Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
°
°
°
Akmal duduk di balik meja kerjanya dengan berbagai pertanyaan memenuhi benaknya. Hampir seminggu ini dia merasa ada yang aneh pada Alfa, sekretarisnya. Lebih irit bicara dan selalu murung. Jika diajak berbicara pun jawabannya selalu tergagap.
Berjalan perlahan menuju tepian jendela, Akmal menatap pemandangan langit ibukota yang pekat oleh asap limbah kendaraan bermotor. Pikirannya menerawang jauh melintasi cakrawala yang luas.
"Ada apa kira-kira dengan Alfa? Sudah seminggu ini sejak bertemu klien di bandara sikapnya aneh, dia seperti menghindar dariku." Akmal mengetuk dagu dengan ujung jari telunjuknya.
"Apa aku perlu menaruh kamera tersembunyi, supaya aku tahu dia ada masalah apa?"
"Tidak-tidak, aku seperti penguntit yang memata-matai idolanya. Nanti disangka aku ada sesuatu sama dia. Hahhhh...!" Menghela napas kasar Akmal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu mengeluarkannya kembali.
Akmal melihat jam di pergelangan tangannya dan waktu menunjukkan bahwa sebentar lagi jam makan siang. Ia menghampiri meja dan mengambil kontak mobilnya, lalu keluar ruangan dengan tergesa-gesa.
Alfa melihat Akmal melewati ruangannya dengan perasaan lega. "Kenapa aku jadi seperti ini, sih? Bukan salah Pak Akmal juga, kalau gadis manis itu adalah istrinya. Tapi aku belum bisa menghilangkan rasa ini dari hatiku. Aaarrhhh...!" Alfa kesal pada dirinya sendiri, lalu berdiri mondar-mandir di ruangannya.
Tiba-tiba muncul ide konyol di kepalanya. "Apa sebaiknya aku jujur saja sama Pak Akmal? Aku ingin tahu respon dia bagaimana."
Alfa tersenyum cerah keluar ruangannya dengan langkah tegap, seakan terlepas dari beban berat yang menghimpitnya.
Alfa memang memiliki paras lumayan menawan, dengan kulit sawo matang yang eksotis dan fitur wajah proporsional. Tinggi badannya mencapai seratus tujuhpuluh lima sentimeter membuatnya terlihat gagah dan percaya diri. Keseluruhan penampilannya memancarkan aura maskulin yang kuat dan menarik.
Akmal memasuki kantin lalu memesan makanan yang diinginkan. Seseorang menepuk bahunya dari belakang dan bertanya, "Sendirian saja, Fa? Biasanya sama Bos?"
Alfa menoleh disertai senyuman. "Bos lagi ngedate sama bininya."
Jawaban Alfa langsung mendapat respons dari beberapa orang yang berjarak dekat dengannya.
"Ah, yang benar, Fa? Kita tidak pernah mendengar Pak Akmal punya gandengan, tiba-tiba nikah aja," sahut salah seorang teman sebut saja Raju
"Iya, benar. Kamu jangan bikin gosip yang tidak benar dong, Fa." Satu lagi teman wanita sebut saja Kimmy karena dia termasuk pengagum berat Bos mereka.
"Kalian masih ingat, kan? Bagaimana dulu waktu Pak Arbi menikah? Apa pernah mereka gembar-gembor soal kekasih?" Semua menggeleng. "Nah begitu pun dengan Pak Akmal." Mereka mengangguk tanda mengerti.
"Iya, masuk akal juga, sih." kata Raju.
"Dan apa kalian tahu, siapa istri Pak Akmal?" Kembali teman-teman Alfa menggeleng.
"Dia itu karyawan PT ZE.Beauty." Alfa berkata dengan mantap seakan ingin meyakinkan pada teman-temannya terutama mereka para gadis, bahwa Bos mereka sudah sold out. "Jadi jangan berharap, apalagi keganjenan untuk menarik perhatian Pak Akmal."
"Gaya kamu, Fa. Pakai mengancam segala," celetuk Kimmy.
"Aku tidak mengancam kalian para gadis, tapi aku hanya memberitahu. Jadi buat kalian yang pernah mengatakan rumor ini dan itu, semuanya tidak benar." Alfa lalu serius menyantap makan siangnya.
Salah seorang gadis sebut saja Azmi, berceletuk sambil mengedipkan mata padanya. "Bagaimana kalau mendekati kamu saja, Fa? Kamu mau kan, jadi pacar aku?"
Uhuk uhuuukkk
Alfa langsung tersedak hingga terbatuk-batuk dan menepuk-nepuk dadanya. Raju yang berada di sampingnya menyodorkan air mineral dan Alfa langsung meminumnya sampai habis.
Semua teman-teman yang berada di meja bersamanya, kompak menertawakan dirinya. Muka Alfa merah padam menahan malu.
°
Anaya dan Ersa saat ini sedang berjalan di lobi kantor ZE.A Beauty, menuju kantin sambil bercanda. Entah apa yang menjadi bahan candaan mereka, yang jelas keduanya tampak begitu bahagia.
Akmal tiba di depan mereka dan langsung turun dari mobil. "Hallo, boleh pinjam temannya sebentar, Nona Ersa?" tanya Akmal sambil memainkan kedua alisnya.
Ersa menutup mulutnya sambil menahan tawa. "Ooh, silakan, Tuan. Bawa saja sesuka hati, Anda."
Anaya berdiri tidak tenang, matanya memperhatikan sekitar, takut ada yang melihat keberadaan Akmal. Kemudian dia segera menarik tangan suaminya untuk masuk ke dalam mobil.
"Kenapa Mas Akmal ke sini tidak kasih kabar dulu?" tanya Anaya sembari menatap wajah suaminya.
Sambil fokus menyetir, Akmal menyahut, "Ya masa mau ketemu istrinya harus janji dulu. Aneh kamu itu, Nay."
"Tapi, tahunya mereka aku kan belum nikah, Mas. Dan aku takut dikira macam-macam, tiba-tiba dekat sama Mas Akmal." Anaya beralasan.
"Ya sudah besok kalau mau ketemu kamu, aku buat janji dulu." Akhirnya Akmal memilih mengalah.
Memasuki kafe, Akmal segera memarkirkan kendaraannya. Keduanya segera turun dan masuk ke dalam kafe, lalu memilih tempat duduk.
Seorang pramusaji menghampiri mereka dan memberikan buku menu.
"Mau makan apa, Nay?" tanya Akmal ambil melihat buku menu,
"Apa saja yang penting mengenyangkan, karena setelah ini aku pasti butuh tenaga ekstra untuk menghadapi kenyataan." Entah apa maksud ucapan Anaya yang jelas berhasil membuat seorang Akmal mengerutkan dahinya.
"Kamu ngomong apa sih, Nay? Nggak paham aku?" Akmal menatap Anaya penuh tanya.
"Nanti Mas Akmal akan tahu sendiri, apa yang terjadi setelah ini." Anaya menyahut.
"Terserah kamu saja. Yang penting bukan sesuatu yang membahayakan dirimu." Akmal menyerah.
Akmal memesan makanan sesuai keinginan mereka. Sedangkan Anaya menyapu pandangan ke seluruh ruangan, dan tersentak begitu melihat beberapa rekan sekantornya juga berada di kafe, tempat yang sama di mana dia dan Akmal saat ini berada. Rupanya mereka memilih kafe tersebut, sebagai tempat untuk mereka makan siang.
Anaya segera membalik badan dan menunduk. "Gawat, mudah-mudahan mereka tidak melihatku."
Tak lama kemudian pesanan mereka datang, segera Anaya menyantapnya dengan buru-buru. Akmal yang menyaksikannya pun mengingatkan. "Pelan-pelan makannya, tidak ada yang akan minta."
Anaya hanya menyengir sejenak, lalu melanjutkan makannya kembali dengan cepat seperti dikejar hewan buas.
Akmal menggelengkan kepala, mengusap bibir istrinya yang belepotan lalu mengusap kepalanya dengan lembut. Anaya berhenti mengunyah menikmati setiap moment sentuhan lembut yang dilakukan oleh suaminya. Dia tersenyum untuk menutupi degup jantungnya yang tidak beraturan.
"Ya, Allah. Tolong, jangan buat aku semakin baper. Aku tidak ingin merasakan cinta ini sendirian. Aku takut kecewa." Anaya tersenyum meringis, seraya menepuk dadanya. Lalu meminum minumannya hingga tandas.
Akmal memperhatikan semuanya. Ia bertanya-tanya dalam hati apa gerangan yang di pikirkan istrinya. "Kamu kenapa, Nay? Apa kamu sakit? Atau makanannya tidak enak?"
Anaya mengelengkan kepala, senyum tipis terukir di bibirnya. "Tidak, Mas. Aku hanya... hanya sedang memikirkan sesuatu."
Dia menatap Akmal dengan penuh kecemasan. "Aku... aku tidak tahu, Mas. Tapi aku hanya merasa akan ada sesuatu yang terjadi, seperti ada yang mengawasiku." Suaranya terdengar bergetar, lalu mengusap lehernya terasa ada yang meniupnya.
"Ya sudah, aku akan membayar lalu kita pergi." Akmal bangkit dari duduknya lalu menuju kasir, sedangkan Anaya langsung keluar menunggu di mobil.
°
Sementara itu di kantor ZE.A Beauty, tanpa Anaya tahu gosip tentang dirinya dan Akmal sang suami, merebak bagai bola api di grup chat karyawan. "Makan siang bersama Bos, apa ada yang spesial?" tulis salah satu karyawan, disertai emoticon bergairah.
"Wah, Anaya benar-benar dekat sama Bos! Ternyata seleranya tidak kaleng-kaleng, ya?" komentar yang lain.
"Kira-kira apa hubungan mereka sebenarnya?" tulis salah satu karyawan, mencerminkan rasa penasaran.
Ersa kewalahan menghadapi pertanyaan sesama rekan kerjanya. Hingga dia memilih berlari masuk ke dalam kantor, dan bersembunyi di ruangan sekretaris Rima.
Akmal mengantar Anaya sampai di depan pintu gerbang sesuai permintaan istrinya tersebut. Turun dari mobil Anaya meminta Akmal segera pergi, dan ia melanjutkan langkahnya menuju lobi kantor bersikap setenang mungkin. Namun tiba-tiba seseorang membekapnya dan membawa Anaya pergi.
°
°
°
°
°
Mau dibawa itu Anaya?
Astaga, Akmal yang mau bermanja-manja/Facepalm/