Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Selesai penyuluhan oleh pihak kepolisian, Rei bergegas masuk kembali ke dalam kelas bersama Febi dan Irene yang menggandeng tangannya. Ketika berjalan di koridor, mereka berpapasan dengan Irma, setelah Rei, Febi dan Irene lewat, Irma berhenti dan menoleh ke belakang melihat Rei yang sedang berbincang dengan Febi yang berjalan di sebelahnya, sementara Irene menggandeng lengan Rei. Irma berbalik dan berjalan lagi sambil berpikir,
“Perasaan ku aja kali ya, mana mungkin ah,” ujar Irma dalam hati.
Dia kembali melangkah menuju keluar dari gedung sekolah dan menuju ke gerbang untuk kembali ke kantornya. Ketika sampai di depan gerbang, “din...din,” terdengar suara klason mobil di bunyikan, Irma menoleh melihat sebuah mobil sedan berhenti di sisi kanan sekolah, di dalamnya ada seorang pria paruh baya yang melambaikan tangan padanya. Dia berjalan mendekati mobil,
“Pah...eh Let, kok kesini ?” tanya Irma sambil membungkuk melihat ke dalam jendela yang terbuka.
“Ayo masuk, papa antar ke kantor kamu,” jawab Braga.
Irma masuk dan langsung duduk di kursi sebelah pengemudi, “klek,” Irma memasang safety beltnya namun Braga melihat wajah Irma yang terlihat kurang puas,
“Kenapa kamu ?” tanya Braga.
“Ya kesel aja pah...eh let,” jawab Irma.
“Udah panggil biasa aja, kita cuman berdua di dalam mobil ini, ada apa ?” tanya Braga.
“Masa aku sih yang di suruh memberi penyuluhan ama atasan, mentang mentang aku anak baru ya, harusnya aku kan di luar menyelidiki apa gitu,” jawab Irma bersungut sungut.
“Hahahaha wajar dong Ir, kan kamu masih baru, jadi belum ada kasus yang harus kamu tangani, lagipula bukankah enak bisa jalan jalan ke sekolah gini ?” tanya Braga.
“Ya iya sih, tapi ya tetep aja, memberi penyuluhan soal narkoba, seks bebas, tawuran dan judi online ke anak sma, rasanya kok aku kurang semangat ya, cape di mulut doang,” jawab Irma.
“Bagus kan itu, memberi penyuluhan pada generasi muda agar tidak salah melangkah dan menjadi tonggak bagi negara di masa depan, kamu berperan besar loh dengan memberi mereka penyuluhan,” ujar Braga.
“Memang sih, seneng juga melihat mereka antusias gitu (walau rasanya mereka hanya antusias melihat wajah ku doang) trus kalau papa gimana ? udah ada titik terang ?” tanya Irma.
“Yah makin kusut aja, baru saja anak pemilik rumah sakit itu di temukan, eh kemarin Johan terima laporan dari luar kota, di temukan lagi satu korban di dalam rumah kontrakan, yang menemukan asisten rumah tangganya, baru saja dia keluar kamar habis di bersihkan, lalu kembali lagi karena ada yang ketinggalan di dalam, begitu kamar di buka udah ada mayat di dalam, gimana coba caranya tau tau mayat bisa muncul begitu,” jawab Braga.
“Waduh gaib juga ya, siapa kali ini korban nya ?” tanya Irma.
“Manager perusahaan gede di industri infotainment dan menurut tim forensik, dia baru meninggal beberapa jam saja, Johan menyelidiki kalau korban ada di kantornya dan bilang hanya keluar sebentar tapi tidak kembali lagi, bagaimana dia di bunuh dan kenapa mayat nya bisa ada di rumah kontrakan di kota itu, kita tidak tahu sebab perjalanan menempuh ke kota itu saja bisa satu harian, benar benar kasus yang mustahil,” jawab Braga.
“Korban punya banyak report juga ?” tanya Irma.
“Tentu saja, banyak banget malah, korban memang orang kacau juga, selain itu banyak juga yang dendam pada nya menurut para karyawan di kantro itu, yah makanya aku juga setengah hati mau menangani nya,” jawab Braga.
“Tapi belakangan ini banyak banget ya kasus pembunuhan misterius gitu, memang ga ada petunjuk sama sekali apa ?” tanya Irma.
“Ada dua, pertama pelaku sudah jelas profesional dan ahli bedah, kemungkinan dokter muda atau mahasiswa kedokteran karena ketika di selidiki peredaran organ di pasar gelap, penelpon yang menjual organ pada mereka suara nya masih muda. Kedua adalah aplikasi misterius yang menjadi urban legend di kota ini, entah kenapa penggunanya juga kebanyakan meninggal dan memiliki dendam dengan salah satu korban,” jawab Braga.
“Begitu ya, berarti ga mungkin anak sma ya,” ujar Irma.
“Hah kamu ini bicara apa ? tidak mungkin lah, mana mungkin anak sma bisa menggunakan pisau bedah dan menjahitnya kembali dengan rapi seperti itu, lagipula ada satu lagi masalah, semua mayat korban dalam keadaan kering seperti mumi, aku malah sempat berpikir pelakunya bukan manusia,” balas Braga.
“Hehe mungkin hanya perasaan ku saja,” balas Irma.
“Coba cerita, biasanya intuisi mu bagus kan ?” tanya Braga.
“Ah tidak, pah. Tadi aku hanya berpapasan dengan seorang siswa tampan yang di apit dua siswi cantik saja hahaha,” jawab Irma.
“Oh itu sih namanya kamu pengen punya pacar kali, makanya coba deh cari pacar trus menikah, papa pengen cepet punya cucu juga kan,” ujar Braga.
“Ih kok malah bahas ke sana sih pah, aku mau kerja dulu, baru juga 20 tahun, payah papa,” ujar Irma bersungut sungut.
“Hahaha bercanda, yuk deh, nanti kamu malah terlambat lagi, aku juga harus ke tempat lain,” ujar Braga.
“Iya pah,” balas Irma.
Mobil pun berjalan, Irma melihat ke luar jendela melewati sekolah yang baru saja di kunjungi nya sambil berpikir dengan wajah serius,
“Mungkin hanya perasaan ku aja kali ya, mereka memang terlihat biasa saja dan aku malah seneng lihat wajah yang pria karena ganteng, tapi begitu aku melewati mereka tadi, mendadak aku merasa tubuh ku menjadi dingin mencekam dan terasa seperti ada pisau tajam mengarah pada ku, biasanya sih intuisi ku ga pernah salah tapi papa benar juga, tidak mungkin anak sma menjadi pembunuh apalagi pembunuh misterius yang membuat polisi kelabakan,” ujar Irma dalam hati.
******
Sementara itu, di dalam kelas, Rei menatap keluar jendela, tiba tiba Febi menyikutnya, ketika Rei menoleh dia melihat wajah Febi cemberut.
“Kamu naksir polwa tadi ya,” ujar Febi.
“Hah enggak kok, kok kamu bisa mikir kayak gitu sih ?” tanya Rei.
“Abisnya, begitu berpapasan kamu langsung diem seribu bahasa,” jawab Febi.
“Ah itu sih bukan karena si polwan tadi,” balas Rei.
“Beneran ?” tanya Febi.
“Bener kok, tenang aja ya, dah madep depan,” jawab Rei.
“Kamu juga,” balas Febi.
“Iya iya,” balas Rei.
Setelah keduanya menghadap depan dan menyimak penjelasan dari guru, Rei merenung dan berbicara di kepalanya,
“Oi SS, polwan tadi kayaknya curiga ama kita ya ?” tanya Rei.
[Ya, intuisinya tajam, kita harus hati hati mulai sekarang.]
“Sip, gue ngerti,” balas Rei.
[Tapi tenang aja, polwan tadi ga berbahaya, malah bisa berpihak pada kita.]
“Serius lo ?” tanya Rei.
[Yup, lihat aja nanti hohoho.]
mampir juga ya kak di cerita akuu