NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Zeona mempercepat langkah sampai tersandung beberapa kali karena takut Anjelo marah. Dia menempelkan kartu akses yang diberikan Anjelo dan menempelkannya pada pintu berwarna biru tua di hadapannya yang langsung terbuka. 

Dengan tubuh yang sedikit gemetar, Zeona masuk ke dalam unit apartemen milik Anjelo. Menelan saliva beberapa kali ketika tatap matanya bertemu dengan tatapan tajam Anjelo yang tengah duduk dengan segelas minuman bening di tangan. Yang Zeona yakini, itu pasti sejenis wine. 

"T-tuan, maaf saya telat lima menit," cicit Zeona. Kedua tangannya saling meremat. Menyalurkan kegugupan dan ketakutan. 

"Come here!" Anjelo menggerakan telunjuknya. 

Buru-buru Zeona melangkah menghampiri Anjelo. 

"Sit down!" Anjelo menepuk pahanya. 

Zeona sedikit menegang. Ingin protes tapi urung dilakukan. Dia sadar diri, bahwa kini tubuhnya adalah milik Anjelo. 

Saat bo kongnya menyentuh paha Anjelo, lelaki itu langsung melingkarkan sebelah tangannya di pinggang ramping Zeona. Membenamkan wajah tampannya di dada. "You're mine, Zeona. Saya tidak suka kamu terlalu dekat dengan lelaki lain. Terutama Alden. Jauhi dia!" kata Anjelo seraya menebar sesap basah di bagian yang menonjol itu. 

"Hngghh ... i-iya, T-tuan." Zeona menyahut dengan suara terpatah-patah karena menahan rasa geli di dadanya. Dress yang dipakainya sudah melorot sampai ke perut. Kain kacamatanya juga sudah luruh entah ke mana. 

"T-tuan ..." Zeona memejam mata sambil mencengkram punggung lebar Anjelo. Menahan darah panas yang sudah mulai mendidih. 

Anjelo tak menyahut. Dia sedang sibuk mengulum puncak gunung. 

"Kenapa Tuan tidak jujur kepada saya, kalau Tuan adalah kakak iparnya Alden?" Tersengal-sengal Zeona berkata. Darah panas di dalam tubuhnya semakin tidak bisa dikendalikan. Anjelo selalu berhasil membuatnya blingsatan. 

"Itu tidak penting Zeona! Yang terpenting sekarang adalah ..." Anjelo menjeda ucapannya. Dia menarik wajah dari depan dada dan menatap lekat wajah Zeona yang sudah memerah. "Jangan sampai hubungan kita diketahui oleh anak itu. Karena jika Alden tahu, maka semuanya akan berantakan. Dia tipikal anak yang sangat merepotkan. Terlalu jujur dan pasti akan langsung melapor pada istri saya." Anjelo mengeluarkan suaranya kembali dengan santai, sambil sesekali mempercepat gerakan jarinya di bawah sana. Membuat tubuh Zeona menggelinjang ke kanan dan kiri. Layaknya cacing kepanasan. 

"Hmm, T-tuan ..." Zeona mendongakkan wajah ke atas saat perut bawahnya terasa bergejolak. Sesuatu di bawah sana memaksa ingin keluar. 

Anjelo menyeringai. Semakin menambah kecepatan pada gerakan tangan. Bunyi kecipak jemari tangan saling bergesekan dengan pintu kegelapan mengudara. Disusul lolongan nyaring dari bibir Zeona. 

Kepala gadis itu terkulai lemas di pundak lebar Anjelo. Napas berat memburu disertai seluruh tubuh yang gemetar. Di bawah sana, pintu kegelapannnya masih berkedut. Menyisakan sensasi geli yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. 

"Are you satisfied, Zeona?" Suara berat Anjelo berkumandang memutus euforia pelepasan yang Zeona rasakan. 

Gadis itu tak menjawab. Dia sangat malu mendapat pertanyaan seperti itu. 

"Jawab, Sweety!" Anjelo mendesak. 

Dengan menahan malu yang menggebu-gebu, Zeona menjawab pertanyaan tersebut. "P-puas, Tuan." Wajahnya serasa rontok berjatuhan. 

Terkekeh Anjelo mendengarnya. "Kamu sangat menggemaskan." Perkataan itu membuat wajah Zeona semakin memerah. "Sekarang, giliran kamu yang membuat saya melayang!" Anjelo memindahkan Zeona ke tempat kosong di sampingnya. Dia merubah posisi, berdiri menjulangi Zeona. Meluruhkan kain yang menutupi tv bvh bawahnya. "Suck it!" 

*****

"Jangan lupa minum obat penghambat kehamilan. Saya tidak mau menambah masalah!" Anjelo berkata dengan suara datar, namun terdengar tajam. 

"Ba-baik, Tuan." Zeona mengangguk patuh seraya memakai kembali pakaiannya. 

"Sebelum kamu pulang ... bersihkan dulu lantai ruang tamu dan juga sofanya. Jangan sampai ada noda yang tertinggal. Jangan lupa cuci seprainya juga sekalian!" perintah Anjelo sebelum dia keluar dari apartemen. 

"Baik Tuan." Sekali lagi, Zeona menganggukkan kepala. 

"Saya pulang duluan!" Berjalan menjauh. Tubuh tinggi besar itu menghilang masuk ke dalam lift. 

Setelah kepergian Anjelo, Zeona kembali masuk ke dalam apartemen. Melakukan pekerjaan yang diperintahkan Tuannya. Setelah menjemur seprai, dia pun pulang ke rumahnya. 

"Kakak?" Zeona menempelkan benda pipihnya ke telinga. 

[Iya, Kak, ada apa?]

[Kamu masih di mana Zeo? Cepet pulang! Kakak sudah masak makan siang untuk kita. Kakak ingin makan siang bersama denganmu.]

Wajah Zeona berbinar. Bahagia sekaligus terharu. [Siap Kak. Ini aku udah otewe pulang. Kakak mau nitip sesuatu nggak? Camilan atau apalah gitu?]

Suara lembut Zalina terdengar lagi. [Nggak usah! Udah dulu ya, Kakak mau mandi dulu.]

[Ok!]

Inilah yang Zeona impikan sejak lama. Bisa hidup bersama dengan sang kakak tanpa dikejar-kejar rasa takut akan terciduk oleh Miss Helena. Dia sangat bersyukur. Meski harus menukar kebahagiaan itu dengan perbudakan. 

"Aku nggak peduli dengan nasibku. Yang penting, aku dan kakak bisa hidup dan tinggal bersama lagi!" 

Walaupun Zalina tidak meminta dibelikan apa-apa. Namun Zeona tetap membelikan camilan dan buah anggur kesukaan kakaknya. Dia membeli satu kilo. "Kakak pasti seneng nih aku beliin buah kesukaan dia!" Senyum indah terbit di bibir tipisnya. Zeona mempercepat langkah keluar dari supermarket yang ada di seberang apartemen Anjelo. Dia berdiri sejenak di pinggir jalan. Menunggu ojol yang dipesannya. 

Setelah lima menit menunggu, ojol itu pun datang. Zeona segera naik. 

"Makasih ya, Pak. Ini ongkosnya." Zeona turun dari motor dan memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada si tukang ojol. 

"Aduh Neng, Bapak tidak punya kembalian," ujar si tukang ojol tersebut. 

"Tidak apa-apa, Pak. Ambil saja kembaliannya untuk Bapak!" 

"Masya Allah. Alhamdulillah. Terima kasih Neng. Semoga rezeki Neng semakin lancar." 

Zeona mengamini doa tersebut. Mengayun langkah dengan wajah ceria. Sebelah tangannya yang tak membawa belanjaan mengayun lambat, mengikuti irama langkah kakinya. 

"Assalamu'alaikum!" Zeona membuka pintu sembari berseru mengucap salam. 

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh!" Zalina membalas salam Zeona. Dia tersenyum manis menyambut kepulangan adiknya itu. "Wiihh, bawa apa tuh?" Pandangannya tertuju pada paper bag yang ada di tangan kanan Zeona. 

Duduk di sebelah Zalina yang lesehan di ruang depan, Zeona membuka paper bag yang dibawanya dan menunjukan isinya. "TADAAA!" Mata Zalina berbinar terang. Senyum manis membelah wajah. 

"Waaah, buah anggur!" Zalina langsung mengambil satu dan memakannya. "Mmm ... enaaaak!" 

Tawa bahagia mengudara dari kakak beradik itu. 

"Ayo kita makan Kak! Aku udah rindu nih sama masakan Kakak!"

"Ayooo!" Zalina bangkit berdiri. Menuju dapur, mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah dimasak. Ada ayam goreng serundeng, tempe bacem dan sambal tomat. 

Mereka berdua makan dengan lahap dan penuh kebahagiaan. 

"Biar aku yang cuci piringnya Kak." 

"Nggak usah Zeo. Biar Kakak saja!" Baru juga akan berdiri, tubuh Zalina langsung oleng ke kiri. Piring dan gelas kotor yang dibawanya berjatuhan ke lantai. 

"KAKAAAK!" 

1
Diah Salwa Nabila
maaf bukan menyaperi thor tapi menghampiri🙏
Ama Apr: Siap Kak☺
ke depannya aku ganti deh🤭
Diah Salwa Nabila: Iyah sama2 cuman kaya kurang cocok maaf cuman saran yah thorr hehe 🙏
total 3 replies
Gato Piola
Menyentuh banget.
Ama Apr: Makasih Kakak🥰
total 1 replies
Ama Apr
Siap Kak🥰
Makasih udah baca😊
Ma.Cristina Alvaro
Jangan lupa update setiap hari, saya suka banget dengan ceritanya 👏
Ama Apr: Insya Allah, siap Kak.
Makasih udah baca🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!