Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Fani dan Dave
"AAAAAAAAAAAAA!"
Aresh berlari ketakutan ketika melihat tanah makam Arash retak, batu nisannya patah. Aresh tanpa menoleh ke belakang meninggalkan pemakaman. Aresh masuk ke dalam mobil. Aresh menstarter mobilnya yang tiba-tiba saja enggan berlari.
Aresh menyesal mengapa pergi ke pemakaman pada malam hari. Kini dia dengan mata kepalanya sendiri melihat berbagai macam penampakan. Aresh terus mencoba menghidupkan mesin mobilnya.
Setan-setan itu semakin dekat. Dengan tangan gemetar Aresh membuka aplikasi Tube mencari saluran orang mengaji. Aresh memperbesar volume ponselnya. Dan akhirnya mesin mobil Aresh kembali nyala. Aresh segera meninggalkan lokasi pemakaman.
Aresh mencium bau busuk di dalam mobilnya. Aresh membuka sedikit jendela mobil. Aresh terperanjat, dari balik kaca spion Aresh melihat Arash tersenyum padanya. Aresh hampir saja menabrak mobil lain dari arah yang berlawanan. Mobil Aresh berkelok-kelok. Jantungnya berdegup sangat kencang. Aresh kembali menatap ke balik kaca spion.
"Apa kamu ingin menyusul ku ke alam baka?" Arash menatap tajam ke kaca spion.
"Bang, apa benar ini Abang?" Aresh dengan bibir yang gemetar.
"Jangan menghalangi aku lagi!" Arash dengan nada tinggi berteriak dan menghilang.
Aresh bergidik, untuk pertama kalinya dia ketakutan menghadapi Arash. Tubuh Aresh bergetar. Aresh takut ketahuan. Aresh takut Arash datang untuk membalas dendam padanya. Aresh sempat melacak ponsel yang dipakai Arash untuk meneror Hani. Dan Aresh membalas dengan meneror balik Arash. Tapi bukan dia yang membuat Arash meninggalkan dunia.
Aresh kembali melajukan mobilnya ke jalan raya. Aresh mencoba menstabilkan napasnya. Dari kejauhan Aresh melihat Fani bersama seseorang masuk ke dalam club malam. Aresh memperhatikan Fani dengan seksama. Benar itu Fani, Kakak dari Dani dan Hani. Aresh penasaran apa yang dilakukan Fani di Kota B.
Aresh memarkirkan mobilnya. Aresh memakai kacamata dan gigi palsu yang menonjol untuk merubah penampilannya. Aresh merubah wajahnya sejelek mungkin. Aresh masuk ke dalam club malam mencari keberadaan Fani.
Dentuman musik dengan volume yang paling tinggi, serta pemandangan tidak senonoh menjadi hidangan pertama Aresh setelah memasuki club malam itu. Aresh rela menuruni lantai dansa dan berdesakan dengan orang-orang yang menghentakkan kakinya serta menggoyangkan badannya mengikuti irama.
Aresh mencari Fani. Matanya berkeliling di bawah lampu disko yang berkelap-kelip. Dan akhirnya Aresh melihat Fani minum di meja bar bersama teman prianya. Aresh duduk di samping Fani sambil memesan bir. Aresh mencuri dengar pembicaraan mereka.
Fani dan teman prianya menyebut nama Hani. Dave, Fani memanggilnya. Dave minum banyak. Dari yang Aresh dengar, Hani telah membunuh adiknya. Dave begitu membenci Hani. Dave ingin membuat Hani menderita. Aresh tidak pernah menyangka Fani juga sangat membenci Hani. Fani masih menyalahkan Hani atas putusnya pertunangannya.
Memang setelah meninggalnya Dani, Aresh sempat mendengar rumor yang beredar bahwa Hani pembawa sial. Dan Fani juga terkena dampaknya. Pria-pria yang dulu mengejar Fani takut mendekat. Mereka takut setelah bersama Fani mereka akan meninggal. Aresh sungguh menyayangkan mengapa orang-orang masih percaya hal semacam itu.
Fani dan Dave dengan sempoyongan keluar dari club malam. Aresh mengikuti mereka. Mereka pergi naik taxi. Aresh bergegas masuk ke dalam mobil. Aresh membuntuti taxi dan menjaga jarak jangan sampai ketahuan. Fani dan Dave berhenti di sebuah rumah lumayan besar yang sangat Aresh kenali.
Aresh melepaskan kaca mata dan gigi palsunya. Aresh turun dari mobil dan masuk ke dalam halaman rumah besar itu.
"Permisi, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Aresh.
"Aresh, apa kamu Aresh?" Fani mengucek matanya. Fani masih bisa mengenali Aresh sahabat Dani yang sering main di rumah mereka.
"Iya Kak Fani, aku Aresh. Mengapa kalian ada di sini?" Aresh mengulangi pertanyaan.
"Kami tinggal di sini," jawab Fani.
"Ini rumah Abang ku. Siapa yang memberi kalian izin?"
"Maaf, kami ngontrak di sini. Tanyakan pada Ibu Ariana lebih jelasnya," sahut Dave.
"Aresh masuklah, ayo minum bersama kami," ajak Fani.
"Makasih Kak Fani, aku permisi," Aresh pamit.
Fani dan Dave masuk ke dalam rumah Arash. Aresh menghubungi mamanya untuk menanyakan apakah rumah Arash beliau kontrakan. Dan ternyata benar, rumah Arash dikontrakkan. Mama Aresh meminta kepada penyewa agar tidak membuka kamar yang ada di belakang rumah.
"Kamar di belakang rumah adalah kamar tempat Arash menyembunyikan foto-foto Hani. Jangan sampai Kak Fani tahu Arash yang membunuh Dani. Keluarga mereka pasti akan sangat membenciku. Dani maafkan aku," tak terasa Aresh meneteskan air mata.
...----------------...
🌑 Di rumah Valdi.
Hani bangun pagi melakukan rutinitas harian. Dari menyapu, ngepel, masak sarapan. Hani juga memanggil Dokter keluarga Valdi. Valdi untuk sementara beristirahat dulu kata Dokter. Pinggangnya lumayan parah.
Hani berdiri di balkon kamar Valdi menatap ke rumahnya yang persis bersebelahan dengan rumah Valdi. Hani takut untuk kembali. Takut dihantui. Hani memilih tinggal di rumah Valdi.
Hani melihat sebuah mobil masuk ke dalam halaman. Hani menuruni anak tangga dan melihat siapa yang datang. Ternyata Revaz yang datang.
"Hani, apa yang terjadi? Kenapa porak poranda seperti ini?" Revaz memandangi taman kecil di depan rumah Valdi seperti terkena angin ribut.
"Hmmmm, tadi malam rumah ku dikunjungi setan Kak. Kak Valdi yang menolong, loncat dari balkon kamarnya ke kamar ku Kak. Dan setan itu melukai Kak Valdi. Dan kami ditolong seseorang atau apalah namanya. Terjadilah adu kekuatan di antara mereka yang meninggalkan penampakan seperti ini," tunjuk Hani.
"Sudah, kamu masuk az. Nanti ada orang yang beresin. Valdi mana?"
"Ada di kamar. Silakan Kalo Kak Revaz mau ke atas. Nanti kita sarapan bareng ya," Hani melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Revaz naik ke lantai dua kamar Valdi. Valdi sudah menghabiskan sarapan bubur ayam buatan Hani. Valdi memandangi Revaz, meminta penjelasan mengapa dia bisa menemukan Hani.
Revaz duduk di sofa. Revaz menarik napas panjang dan mulai menceritakan semuanya. Kejadian di mana Hani dan Zav berada di bus setan. Revaz juga cerita yang dia dengar dari Hani. Hani yang kehilangan ingatan dan tinggal bersama Emran. Emran yang posesif dan bisa sewaktu-waktu kesurupan.
"Val, menurut cerita Hani. Kak Revaz bisa menarik kesimpulan ada orang yang meracuni pikiran Hani. Orang itu ingin Hani meninggalkan keluarganya. Hani sangat merasa bersalah, apalagi setelah orang yang bersamanya sewaktu kecelakaan meninggal dunia."
"Siapa orangnya yang tega?" tanya Valdi.
"Sewaktu kalian ke Kota C, apa ada orang yang terlihat sangat membenci Hani?"
"Ada. Dia Kakak perempuan Hani," Jawab Valdi.
"Saudara Hani? Kesalahan apa yang Hani perbuat?"
"Dia beranggapan Hani lah yang membuat pertunangannya putus. Calon besan takut anaknya akan meninggal karena Hani pembawa sial. Dan Fani terkena dampaknya."
"Apa itu benar?"
"Tidak Kak, menurut penjelasan dari Om Hani, tunangan Fani sengaja memakai alasan itu untuk memutuskan pertunangan. Karena mereka akhirnya menikahkan anak-anak mereka dalam perjanjian bisnis," jawab Valdi.
"Lagi-lagi semua karena bisnis," Revaz menghela napas.
Dan dari lantai bawah terdengar jeritan Hani.
"AAAAAAAAAAAAA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...