Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
...~Happy Reading~...
Calvin baru saja pulang lebih awal dari perjalanan bisnisnya. Setibanya di rumah, ia langsung merasa ada yang tidak biasa. Mikha, istrinya yang masih berstatus siswi SMA, tampak duduk santai di ruang tamu. TV menyala, dan gadis itu terlihat menikmati cemilan favoritnya dengan sangat nyaman.
Calvin mengerutkan dahi. "Mikha, kamu gak sekolah? Ini jam berapa?"
Mikha terlonjak kaget, hampir menjatuhkan mangkuk cemilannya. Ia menoleh cepat ke arah Calvin yang berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Kok Kakak udah pulang?" tanyanya, berusaha terdengar santai.
Calvin meletakkan tas kerjanya di kursi terdekat. Ia melangkah mendekati Mikha, matanya menyorot curiga. "Kamu bolos?" tanyanya tegas.
Mikha memanyunkan bibirnya, lalu memasang wajah melas seperti anak kecil yang ketahuan mencuri permen. "Kakak bilang beberapa hari, kenapa baru dua hari udah pulang?" ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
Namun, Calvin tak menggubris. "Mikha, kenapa kamu gak sekolah?"
Gadis itu menghela napas panjang, seolah enggan menjawab. "Mikha di skors," ujarnya akhirnya.
Calvin terdiam sejenak, memandang istrinya dengan pandangan yang campur aduk antara heran dan kesal. "Kenapa? Buat ulah apa lagi?"
‘’Dih, Kakak jangan su'udzon ya! Dosa loh!" katanya dengan nada protes, sambil menyilangkan tangan di dada.
Calvin memijat pelipisnya, mencoba menahan kesabaran. "Mikha, skors itu gak mungkin tanpa alasan. Jadi, tolong ceritakan. Kenapa kamu bisa di skors?"
Melihat suaminya mulai kehilangan kesabaran, Mikha akhirnya menyerah. Ia menurunkan sikap defensifnya dan mulai bercerita, meskipun dengan sedikit menggerutu. Calvin menyimak dengan saksama, meskipun ia sudah bisa menebak bahwa cerita ini pasti akan berakhir dengan masalah besar.
Dan setelah beberapa saat, Calvin menghela napas berat. Ia tahu betul bahwa Mikha memiliki sifat temperamental yang sulit dikontrol. "Terus kenapa kamu di skors?"
‘’Kan gurunya datang, Kak. Guru bilang kalau Mikha gak boleh ulangi lagi, atau Mikha di skors. Terus... Mikha bilang, 'Yaudah, skors aja sekarang, biar saya pulang!'" katanya dengan santai.
Mendengar itu, Calvin hampir tak percaya. "Kamu serius, Mikha?"
"Iya, Kak. Lagian Mikha udah capek banget berurusan sama Shera. Jadi mending Mikha pulang aja," jawab Mikha sambil mengangkat bahu.
Calvin menatap istrinya lama, mencoba mencerna keputusan aneh itu. "Mikha, kamu sadar gak kalau itu bukan solusi? Kamu malah bikin masalah lebih besar."
"Tapi Kak, Mikha cuma mau tenang. Mikha pikir, kalau Mikha di rumah, semuanya bakal lebih damai," ujar Mikha dengan nada penuh pembelaan, ‘’Lagian kaki Mikha itu masih sakit, masih pegel gara gara wedding kemarin itu. Kakak enak pakai sepatu begitu, sementara Mikha pakai hils tinggi. Kakak kan tahu Mikha gak suka pakai hils, dan di paksa harus pakai seharian sampai malam, bisa bayangkan gimana pegel nya kaki Mikha ?’’ imbuh nya panjang lebar dengan penuh drama, membuat Calvin tidak tega ingin membalas nya lagi, jika sudha menyangkut soal hari pernikahan mereka.
Biar bagaimana pun, Calvin yang memaksa Mikha agar mau menikah dengan nya. Andai dirinya tidak membuat keputusan sepihak, tentu saja Mikha tidak akan kelelahan dan tidak akan mempunyai alasan seperti ini.
Suasana rumah cukup sepi, karena Mami Faiz tengah menemani Papi Edward di kantor, dan Keynan, masih sibuk dengan aktivitas sekolahnya hingga sore. Suasana ini seharusnya menjadi kesempatan bagi Mikha untuk merenungkan kesalahannya tapi Mikha bukan gadis yang mudah duduk diam.
Setelah perdebatan tipis di ruang keluarga tadi, kini akhirnya mereka memutuskan untuk ke kamar. Mikha sedang duduk bersila di atas tempat tidur, memandang Calvin, suaminya, dengan mata berbinar penuh harap.
"Kakak belum jawab pertanyaan Mikha," katanya, suaranya terdengar setengah manja, setengah mendesak.
Calvin, yang baru saja melepas jas dan dasinya, memandang istrinya dengan tatapan lelah. "Pertanyaan apa lagi, Mikha?"
"Kenapa kakak udah pulang? Kan bilangnya beberapa hari!"
Calvin mengangkat alisnya. "Kamu gak suka aku pulang?"
Mikha cepat-cepat menggeleng. "Ya bukan gak suka, cuma agak gimana gitu karena meleset dari ekspektasi."
"Ekspektasi apa?" tanya Calvin, penasaran.
"Niatnya tadi tuh Mikha mau itu emmttt..."
"Mau apa? Jangan macam-macam, Mikha. Ingat, kamu di skorsing karena bikin ulah, bukan liburan!" Calvin memperingatkan, matanya mempersempit tajam.
"Iya, tahu kok," jawab Mikha sambil memutar bola matanya. "Mikha juga gak akan keluar rumah, Kak. Santai aja."
"Terus, apa yang kamu mau lakukan?"
Mikha tersenyum lebar, penuh arti. "Mikha mau undang Alina sama Mawar buat renang di rumah!’’
Calvin hanya bisa menghela napas panjang. Ia mengerti bahwa Mikha memang sulit diam, tapi mengundang teman-teman saat seharusnya menjalani skorsing bukanlah ide yang bijak.
Apalagi, jika Mikha sudah bergabung dengan dua sahabat nya, maka sudah di pastikan mereka akan seperti ada di pasar. Trio kwek kwek itu jika sudah berenang, sudah bisa di pastikan akan membuat kerusuhan yang haqiqi.
Maka darii tu, setiap kali MIkha ingin mengundang dua sahabat nya ke rumah, pasti akan izin kepada orang rumah sehari sebelumnya, agar rumah itu sepi. Seperti mami Faiz apalagi papi Edward dan juga Calvin akan memilih pergi dari rumah. Meskipun misal wekend, mereka akan memilih untuk pergi dari rumah karena enggan mendengar jeritan dan teriakan dari tiga gadis tersebut.
Dan kini, Calvin tidak bisa kabur. Karena ia baru kembali dari luar kota. Ia sengaja tidak datang ke kantor karena ia sangat lelah menyetir sendiri. Ia ingin istirahat dengan tenang, karena mengingat bahwa Mikha masih sekolah, dan ibunya tengah di kantor bersama ayahnya. Tanpa ia tahu bahwa ternyata Mikha di rumah bahkan mau mengundang trio kwek kwek.
‘Apakah aku salah membuat Keputusan untuk pulang cepat?’ gumam Calvin dalam hati.
"Ayolah, Kak. Mikha janji gak akan bikin keributan kok. Kakak tenang aja. Bermainlah di dalam kamar, tidur saja. Kami gak akan ganggu waktu Kakak!" rengek Mikha terus membujuk dan memohon kepada kakak sekaligus suaminya itu.
Calvin memijit pelipisnya, mencoba menahan frustrasi. "Mikha, apa kamu gak bisa besok aja renang nya?’’
Iya, besok. Jika besok dirinya akan ke kantor jadi tidak perlu mendengar suara cempreng dari mereka.
‘’Yah kakak!’’ Mikha kembali memanyunkan bibirnya, ‘’Besok tuh mereka pulang normal. Hari ini mereka pulang cepet, kalau besok gak bisa. Ya kakak ya, plisss !’’
Calvin akhirnya menyerah. "Baiklah, tapi jangan berisik!’’
Mikha tersenyum lebar dan langsung melompat kegirangan. "Yesss! Kakak terbaik deh!"
Calvin mengangkat tangan, memberi isyarat agar Mikha berhenti mengoceh. "Aku mau tidur. Jangan ganggu."
"Siap, Kak!"
Setelah Calvin masuk ke kamar dan menutup pintu, Mikha langsung sibuk menghubungi Alina dan Mawar, sahabat karibnya. Tak butuh waktu lama, kedua gadis itu muncul dengan pakaian renang yang sudah rapi.
...~To be continue…...
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh