyung Soo dengan senyuman hangat.

Perjalanan menuju kota berjalan lancar tanpa hambatan. Sesekali mereka bertemu dengan beberapa pedagang lain yang juga menuju kota untuk berdagang. Beberapa dari mereka bahkan mengenal Kyung Soo dan menyapanya dengan ramah. "Kyung Soo! Lama tidak bertemu! Ini putramu, ya? Wah, dia sudah besar sekarang," kata salah satu pedagang yang melintas.

Kyung Soo hanya tertawa dan membalas, "Iya, dia sekarang menemani ayahnya bekerja. Biar belajar sedikit tentang dunia luar."

Shim Wol merasa sedikit canggung saat diperhatikan, tetapi ia tetap sopan membalas sapaan orang-orang yang mereka temui.

---

Saat mereka sampai di gerbang kota, suasana mulai lebih ramai. Jalanan dipenuhi oleh para pedagang, pembeli, dan penjaga kota yang berpatroli. Kota itu jauh lebih besar dan sibuk dibandingkan desa kecil mereka. Shim Wol terkesima dengan keramaian dan keanekaragaman orang-orang yang berlalu lalang. Ini adalah pertama kalinya ia melihat dunia luar dengan matanya sendiri.

Kyung Soo memarkir kereta di sebuah area yang disediakan untuk para pedagang. "Shim Wol, bantu Ayah menurunkan sayuran ini, ya. Setelah selesai, kita bisa jalan-jalan sebentar," katanya sambil mulai memindahkan karung-karung sayuran ke tempat penjualannya.

Shim Wol membantu dengan cekatan, meskipun sesekali ia mencuri pandang ke arah jalanan yang dipenuhi toko-toko dan orang-orang dari berbagai kalangan. Ia merasa ada dunia yang begitu luas di luar sana, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan selama ini.

Setelah selesai menjual sayuran, Kyung Soo menepuk pundak putranya. "Kamu sudah bekerja keras hari ini. Bagaimana kalau kita membeli sesuatu yang enak untuk dimakan? Ada kedai sup daging di ujung jalan sana yang terkenal di kota ini."

Shim Wol hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Ia mengikuti ayahnya menyusuri jalanan kota yang ramai. Meskipun hatinya masih terasa berat oleh duka, pengalaman ini mulai memberinya sedikit semangat. Dunia luar yang baru saja ia lihat mengingatkannya bahwa hidup terus berjalan, dan ia harus terus maju—seperti yang selalu diajarkan gurunya.

Keesokan harinya, setelah sarapan sederhana di penginapan, Shim Wol dan ayahnya bersiap untuk mengunjungi Sekte Bulan Bintang, sekte bela diri yang terkenal di sekitar Kota Handan. Sekte ini dikenal karena keindahan arsitektur bangunannya yang terletak di atas bukit kecil di pinggiran kota, serta reputasi mereka dalam menghasilkan pendekar-pendekar hebat dengan teknik bela diri yang elegan dan kuat.

"Shim Wol, ini mungkin akan menjadi pengalaman yang bagus untukmu," ujar Kyung Soo sambil menyiapkan kuda mereka. "Selain belajar tentang dunia luar, kamu juga bisa melihat bagaimana sekte besar itu berfungsi. Tapi ingat, tetaplah bersikap sopan dan jangan membuat masalah."

"Baik, Ayah," jawab Shim Wol sambil menaiki kudanya.

Perjalanan menuju sekte memakan waktu sekitar setengah hari. Mereka melewati jalan berbatu yang menanjak, diapit oleh hutan lebat di kedua sisinya. Udara semakin segar ketika mereka semakin dekat ke lokasi sekte. Sesampainya di sana, pemandangan yang megah menyambut mereka. Bangunan utama sekte terlihat seperti istana kecil, dengan atap berwarna biru tua yang menyerupai langit malam bertabur bintang. Para murid sekte terlihat berlatih di halaman utama, gerakan mereka anggun namun penuh kekuatan.

Kyung Soo berbicara kepada salah satu penjaga di gerbang. "Kami datang untuk melihat-lihat. Anak saya, Shim Wol, ingin tahu lebih banyak tentang sekte ini."

Penjaga itu mengangguk sopan. "Selamat datang di Sekte Bulan Bintang. Silakan masuk, tetapi harap mengikuti aturan sekte selama berada di dalam."

Mereka dipersilakan masuk dan diajak berkeliling oleh seorang murid senior. Sang murid memperkenalkan sekte tersebut dan menunjukkan beberapa tempat penting, seperti aula latihan, perpustakaan sekte, dan tempat meditasi. Shim Wol memperhatikan dengan seksama, merasa terinspirasi oleh disiplin dan harmoni yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari para murid di sekte tersebut.

Saat mereka berjalan di sekitar aula latihan, seorang instruktur yang sedang mengawasi para murid berhenti sejenak dan menoleh ke arah Shim Wol. "Kamu tampaknya seorang pendekar muda. Apakah kamu ingin mencoba latihan singkat di sini?" tanyanya dengan ramah.

Shim Wol terkejut dengan tawaran itu, tetapi Kyung Soo menyemangatinya. "Cobalah, Shim Wol. Ini kesempatan yang langka."

Dengan rasa gugup bercampur antusias, Shim Wol mengambil pedangnya dan bergabung dengan para murid yang sedang berlatih. Sang instruktur mengajarinya gerakan dasar salah satu teknik khas sekte, "Crescent Moon Slash", sebuah gerakan yang menggabungkan kecepatan dan ketepatan. Shim Wol, meskipun baru mempelajari gerakan itu, mampu menguasainya dengan cepat berkat dasar teknik pedang api yang dia pelajari dari gurunya.

Para murid lain terkesan melihat Shim Wol, dan sang instruktur tersenyum. "Kamu memiliki potensi besar. Teknikmu kuat dan terarah. Jika kamu tertarik, kamu selalu bisa kembali dan belajar lebih banyak di sini."

Setelah sesi latihan singkat itu, Shim Wol kembali ke ayahnya dengan wajah penuh semangat. "Ayah, aku merasa seperti mendapatkan pengalaman berharga di sini," katanya.

Kyung Soo tersenyum. "Bagus, Shim Wol. Gurumu pasti bangga melihat perkembanganmu. Ini baru awal dari perjalananmu."

Mereka pun berpamitan kepada murid senior yang menjadi pemandu mereka dan memulai perjalanan pulang ke desa dengan perasaan puas. Shim Wol merasa bahwa kunjungannya ke Sekte Bulan Bintang membuka matanya akan dunia yang lebih luas, memberinya dorongan untuk terus berlatih dan mengejar mimpinya menjadi pendekar hebat seperti yang diinginkan oleh gurunya.

Saat mereka melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan pertarungan. Sekelompok orang berpakaian serba hitam menyerang murid-murid Sekte Bulan Bintang. Shim Wol, yang melihat situasi tersebut, meminta ayahnya untuk bersembunyi, sementara dia bergegas membantu.

Dengan gerakan cepat, Shim Wol menggunakan teknik bela diri yang ia pelajari untuk menghentikan beberapa serangan dan menebas tangan mereka satu persatu. Semua perhatian tertuju padanya, dan mereka terkejut dengan kecepatan dan keahliannya.

Salah seorang dari mereka berteriak, "Mundur! Dia adalah seorang master!" Ekspresi ketakutan tampak jelas di wajah mereka saat menyadari bahwa mereka menghadapi seseorang yang jauh lebih kuat dari mereka.

Setelah pertarungan selesai, seorang wanita muda dari Sekte Bulan Bintang, Mei Mei, mendekat dan memberi hormat kepada Shim Wol.

"Terima kasih atas bantuanmu. Kami berhutang padamu," kata Mei Mei.

Shim Wol sedikit gugup menjawab, "Ah, senang bisa membantu."

Mei Mei bertanya, "Boleh tahu kamu berasal dari sekte atau keluarga mana?"

Shim Wol menjawab dengan rendah hati, "Aku hanya seorang pemuda biasa yang sedikit belajar bela diri."

Mei Mei tersenyum dan kemudian menjelaskan, "Mereka yang menyerang tadi adalah bagian dari Kultus Demon. Mereka berencana melakukan ritual untuk mendapatkan kekuatan besar."

Shim Wol terkejut, "Ritual seperti apa?"

"Ritual untuk menyerap energi gelap dengan mengorbankan orang," jawab Mei Mei.

Shim Wol terdiam, merenung tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Mei Mei kemudian mengundang Shim Wol untuk datang ke Sekte Bulan Bintang, tetapi Shim Wol menolak karena ingin segera pulang. Sebelum berpisah, Mei Mei dan murid lainnya memberi hormat kepada Shim Wol dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya.

1
Iqbal Bait
ceritanya udah bagus terus kan bg
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih
Iqbal Bait: oke di tunggu saran dan kekurangan karya ku ya
Dante-kun: Makasih udah mampir bang. Nanti saya mampir bang
total 2 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Kok belum ada update sih thor? Nanti malam aku mau baca pas tidur, pasti bikin tidur nyenyak banget.
awita_llu
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!