Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#16. KIYD.
Di mansion Leo.
Tepatnya di sebuah ruang makan, tak ada suara terdengar kecuali dentingan antara sendok dan piring yang beradu.
Leo telah terbiasa makan dilayani dan ditemani oleh Nadia.
Mereka berdua rupanya tengah menikmati hidangan lezat hasil masakan Nadia dengan penuh khidmat.
"Kau telah melakukan hal yang luar biasa. Hal yang tentunya akan membawa perubahan pada hidup mantan suamimu itu. Hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Hancur di tangan wanita yang telah di buang," ucap Leo dengan seringai penuh kemenangan.
Pria itu mengusap bibirnya pelan, dengan kain.
Nadia tidak menyahut, wanita itu masih menyelesaikan makannya pada suapan terakhir.
"Aku akan memberi reward untukmu," ucap Leo lagi.
Ucapannya kali ini ternyata mampu membuat Nadia tertarik dan mendongak.
"Tak perlu berikan apapun. Kau memberikanku gaji saja itu lebih dari cukup. Bahkan, juga tempat tinggal, makan gratis, jabatan. Itu sudah," sahut Nadia dengan nada rendah.
"Kenapa kau justru tidak terlihat bersemangat? Harusnya kau senang karena telah berhasil membuat mereka tak berkutik tadi. Menurutku itu sangat hebat dan berani," puji Leo lagi.
Pria ini sungguh-sungguh kagum terhadap Nadia, perubahannya sungguh cepat dari wanita frustrasi menjadi yang memiliki kegigihan memperbaiki diri dan memperdalam skil.
Semangat Nadia nyatanya mampu mengubah pandangan seorang Leo yang sebelumnya angkuh dan tak pernah peduli terhadap masalah orang lain.
"Aku akan mengajakmu keluar setelah ini. Bersiaplah," titah Leo.
Belum sempat Nadia menjawab, pria itu sudah berlalu pergi.
Kemudian, Leo nampak berdiri di depan balkon kamarnya Merogoh ponsel yang berada di dalam saku celana santainya.
"Black, ajak Red dan bersiaplah. Kami akan keluar setengah jam lagi." titahnya, pada pengawal berbadan besar sekaligus asistennya itu.
Dimana mereka berdua akan selalu mengikuti kemanapun Leo pergi.
"Baik, Tuan!" jawab pria yang dipanggil Black, padahal warna kulitnya putih pucat.
Malam ini Leo benar-benar membawa Nadia keluar bersamanya. Wanita itu mengeratkan jaketnya, karena udara malam itu berembus lumayan kencang dan dingin.
"Kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Nadia dengan kerutan yang tercipta di keningnya.
Sebuah butik besar yang Nadia tau dari brandnya. Bahwa tempat ini adalah salah satu tempat favorit para artis berbelanja.
"Besok aku akan mengajakmu ke pertemuan para pengusaha. Sekarang, kau pilihlah outfit yang berkelas yang harus kau kenakan besok. Sekalian, pilihkan pakaian untukku yang sesuai dengan gaun yang kau pilih," jelas Leo.
Sontak kedua mata Nadia membulat sempurna.
"A–aku harus memilih pakaian seperti apa? Hadir di acara seperti itu saja belum pernah," ucap Nadia sambil mengedarkan pandangannya melihat-lihat deretan gaun yang memukau matanya.
"Pilih yang berkelas, kau ini kan wanita. Kau pasti mengerti. Anggap saja kau belajar menjadi istri seorang pengusaha," ucap Leo lagi.
Tanpa menunggu jawaban dari Nadia, pria itu berlalu begitu saja.
Nadia sudah beberapa kali membatalkan pilihannya ketika matanya melihat harga untuk selembar gaun malam.
" Haish, yang benar saja harganya. Kenapa mereka seenaknya meletakkan nol di belakang angka," gerutu Nadia.
"Bahkan yang ini harganya bersaing dengan motor matic keluaran terbaru." Nadia menggelengkan kepalanya, sambil berdecak.
Nadia kembali memilih dan meletakkannya kembali sambil meringis tatkala melihat harganya.
"Maaf Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai toko.
"Maaf Mbak, apa tidak ada model yang normal?" tanya Nadia pada perempuan muda yang sejak tadi mengikutinya itu.
"Apanya yang normal, Nona?" tanyanya heran, pada wanita elegan dihadapannya ini. Pasalnya, Nadia sejak tadi sudah menampik beberapa model gaun kekinian yang anggun.
"Normal harganya, normal modelnya gitu lho Mbak," jelas Nadia membuat kening pramuniaga itu berkerut tiga lapis.
"Maaf, Nona. Semua produk kami bisa di bilang normal. Bahan kami berkualitas, modelnya juga mengikuti trend pasar saat ini. Untuk harga, Nona bisa melihat dari kualitas mutu kami," jelas pelayan tersebut.
Nadia nampaknya tidak tau harus berkata apa, sejak tadi mulutnya hanya terbuka dan menutup, namun, tidak ada satupun kata yang terucap.
"Ada apa ini, kenapa kau lama sekali?" Leo tiba-tiba muncul serta bertanya dengan gaya angkuhnya yang justru terlihat keren.
Bagaimana tidak postur tinggi dan tegap itu berdiri dengan tegak, kedua tangan di masukkan kedalam saku celana.
Mendadak Nadia serasa bagaikan es krim yang terkena panas matahari.
"Tidak ada yang cocok," jawab Nadia singkat, seraya memalingkan wajahnya dari Leo . Karena, ia tidak ingin pria itu tau bahwa dirinya sempat terpesona tadi.
"Masa tidak ada yang cocok, ini butik terkenal. Apa kalian sudah kehabisan model yang up to date?" protes Leo pada pramuniaga yang setengah bengong itu.
"Ah, maaf Tuan." Perempuan muda itu terkesiap ketika Leo berkata kencang padanya.
"Semua model di butik kami ini keluaran terbaru, dan mengikuti trend fashion dunia," jelas pramuniaga itu dengan sedikit menunduk.
"Lalu bagaimana bisa, Nona ini mengatakan tidak ada yang cocok selama tiga puluh menit mencari," heran Leo.
"Hei, kau menakutinya," ucap Nadia yang langsung mendekati Leo dan mencekal lengannya.
" Kau, jangan suka memasang wajah galakmu itu sembarangan," protes Nadia, yang kasihan melihat wajah pucat pelayan wanita tadi.
Leo mendengus kala mendapat omelan dari Nadia. Sedetik kemudian ia kembali beralih kepada sang pelayan. "Jika memang butik ini seperti katamu, maka carikan gaun yang menurutmu cocok untuk Nona ini. Aku akan melihat hasilnya lima belas menit dari sekarang. Atau, aku akan menemui pemilik butik ini," ancam Leo dengan gaya arogannya.
Melihat kelakuan Leo, nyatanya Nadia hanya bisa mengelus dada dan menghela napasnya.
"Dia memang berjiwa pemimpin, tapi menakutkan," batin Nadia.
"B–baiklah Tuan." Perempuan itu menunduk pada Leo, sebelum pria itu berlalu dengan cepat dan kembali duduk di sofa yang telah disediakan.
"Sebentar Nona, saya akan mencarikan gaun sangat cocok untuk anda. Kalau boleh saya bertanya, untuk acara malam atau siang? Lalu bagaimana struktur acaranya? Apakah, anda akan berhadapan dengan orang-orang penting atau kalangan biasa saja?" cecar Pramuniaga itu membuat Nadia melongo.
"Apakah mencari gaun harus sedetail itu?" tanya Nadia setelah ia menguasai dirinya.
"Maaf, Nona. Memang harus detail agar saya bisa tau gaun seperti apa yang pantas dan sesuai untuk dikenakan pada saat itu." jelas pramuniaga tersebut, seperti tau saja apa yang ada di pikiran Nadia.
"Acara nya malam hari, ini acara pertemuan hampir seluruh pengusaha hebat dari seluruh negeri. Bahkan, ada beberapa pengusaha asing. Mungkin, akan ada pejabat juga." jelas Nadia, seperti apa yang telah di gambarkan oleh Leo secara singkat tadi.
"Baiklah, tunggu sebentar Nona." pramuniaga itu berlalu, untuk memilih dan memilah beberapa gaun.
"Ini, Nona. Silakan anda bisa mencobanya di ruangan sana."
Tak berapa lama, Nadia keluar dari ruangan dengan kedua pipi yang memerah.
"Anda seperti model yang sangat cantik dengan gaun tersebut," puji pramuniaga itu.
Nadia berterima kasih dan meringis, setelah melihat nominal harga di bandrol, senilai delapan digit.
"Bagaimana dengan pakaian pria itu. Apa kau juga bisa mencarikannya?"
"Tentu saja, Nona."
"Hei, Tuan. Ini pakaianmu, cobalah!" panggil Nadia seraya menunjukkan beberapa model stelan.
"Langsung bungkus saja mereka sudah tahu ukuranku," sahut Leo. Kemudian pria itu mengeluarkan Black card dan menyerahkannya kepada pramugari tersebut.
Keesokan harinya.
"Tuan, Nona Nadia sudah siap. Kami mohon undur diri. Semoga, Tuan puas dengan hasil pekerjaan kami." Para MUA itu menundukkan kepala mereka, kemudian pamit untuk diri.
Leo yang tengah duduk di sofa ruang tamu sontak berdiri ketika sosok memukau itu berjalan perlahan menghampirinya.
"Oh God!" batin Leo. Bahkan, pria itu hampir terjengkang saking kagetnya.
...Bersambung ...
udh enak dijaga dimanja malah bodoh
mataku ternoda sudah
sok suka sendiri klo keluar .. ntar yang salah black pula ...
mantan lakinya jg .. masih aja sok dekat .. otaknya sudah rusak
di pantai saat penyerangan aja waktu itu gak bisa ngapa-ngapain..
skrg kebanyakan gaya mau keluar ..
Guys sekalian aku mau promosi karya ku yah hehe JUDULNYA Burning love (Candra & Ayana)