Nadia, memergoki sang suami sedang bercinta dengan sekretarisnya sendiri, di ruangan khusus kantor pria itu.
Nadia, yang ingin memberi kabar kehamilannya kepada Dygta, justru di kejutkan dengan kenyataan yang menghancurkan hatinya berkeping-keping.
Nadia berlari tanpa memperdulikan klakson kendaraan, hingga sebuah sedan menabraknya.
Nadia terbangun di rumah sakit dan kehilangan janinnya.
Buruknya lagi, Dygta langsung menceraikannya saat itu juga.
Merasa tak ada pegangan dan kalut, Nadia mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan layang.
Beruntung, seorang pria pemilik perusahaan yang juga seorang ketua mafia menyelamatkannya.
"Hargai hidupmu. Hiduplah untuk membalas mereka yang telah menyakitimu!" ucap Leonardo De Xarberg.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#7. KIYD.
Di perusahaan lain, sebuah gedung tinggi nampak menghadap langsung ke arah dermaga ujung kota itu.
Seorang pria dengan cermin oval berbingkai silver di kedua matanya, tengah berdiri menatap jendela besar di dalam ruang kerjanya, satu tangannya ia masukan ke saku celana.
"John," panggilnya pada sang asisten.
"Apa hacker kita belum menemukan siapa orang brengsek dan pengecut itu?" Dygta menoleh dan menatap tajam ke arah sang asisten.
John menunduk dalam, musuh tuannya sangat hebat, tidak ada jejak digital yang mampu di lacak oleh tim-nya.
Dygta berdecak, lalu berbalik berjalan dengan gusar. Kali ini ia memegang keningnya dan bertolak pinggang, udara di sekitarnya mendadak pengap.
Bayangan perusahaannya hancur seketika membuat nafasnya serasa di ujung tenggorokan.
Bagaimana ia mengatakan hal ini pada sang ibu.
Bagaimana pula ia menjelaskan pada
calon istrinya yang mata duitan itu. Siapa lagi kalau bukan Clara.
"Satu-satunya jalan, hanya itu Tuan." John mengingatkan pada kesempatan yang masih bisa mereka miliki.
"Hanya perusahaan LEON CARGO yang bisa dan ingin membantu kita Tuan. Di saat perusahaan yang lain menolak." John menambahkan penjelasan logikanya, membuat Dygta sadar, tak ada lagi yang mampu ia lakukan selain mempertahankan perusahaan keluarganya ini.
"Atur pertemuan kita dengan mereka John, jamu utusan mereka dengan baik." Dygta pun meluruhkan bahunya, tulangnya lemas seketika.
Menerima investasi sebesar itu menjadikan perusahaan ekspedisi terbesar di negaranya ini akan menguasai perusahaannya.
Tapi, tidak ada jalan lain. Atau Dygta akan kehilangan semuanya.
Persaingan semakin ketat. Perusahaan yang bergerak di bidang yang sama tumbuh sangat cepat dan berjaya. Karena kebutuhan masyarakat semakin membludak.
Penjualan dan pembelian online semakin meningkat tajam belakangan ini.
Kuasa digital telah mempengaruhi sekian persen kehidupan dan gaya hidup manusia.
Ini adalah perusahaan keluarganya, yang pertama kali di rintis oleh kakeknya hingga menurun pada ayahnya, sebagai satu-satunya penerus.
Kini beralih ke tangannya sebagai satu-satunya keturunan lelaki Rajasa.
"Aku harus segera menikahi Clara. Dan wanita itu harus segera hamil anakku agar dapat meneruskan keturunan dari Rajasa."
Dygta di kagetkan dengan teleponnya yang berdering.
"Honey, aku mau shopping!"
Terdengar rengekan manja dari sekretarisnya itu.
"Oke, sepulang kantor kita langsung ke Mall Indah Plaza," jawab Leo.
Di tempat lain.
Nadia pun merencanakan untuk belanja ke salah satu mall terbesar yang dekat dengan lokasi mansion milik Leo.
Pria itu memerintahkannya untuk mencari gaun kerja yang sesuai. Karena ia akan di utus ke perusahaan Rajasa Corporindo.
"Honey, ini adalah tas branded yang aku mau," pinta seorang wanita bertubuh tinggi, putih. Dimana wanita itu seakan sengaja mengenakan dress ketat di atas paha, dengan tali kecil tipis yang bertengger di bahu mulusnya.
Sungguh pamer tubuh yang terlihat sangat jelas.
"Ambil apa yang kamu mau, sayang. Asalkan nanti malam puaskan aku sampai pagi," bisik seorang pria tampan dengan postur tubuh tinggi dan berkacamata. Pasangan tak tau malu ini adalah Dygta dan Clara.
"Itu sudah pasti, Honey." Clara pun tersenyum kemudian menyambar bibir Dygta sekilas.
Setelah membayar tas seharga rumah kontrakan itu. Clara kembali menyeret Dygta untuk berjalan menyusuri toko sambil bergelayut manja.
"Honey, aku juga mau sepatu ya!" rayu Clara sambil memasang wajah menggoda.
"Aku janji, aku yang pegang kendali malam ini dan membuatmu puas sampai pagi. Karena, aku punya gaya baru," bisiknya di telinga Dygta sambil mengelus dada bidang pria itu yang berbalut kemeja.
"Pilih yang kau mau, aku akan menunggu di kursi itu." Pria itu lantas menjauh dari wanita yang hampir setiap bulan menjebol uang simpanannya.
Dygta menghempas tubuhnya pada sofa di ujung toko, memijat pelipisnya. Seakan ada sesuatu yang belum tuntas sehingga membuatnya pusing.
"Bersama Clara benar-benar memakan uang yang sangat banyak. Berbeda dengan ketika aku bersama Nadia, bahkan ia tak pernah ku ajak berbelanja seperti ini. Hah! Kenapa seperti ada yang kurang dalam diri ku! Aku seperti tak terpuaskan, meski setiap malam bergelut dengan Clara yang seksi itu." Dygta hanya bisa membatin. Toh, ini sudah menjadi konsekuensi dari pilihannya.
Dulu, dirinya begitu perhitungan ketika bersama dengan Nadia.
Mantan istrinya itu bahkan tidak pernah ia ajak shopping kecuali satu tahun sekali.
Nadia ternyata juga berada dalam toko yang sama. Tentu saja dirinya di temani oleh Red, alat Levita. Salah satu anak buah dari Leo.
"Jangan pilih sepatu yang murah. Tuan ingin kau tampil menawan dan tidak memalukan," tegas Red. Wanita itu memang selalu bicara dengan nada ketus dan kaku.
Nadia mengangguk patuh.
Di letakkannya kembali harga sepatu yang hanya seharga lima juta itu.
Ketika tengah memilih sepatu secara kebetulan ada tangan wanita lain yang juga tengah memegang model sepatu yang sama.
"Hei! Aku yang lebih dulu memegangnya!" teriak seorang wanita pada Nadia.
"Kau!" kagetnya kemudian menjatuhkan sebelah sepatu yang di pegang nya. Tetapi, sepatu itu mengenai kaki Clara.
"Aww, sakit!" pekik Clara.
"Dasar perempuan udik!"
PLAK!!
Nadia hampir terhuyung karena sebuah tangan mendarat kasar di pipinya. Ia merasakan panas pada area wajah sebelah kirinya itu.
"Kenapa kau menampar ku? aku kan tidak sengaja menjatuhkannya!" protes Nadia geram pada wanita cantik palsu yang telah merebut Dygta dari nya.
Begitulah yang ada di pikirannya saat ini.
"Pikirlah sendiri! Kalau sepatunya rusak bagaimana? Aku menginginkannya, kau tau tidak berapa harganya? Beraninya tangan kotormu itu menyentuh barang mahal seperti ini!" hardik Clara dengan tatapan meremehkan.
"Aku tidak berniat membelinya, hanya sekedar menyentuh dan melihatnya. Kalau kau berminat ambil saja, tidak perlu menghinaku!" balas Nadia dengan tatapan tajam.
"Ya ampun, kalau tidak mampu ngapain pegang-pegang, dasar wanita tak tau diri!" Clara terus menghardik Nadia dengan hinaannya.
"Sepatu-sepatu mahal ini yang ada nanti kotor karena telah disentuh oleh tangan kamu yang penuh kuman itu!" ketus Clara sambil mencibir ke arah Nadia, sambil berkacak pinggang juga.
Clara menyembunyikan keterkejutannya kala melihat penampilan Nadia saat ini yang terk san baik-baik saja. Sangat berbeda ketika terakhir kali ia melihatnya di pinggir jalan saat itu.
Bahkan, kulit Nadia terlihat cerah dan lembab. Macam di rawat saja.
"Ku pikir, Wanita ini sudah mati bunuh diri loncat dari jembatan. Bagaimana dia bisa tiba-tiba muncul dengan keadaan seperti tak ada apapun yang terjadi di dalam hidupnya.
"Ada apa sayang, kenapa kau marah-marah?" Dygta yang mendengar suara cempreng Clara pun menghampiri wanita itu dari samping, tatkala matanya melihat siapa lawan debat kekasihnya itu, seketika kedua manik matanya pun membola
.
"Sial! Apa dia ini Nadia? Dia cantik, lagi?" batin Dygta.
Bersambung.
wc umum.
pas lah pasangan SM penjahat kelamin