NovelToon NovelToon
Bayang Dibalik Jejak

Bayang Dibalik Jejak

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:590
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"

Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.

Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SUARA DARI KEGELAPAN

Suara gemerisik ranting dan dedaunan kering terdengar samar di telinga Elena saat ia melangkah keluar dari Rumah Holloway. Malam semakin larut, dan suhu udara menusuk kulit. Kabut tebal menyelimuti sekeliling, menghalangi pandangannya ke arah jalan utama. Hujan gerimis yang terus turun sejak senja membuat suasana semakin mencekam.

Elena mempercepat langkahnya menuju mobil yang diparkir beberapa meter dari gerbang. Namun, instingnya terus mengingatkan akan sesuatu—sebuah rasa tak nyaman yang tak kunjung hilang sejak dia menemukan namanya di buku harian tadi. Namanya ada di daftar korban. Pertanyaannya: mengapa?

Setibanya di mobil, dia membuka pintu dengan cepat dan masuk ke dalam, mengunci pintu secara otomatis. Dengan tangan gemetar, dia mengeluarkan ponsel dan memeriksa foto-foto peta serta catatan dari ruang bawah tanah tadi. Ada total tujuh pin merah yang menandai lokasi-lokasi berbeda di Rivermoor. Beberapa di antaranya adalah tempat umum, tetapi ada satu yang menarik perhatian: Gereja St. Mary—sebuah bangunan tua yang sudah lama tidak digunakan dan sering dihubungkan dengan legenda kota.

Dia menghela napas panjang, mencoba mengendalikan detak jantungnya yang masih berpacu.

Elena menggenggam erat setir mobil, menatap foto peta di ponselnya. Gereja St. Mary, Rumah Holloway, dan kantor polisi Rivermoor—semua terhubung dalam pola yang belum jelas. Mengapa lokasi-lokasi ini begitu penting? Siapa yang menyusun rencana ini? Dan yang paling mendesak: mengapa namanya ada di daftar korban?

Dia mendengar suara deru napasnya sendiri, mencoba mengatur irama untuk menenangkan diri. Tapi keheningan mobil yang tertutup rapat terasa menyesakkan. Elena menyalakan mesin dan melajukan mobil dengan perlahan, menyusuri jalanan licin menuju kantor polisi. Dia butuh akses ke arsip lama untuk menemukan lebih banyak informasi tentang pembunuhan di Rumah Holloway. Mungkin ada pola yang terlewat atau petunjuk baru yang tersembunyi.

 

Rivermoor Police Station – 02:14 AM

Kantor polisi Rivermoor kecil dan sunyi di malam hari. Hanya lampu-lampu redup yang menerangi ruangan utama. Petugas jaga, seorang pria paruh baya dengan kantung mata tebal bernama Sersan Howard, duduk di meja depan sambil menyesap kopi yang sudah dingin. Dia mengangkat kepala saat Elena masuk, matanya menyipit dalam kelelahan.

“Elena? Apa yang kau lakukan di sini selarut ini?” tanya Howard dengan suara serak.

“Aku butuh akses ke arsip lama. Tentang kasus pembunuhan di Rumah Holloway,” jawab Elena singkat.

Howard mengerutkan kening. “Kasus itu? Kau yakin ingin membukanya lagi? Sudah bertahun-tahun, dan tidak ada yang mau menyentuhnya sejak... yah, sejak semuanya terjadi.”

“Aku tidak punya pilihan. Ada sesuatu yang terjadi, dan aku butuh semua informasi yang bisa kutemukan,” kata Elena tegas.

Howard menghela napas panjang, mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi hati-hati. Banyak hal aneh tentang kasus itu.”

Dia membimbing Elena ke ruang arsip di lantai bawah. Lorong sempit dengan rak-rak logam berisi ratusan kotak file terlihat seperti labirin kecil. Bau kertas tua dan debu menyengat hidung Elena. Howard menyalakan lampu neon yang berkedip-kedip sebelum meninggalkan Elena sendirian.

Elena mulai mencari di antara tumpukan kotak berlabel tahun-tahun lama. Setelah beberapa menit, dia menemukan satu kotak besar bertuliskan: “Kasus Holloway - 1998.” Dia menariknya keluar, meletakkannya di meja kecil, dan membuka tutupnya dengan hati-hati.

 

Isi Arsip Kasus Holloway

Di dalam kotak, ada tumpukan foto-foto TKP, laporan autopsi, dan catatan investigasi. Elena mulai membolak-balik dokumen-dokumen itu, membaca setiap detail dengan cermat.

Laporan Autopsi Korban:

Nama: Victoria Holloway

Umur: 36 tahun

Penyebab Kematian: Luka tusuk multiple di bagian dada dan perut.

Kondisi tubuh: Ditemukan dalam posisi ritualistik dengan simbol-simbol aneh di sekitarnya.

Elena mengernyit saat melihat foto-foto korban. Simbol-simbol di sekitar tubuh terlihat mirip dengan yang dia temukan di ruang bawah tanah tadi. Ada pola yang jelas, tetapi dia belum tahu apa artinya.

Salah satu dokumen menarik perhatiannya: sebuah laporan wawancara dengan Jonathan Holloway, suami korban dan satu-satunya tersangka yang kemudian dibebaskan karena kurangnya bukti. Jonathan mengklaim bahwa Victoria “berhubungan dengan sesuatu yang gelap” dan bahwa dia mendengar suara-suara aneh di rumah sebelum kematian istrinya.

Catatan Wawancara:

"Dia sering mengurung diri di ruang bawah tanah itu. Saya tidak tahu apa yang dia lakukan di sana. Tapi setiap malam, saya mendengar suara-suara. Seperti seseorang berbisik... atau mungkin lebih dari satu orang."

Elena merinding membaca kalimat itu. Suara-suara. Apakah itu yang tadi dia dengar di Rumah Holloway?

Saat dia tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba lampu neon di atasnya berkedip-kedip lagi, lalu padam total. Kegelapan menyelimuti ruang arsip, dan hanya ada suara detak jam tua di dinding. Elena meraih senter di tasnya dan menyalakannya, cahayanya bergetar karena tangannya mulai gemetar.

Suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong.

“Howard?” panggil Elena, suaranya menggema di ruang sempit itu. Tidak ada jawaban.

Langkah kaki itu semakin mendekat, perlahan dan teratur. Elena mengarahkan senter ke arah suara, tetapi lorong itu kosong. Detak jantungnya semakin cepat. Dia meraih pistol di pinggangnya, berjaga-jaga.

Tiba-tiba, pintu arsip terbanting tertutup dengan keras. Elena tersentak, hampir menjatuhkan senternya. Dia mencoba membukanya kembali, tetapi pintu itu tidak bergerak. Terjebak.

Suara berbisik mulai terdengar, samar dan tidak jelas, seperti berasal dari dinding itu sendiri. Elena memutar tubuh, mencoba mencari sumbernya, tetapi suara itu datang dari segala arah.

"Pergilah."

Kata itu terdengar jelas di telinganya, seolah-olah seseorang membisikkan langsung ke belakang lehernya. Elena memutar tubuh dengan cepat, menyorotkan senter, tetapi hanya melihat rak-rak kosong.

Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan ketakutannya. Ini hanya halusinasi, pikirnya. Stres dan kelelahan. Tapi bagian dari dirinya tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Kemudian, suara itu terdengar lagi. Tapi kali ini lebih jelas. Bukan satu suara, melainkan banyak. Berbisik-bisik, bercampur menjadi satu dalam harmoni yang mengerikan.

"Jangan cari tahu... atau kau akan menjadi bagian dari kami."

Seketika, pintu arsip terbuka dengan sendirinya. Cahaya dari lorong luar membanjiri ruangan, membuat Elena menyipitkan mata. Howard berdiri di sana, wajahnya bingung.

“Elena? Kau baik-baik saja?” tanyanya.

Elena mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan ketakutannya. “Aku… aku hanya terjebak. Lampunya padam.”

Howard mengerutkan kening. “Lampunya baik-baik saja. Tidak ada yang padam.”

Elena membeku mendengar itu. Tapi dia tidak ingin memperdebatkannya sekarang. Dia menutup kotak arsip, mengembalikannya ke rak, dan keluar dari ruang arsip dengan langkah cepat.

 

Di luar kantor polisi, hujan mulai berhenti, tetapi kabut tetap tebal. Elena duduk di mobilnya, mencoba mengatur napas. Dia tahu satu hal pasti: ini bukan hanya soal pembunuhan. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap.

Gereja St. Mary. Itu tujuan berikutnya.

Namun, sebelum dia bisa memutuskan langkah selanjutnya, ponselnya berbunyi. Pesan masuk dengan nomor tak dikenal:

“Berhenti mencari, atau kau akan menyesal.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!