Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Frank Tidak Pernah Salah
Seorang wanita mengetuk ruangan Scarlett. Wanita itu adalah Kepala divisi keuangan. Setelah mendapat izin dari Scarlett, wanita itu lalu masuk.
"Saya ingin mengantarkan berkas laporan keuangan perusahaan satu bulan ini," ucap Emma menatap Scarlett sinis. Entah apa yang membuatnya begitu. Dan Scarlett menyadarinya.
"Letakkan di meja," kata Scarlett melirik name card wanita di depannya.
"Sampaikan pada Pak Frank kami butuh pencairan keuangan, beberapa divisi lain membutuhkan peralatan yang baru. Team ku sedang membuat laporannya. Saya akan mengantarnya besok," kata Emma sarkas. Scarlett menatap nyalang wanita di depannya. Sungguh pertemuan pertama yang tidak menyenangkan.
"Pak Frank meminta anda untuk membuat laporan keuangan selama 3 bulan ini dalam bentuk grafik," ucap Scarlett. Emma mengerutkan keningnya. Bukankah kemarin ia sudah membuatnya.
"Saya sudah membuatnya kemarin dan menyerahkannya pada sekretaris lama. Kenapa Pak Frank memintanya lagi."
"Tanyakan saja padanya," kata Scarlett santai membuka berkas-berkas yang di antar oleh Emma.
"Laporan pajak perusahaan tidak ada di sini. Apa kalian belum meyelesaikannya?" tanya Scarlett menatap Emma.
"Perhatikan dengan baik, saya bahkan sudah mengeceknya dua kali sebelum menyerahkannya," balas Emma tidak suka melihat Scarlett. Seharusnya dia yang menjadi sekretaris mengingat sekretaris yang lama mengusulkannya pada Alden. Emma cukup dekat dengan sekretaris yang lama. Saat sekretaris lama ingin cuti, Emma ditawarkan untuk menjadi penggantinya. Dan ternyata wanita di depannya yang menjadi sekretaris. Entah apa yang membuat Alden tiba-tiba merekrut Scarlett.
"Mataku belum rabun. Silahkan periksa jika kamu tidak percaya," Scarlett memberikan kembali berkas itu pada Emma.
"Kembalilah setelah semuanya lengkap dengan laporan peralatan yang sudah defisit," ucap Scarlett mengusir halus Emma.
Emma membuka berkasnya, Scarlett benar. Laporan pajak perusahaan tidak ada. Seketika ia merasa malu. Sepertinya berkas itu tinggal di mejanya. Tidak biasanya ia teledor seperti ini. Emma lalu pergi dari ruangan Scarlett.
"Dasar wanita aneh, baru pertama kali bertemu sudah mengajak berantem," gumam Scarlett.
Scarlet bangkit dari kursinya untuk membuat kopi Frank. Sebelum pergi ia menyimpan file di laptopnya. Scarlett keluar dari ruangannya membawa catatan kecilnya berisi schedule atasannya hari ini.
Tak lama kemudian, Scarlett mengetuk ruangan Frank. Setelah pria itu mengizinkannya, ia lalu masuk ke dalam.
Scarlett melihat atasannya sedang sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya.
"Kopi anda Pak," ucap Scarlett meletakkan kopi dan potongan beberapa buah di meja Frank.
"Jadwal saya hari ini," kata Frank fokus melihat lembaran berkas di mejanya.
"Jam 1 siang ada rapat dengan divisi marketing Pak. Jam 3 sore rapat dengan pengurus cabang Pak," kata Scarlett menatap Frank yang terlihat dua kali lebih tampan dari biasanya saat sedang fokus seperti itu.
Ceklek...
Pintu terbuka, Scarlet menoleh. Melihat Alden berjalan mendekati mereka. Alden masuk begitu saja tanpa izin. Menandakan pria itu bukanlah orang sembarangan.
"Alden, hubungi restauran biasa untuk Reservasi.Tiga orang dewasa jam 7 malam!" perintah Frank.
"APA? Hanya untuk mengatakan itu saja kamu bahkan menyuruhku datang ke perusahaan," ucap Alden kesal. Pasalnya ia sedang dalam perjalanan menemui kekasihnya saat Frank menghubunginya dan memaksanya datang ke perusahaan.
"Aku bahkan belum sempat mengabari kekasih ku. Dia pasti sudah menungguku. Kamu bilang ini urusan urgent," ujar Alden ingin sekali meninju pria di depannya itu. Frank memang sulit ditebak.
"Aku tidak tau itu," balas Frank dengan santainya seolah tidak bersalah. Yap, Frank tidak akan pernah salah. Jika dia salah kembali ke pasal satu. Frank tidak pernah salah.