Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
°
°
°
Diam-diam Anaya mulai memikirkan sikap Tante Kikan yang seakan ingin sekali menyatukan Akmal dengan Khanza.
"Aku harus menyelidikinya tanpa sepengatahuan Mas Akmal, karena aku yakin pasti ada sesuatu rahasia yang disembunyikannya. Dan aku tidak akan membiarkan mereka merebut apa yang sudah menjadi milikku." ucap Anaya dalam hati.
Maka siang itu, pada saat jam istirahat makan siang, Anaya mengajak Ersa makan di kafe agar bisa berbicara dengan leluasa untuk mengungkapkan perasaan curiga yang memenuhi pikirannya.
Anaya dan Ersa duduk di kafe yang sepi, menikmati makanan dan minuman mereka. Anaya memandang Ersa dengan tatapan yang serius, "Ersa, aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang membuatku curiga."
Ersa balas memandang Anaya dengan penasaran, "Apa itu, Nay? Apa yang membuatmu merasa curiga?" balas Ersa.
Anaya mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Aku curiga dengan Tante Kikan. Dia terlalu ingin menyatukan Mas Akmal dengan Khanza. Aku merasa pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan."
Ersa memandang Anaya dengan serius, seakan memikirkan sesuatu. "Aku tidak tahu apa-apa tentang rencana Tante Kikan, tapi kalau mendengar ceritamu, dia seperti memiliki motif yang tersembunyi. Padahal dia tahu kalau Kak Akmal dan Khanza tidak mungkin menikah, karena mereka masih ada hubungan darah. Kecuali jika Khanza bukanlah anak kandung Tuan Dodi," tutur Ersa.
Deggg
Anaya terpaku oleh kata-kata terakhir Ersa. "Mungkinkah Khanza bukanlah anak kandung Om Dodi?" gumam Anaya dalam hati.
"Sa, mengapa kamu berpikir kalau Khanza bukanlah anak kandung Om Dodi?" tanya Anaya penasaran.
Ersa menegakkan tubuhnya dan berkata dengan serius, "Coba kamu pikirkan, Nay. Pak Deni dan Tuan Dodi adalah saudara kandung, bukan? Artinya, Kak Akmal dan Khanza memiliki hubungan keluarga yang sangat dekat. Jika Khanza benar-benar anak kandung Tuan Dodi, maka pernikahan antara Kak Akmal dan Khanza tidak mungkin dilakukan karena alasan hukum. Pak Deni bisa menjadi wali nikah Khanza jika dia menikah, dan itu akan menjadi konflik keluarga yang serius."
Anaya mendengarkan kata-kata Ersa dengan sangat teliti, dan dia mulai merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kisah Khanza. "Aku harus menyelidikinya lebih lanjut," pikir Anaya dalam hati.
°
Sementara itu di rumah sakit, tanpa sepengetahuan siapapun, Khanza telah tersadar dari pengaruh obat bius. Matanya yang tadinya terpejam kini terbuka lebar, menatap ke atas langit-langit kamar dengan ekspresi yang campur aduk antara sedih dan terkejut. Airmatanya mengalir deras, membasahi pipi dan menggambarkan betapa besar kesedihannya.
Dia mendengarkan percakapan kedua orangtuanya dengan hati yang berat, merasa bahwa dia telah dikhianati dan dibohongi oleh orang-orang yang seharusnya dia percayai. Kesadaran ini membuatnya merasa sakit dan terluka, seperti ada sesuatu yang menusuk hatinya.
Khanza menelan ludahnya, berusaha untuk menahan tangisannya. Dia merasa seperti telah kehilangan segalanya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya selanjutnya.
Tiba-tiba Khanza merasa seperti mendapat dorongan dari dalam dirinya dengan ambisi dan keinginan yang kuat. Dia terus memandang ke atas, seolah-olah sedang membuat rencana untuk mencapai tujuannya. Suaranya yang pelan tapi penuh dengan tekad, membuatnya terdengar seperti orang yang tidak akan berhenti sampai dia mencapai apa yang dia inginkan.
"Jika aku bukan anak Papa, itu artinya aku tidak ada hubungan apapun dengan Kak Akmal, dan aku bisa menikah dengannya. Aku tidak peduli meski dia sudah menikah sekalipun. Kak Akmal harus menjadi milikku. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya."
Khanza, seolah dia sedang membuat janji kepada dirinya sendiri. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi aku, dan jika perlu aku akan menyingkirkan Anaya, si wanita udik itu!"
Khanza mencoba bangkit dari tempat tidurnya, tapi dia merasakan kesulitan yang tidak biasa. Dia melihat ke bawah dan terkejut melihat bahwa kakinya terikat dengan selang infus dan berbagai peralatan medis lainnya.
"Apa yang terjadi pada kakiku?!" Khanza bertanya dengan suara yang meninggi, merasa panik dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Aaaarrgghhh...tidak...!" Khanza berteriak dengan histeris. "Aarrgghhh...kenapa dengan kakiku, tidak...!" Khanza terus berteriak dengan histeris, suaranya memecahkan kesunyian ruangan dan menggema sampai di koridor rumah sakit. Perawat dan dokter yang berada di sekitar ruangan terkejut dan langsung berlarian menuju ruangan Khanza.
"Apa yang terjadi?" Salah satu dokter bertanya kepada perawat yang sudah terlebih dahulu berada di dalam ruangan.
"Pasien tiba-tiba berteriak dan menjadi histeris, Dok." Perawat menjawab dengan cepat. "Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya."
Dokter dan perawat segera memasuki ruangan dan berusaha untuk menenangkan Khanza, yang masih terus berteriak dan meronta-ronta.
"Kaki aku kenapa, Dokter? Mengapa tidak bisa digerakkan? Aku tidak mau cacat, Dokter! Aku tidak mau!" Khanza terus meracau tidak jelas, dan melemparkan benda-benda yang ada di dekatnya dengan kemarahan yang tidak terkendali, membuat dokter dan perawat merasa kewalahan.
Dokter berusaha untuk menenangkan Khanza. "Nona harus tenang. Kaki Anda memang mengalami cedera parah, tapi kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda pulih."
Akan tetapi Khanza seakan tidak mau mendengarkan. "Semua ini gara-gara Anaya! Dia yang menyebabkan aku menjadi seperti ini! Aku akan membalaskan dendamku padanya! Aku tidak akan membiarkan hidupmu bahagia, dan aku akan membuatmu merasakan seperti apa yang aku rasakan." Khanza berteriak dengan penuh kemarahan, membuat dokter dan perawat merasa khawatir dan saling pandang, lalu menyuntikkan obat penenang.
Sementara itu Nyonya Kikan yang baru saja datang, menyaksikan dari balik pintu kaca dengan wajah yang sulit diartikan. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. "Semua ini gara-gara wanita sialan itu! Awas saja, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu!"
°
°
°
°
°
Beneran amnesia, bukan rencananya kan ....
gak salah tuh nenek sihir/Facepalm//Facepalm//Facepalm/