Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
Najwa telah tiba di kantor polisi, saat ini Romi tengah di interogasi oleh pihak yang berwajib.
"Pak, benar bukan saya pelaku nya!" Romi masih tetap bersikukuh jika bukan dia yang menculik Malvin.
"Mana ada maling mau ngaku"
Brak!
Karena kesal, Romi mengebrak meja yang ada di depan nya, membuat polisi itu marah, dan ingin segera menutup kasus Romi, dan mencoblos nya ke dalam penjara.
"Pak, tolong bebaskan Kakak saya, dia tidak bersalah, ini hanya salah paham, saya kenal dengan murid itu, dia murid saya, dan tidak mungkin Kakak saya menculik nya"
"Kami tidak membebaskan nya, karena pihak korban belum memberi keterangan apapun" ujar Polisi itu, dan membawa Romi masuk ke dalam penjara.
Najwa terpaksa membiarkan Romi bermalam di kantor polisi, Najwa akan berusaha mencari cara untuk membebaskan sang kakak, karena dia yakin Romi tidak bersalah.
Najwa pergi meninggalkan kantor polisi, dalam keadaan cemas, ia berusaha untuk mencari alamat Adam. Namun, pihak kepala sekolah, tidak ingin memberikan nya dengan alasan itu adalah privasi keluarga Xavier.
Najwa mulai putus asa, ia teringat akan ucapan terakhir Alvin, jika mereka akan membawa Malvin kerumah sakit, tentu saja Adam memilih rumah sakit swasta dan rumah sakit terbaik di kota mereka.
Pilihan pertama Najwa kali ini jatuh pada rumah sakit swasta nomer satu di kota mereka, dan berharap Malvin ada disana, hanya itu harapan Najwa untuk membebaskan sang Kakak, dari tuduhan.
Di rumah sakit Royal, Malvin baru saja siuman, setelah pertolongan pertama. Malvin, terkejut saat diri nya sudah berada di rumah sakit, disana sudah ada ibu Adam dan juga Melisa adik ipar Adam.
Adam terpaksa mengabari Keluarga istri nya karena bagaimana pun Malvin juga cucu kesayangan mereka.
"Sayang, kamu sudah bangun, syukur lah, Tante sangat takut, begitu tahu kamu diculik, Tante langsung panik, untung saja kamu tidak apa-apa" ujar Melisa dengan nada bicara yang di buat-buat selembut mungkin.
"Aku tidak di culik, siapa yang bilang aku di culik?" Malvin langsung berusaha untuk duduk.
"Bukan nya kamu diculik Malvin?" tanya Adam dengan suara serak nya, serta ekspresi wajah yang membingungkan.
"Tidak, Malvin tidak di culik Daddy, Malvin sengaja ikut dengan mobil Mommy Najwa, agar Malvin tahu dimana rumah nya, tapi di tengah perjalanan, penyakit Malvin kambuh, Malvin tidak sanggup berada terlalu lama di tempat pengap, dan akhirnya pingsan. Tapi, kenapa Malvin bisa disini Daddy ? dimana Mommy Najwa?" Malvin mencari sosok wanita itu, namun tidak ada sosok Najwa di dalam ruangan inap Malvin.
"Mommy Najwa? siapa Mommy Najwa Mas?" Melisa melirik Adam, karena ponakan nya terus menyebut wanita lain, sebagai Mommy nya, Melisa takut Adam sudah memilki pengganti Kakak nya.
"Tidak, Malvin hanya asal ngomong. Melisa, tolong kamu urus admistrasi Malvin ya, kalau dia sudah membaik, aku akan membawa dia pulang, dan merawat nya di rumah saja"
"Baik Mas" Melisa pun pergi mengurus admistrasi Malvin.
Di tempat parkir Melisa berpapasan dengan Najwa, yang baru saja tiba di rumah sakit.
Malvin terlihat tidak senang dengan kehadiran semua orang disana, karena rencana Malvin gagal untuk mengetahui alamat rumah Najwa.
"Ada apa dengan cucu Oma, kamu terlihat tidak senang?" Wanita tua ini mengusap kepala Malvin, Wanita ini adalah ibu Adam, Nyonya besar keluarga Xavier, Nyonya Melda, dia sangat menyayangi cucu nya.
"Heeemm" Malvin, menggelengkan kepala nya, dan kedua tangan dilipatkan di dada.
"Malvin, hati-hati dengan infus mu" seru Adam, yang melihat tingkah anaknya yang tidak bisa diam.
"Semua ini salah Daddy, kalau Daddy tidak membawa ku kemari, pasti Mommy Najwa yang akan membawa ku kesini, Daddy pasti telah membuat semua orang panik dan membuat kegaduhan di tempat Mommy Najwa. Benarkan Daddy? " tebak Malvin, yang menatap tajam ke arah Adam.
"Kalau kamu menunggu wanita itu membawa mu kesini, tempat mu enggak disini lagi, tapi sudah sama Tuhan" ketus Adam yang kesal,
"Adam !" Melda memelototi Adam, yang sembarangan berbicara.
Adam hanya bisa menggelengkan kepala nya saja saat mendengar tuduhan dari Malvin untuk dirinya, dan tatapan Melda membuat Adam jenuh.
"Siapa Mommy Najwa Adam? kenapa Mama baru mendengar nya?" tanya Melda.
"Itu guru baru di sekolah Malvin, wanita itu pasti sudah menghasut Malvin" tukas Adam.
"Mommy Najwa tidak begitu, dia orang baik, Daddy orang jahat, yang menuduh Mommy Najwa telah menculik Malvin, padahal itu Malvin sendiri yang mau ikut Mommy Najwa" pungkas Malvin, Adam pun baru mengingat jika saat ini Romi masih di kantor polisi.
"Ma, aku harus ke kantor polisi, ada urusan mendadak"
"Pergilah, aku akan menemani Malvin"
Adam pun pergi meninggalkan ruangan Malvin, dan ingin memberi keterangan di kantor Polisi agar Romi bisa di bebaskan.
Baru saja sekitar sepuluh menit Adam keluar dari ruangan Malvin, Najwa datang untuk bertemu dengan Adam dan Malvin.
"Assalamualaikum" ucap Najwa dengan sopan,
"Waalaikumsalam "jawab Melda, Malvin yang awal nya cemberut langsung berubah menjadi ceria begitu melihat Najwa datang untuk menemui nya.
"Mommy Najwa" teriak Malvin, saking bahagia nya, tapi panggilan itu, membuat Najwa terkejut, dan berhenti seketika, dari langkah nya.
"Biarkan aku turun"
"Jangan, kamu tetap disini Malvin, tangan mu masih di infus, jangan bergerak sembarangan" Melda kewalahan menjaga Malvin yang begitu nakal. Malvin terus memaksa untuk turun dan akhir nya, Najwa pun ikut menenangkan anak itu.
"Sayang, jangan bergerak sembarangan dulu ya, kamu 'kan masih sakit, berbaring dengan benar ya,agar cepat sembuh" ucapan Najwa begitu lembut, seketika Malvin langsung patuh dengan ucapan Najwa, sehingga membuat Melda lega, ternyata masih ada orang yang bisa bikin Malvin nurut dan patuh.
"Mommy disini saja ya, temani Malvin, Malvin sangat kesepian, Daddy tiap hari kerja, Oma sibuk di butik, Malvin setiap hari hanya bermain dengan Sus, Malvin kesepian" ungkap Malvin, yang langsung memeluk pinggang Najwa yang duduk di sisi ranjang Malvin.
Najwa terkejut, namun Najwa tidak bisa berbuat apa - apa, ia mengusap kepala Malvin dengan lembut, lalu menyuruh Malvin untuk tidur.
"Sekarang Malvin tidur dulu ya, biar cepat sembuh" Najwa menarik selimut dan menutupi tubuh Malvin, tentu saja perlakuan Najwa membuat Malvin senang.
"Mommy jangan pergi dulu, temani Malvin tidur"
"Iya.."
Najwa menepuk pelan punggung Malvin yang tidur menyamping, sembari memegang tangan Najwa, Melda yang melihat itu ikut senang dan bahagia.
Setelah sepuluh menit, Malvin sudah terlelap, dan Najwa tidak bisa melepas diri dari genggaman tangan Malvin.
"Maaf ya Nak, cucu saja membuat anda dalam masalah" ujar Melda, yang membantu Najwa melepaskan tangan Malvin.
"Tidak apa-apa kok Bu, malah saya senang bisa dekat dengan anak selucu Malvin ini" Najwa kembali tersenyum, meskipun tidak begitu terlihat karena tertutup dengan cadar, senyuman Najwa cukup tersirat lewat netra nya.
"Oh ya, Bu, kedatangan saya kesini, untuk...."
Drrt...Drrt...
Ponsel Najwa bergetar, dan itu panggilan dari kafe Kakak nya.
"Maaf Bu, saya angkat telepon dulu ya" Najwa sedikit menjauh dari Melda,
"Assalamualaikum"
[Waalaikumsalam. Najwa, kamu dimana? kakak sudah bebas, pelapor telah mencabut laporan nya, dan telah meminta maaf dengan kita]
"Alhamdulillah, kalau begitu Najwa akan pulang"
Setelah memutuskan panggilan itu, Najwa pun berpamitan dengan Melda, dan Melda sangat senang bisa berkenalan dengan Najwa, wanita lembut yang ia kenal setelah menantu nya.