NovelToon NovelToon
Sihir Brengsek

Sihir Brengsek

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Fantasi Isekai
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Arifu

Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.

Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!

Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cahaya dalam Kegelapan

Perang belum usai. Dalam gedung Akademi yang megah, suara dentuman, ledakan sihir, dan teriakan terus bergema. Para guru berjuang mati-matian melindungi Shin, yang masih terbaring tak sadarkan diri di ruang penyembuhan. Miss Belina dan Sir Gareth memimpin pertahanan di gerbang utama, sementara Kepala Sekolah dan Magister Thalron bertempur melawan Vorgar dan Seraphine di halaman.

Di Ruang Penyembuhan

Leo duduk di sudut ruangan, wajahnya dipenuhi kecemasan. Napasnya berat, tetapi tatapannya tetap terpaku pada tubuh Shin yang terbaring dengan luka-luka mengerikan di seluruh tubuhnya. Penyihir Penyembuh, Elder Kael, berdiri di dekat ranjang, tangannya memancarkan cahaya hijau lembut yang mencoba menstabilkan kondisi Shin.

"Bagaimana keadaannya, Elder?" tanya Leo dengan nada sopan, meski ada kegelisahan yang nyata dalam suaranya.

Elder Kael menggelengkan kepala perlahan. "Kondisinya sangat parah. Saya telah menutup sebagian besar lukanya, tetapi tubuhnya... hancur di dalam. Energi sihirnya juga tidak stabil. Ini seperti mengobati tubuh yang tidak ingin disembuhkan."

Leo mengepalkan tangannya. "Apakah ada kemungkinan ia akan sadar lebih cepat? Kita tidak bisa terus seperti ini."

Kael memandang Leo dengan tatapan berat. "Bahkan jika dia sadar, kondisinya tidak akan memungkinkan dia bertarung. Tubuhnya telah melampaui batas. Kita hanya bisa berharap waktu akan menyembuhkannya."

Leo menundukkan kepala, mencoba menahan rasa putus asanya. "Shin... mengapa kau harus menghadapi semua ini sendirian?"

Di Halaman Akademi

Di luar, pertempuran semakin memanas. Kepala Sekolah berdiri di tengah lapangan, tongkat sihirnya bersinar terang. Dia melawan Vorgar dengan sihir yang penuh presisi dan kekuatan.

"Kalian tidak akan menyentuh Shin!" serunya sambil melemparkan bola energi besar ke arah penyihir kegelapan itu.

Vorgar tertawa dingin, mengangkat tangannya untuk menahan serangan itu dengan penghalang gelap. "Kalian hanya membuang waktu, Kepala Sekolah. Kami sudah melihat potensinya. Shin adalah senjata yang tidak bisa kalian kendalikan. Lebih baik serahkan dia pada kami."

Kepala Sekolah mengerutkan dahi. "Shin bukan alat untuk ambisi kotor kalian!"

Di sisi lain, Seraphine melawan Magister Thalron. Pertempuran mereka adalah duel antara kekuatan kegelapan dan sihir elemen. Thalron melemparkan badai es yang menusuk, tetapi Seraphine mengubahnya menjadi serpihan hitam yang menyebar ke seluruh lapangan.

"Kekuatanmu mengesankan, Thalron," ujar Seraphine dengan senyum sinis. "Tapi aku tidak di sini untuk bermain."

Thalron tidak menjawab, hanya menggertakkan gigi. Dia memusatkan energi ke telapak tangannya, menciptakan petir besar yang menghantam tanah, memecahkan sebagian medan pertempuran.

Di Gerbang Akademi

Miss Belina berdiri di depan gerbang utama, membentuk perisai besar dari sihir pelindung yang menghalangi pasukan kecil Penyihir Terlarang lainnya. Di sebelahnya, Sir Gareth mengayunkan pedangnya, menangkis serangan yang datang dari berbagai arah.

"Gareth, kita tidak bisa bertahan terlalu lama!" seru Belina, mencoba mempertahankan penghalangnya.

"Aku tahu," jawab Gareth, mengayunkan pedangnya dengan presisi untuk menebas salah satu penyihir musuh. "Tapi kita tidak punya pilihan selain bertahan sampai bala bantuan tiba!"

Belina menarik napas dalam-dalam, lalu memperkuat perisainya dengan energi tambahan. "Jika mereka menembus gerbang ini, kita selesai."

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi," ujar Gareth tegas, tatapannya tajam.

Sementara itu, para Penyihir Terlarang di bawah komando Korath terus mencoba menerobos. Korath sendiri adalah ancaman besar, dengan kecepatannya yang luar biasa dan serangan sihir gelap yang mematikan.

"Ayo, para guru kecil!" seru Korath sambil melontarkan bola energi hitam ke arah mereka. "Kalian tidak akan bisa bertahan selamanya!"

Namun, Gareth berhasil menangkis serangan itu dengan pedangnya, meskipun dampaknya mendorongnya beberapa langkah ke belakang. "Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Akademi ini!"

Saat pertempuran mencapai puncaknya, sebuah suara rendah dan tenang menggema di tengah medan perang.

"Berhenti."

Semua mata beralih ke arah suara itu. Dari bayangan, seorang pria muncul. Pakaiannya hitam, dan auranya memancarkan kekuatan yang luar biasa. Dia adalah Arvin.

Kepala Sekolah menatapnya dengan kaget. "Arvin? Apa yang kau lakukan di sini?"

Arvin tidak menjawab. Dia melangkah maju, langsung menuju ke arah Vorgar dan Seraphine. Kedua penyihir kegelapan itu berhenti sejenak, tampak waspada.

"Arvin," kata Vorgar, matanya menyipit. "Aku tidak menyangka kau akan muncul."

Arvin memandang mereka dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Kalian tidak akan mendapatkan Shin. Pergilah sebelum aku mengubah pikiran."

Seraphine tertawa kecil. "Kau pikir kau bisa menghentikan kami sendirian? Jangan sombong, Arvin."

Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Arvin mengangkat tangannya. Sebuah gelombang energi yang sangat kuat meledak, memaksa semua orang di medan perang untuk mundur. Bahkan Vorgar dan Seraphine tampak terkejut oleh kekuatannya.

"Aku tidak bermain-main," ujar Arvin dengan tenang. "Pergilah. Ini adalah peringatan terakhir."

Vorgar menatap Arvin dengan mata penuh kebencian. Namun, setelah beberapa detik, dia memberi isyarat kepada Seraphine dan Korath. "Kita akan mundur... untuk sekarang."

Dengan enggan, para Penyihir Terlarang mundur, menghilang ke dalam bayangan malam.

Setelah Pertempuran

Medan pertempuran menjadi sunyi. Guru-guru yang terluka saling membantu berdiri, sementara Kepala Sekolah menghampiri Arvin.

"Kenapa kau membantu kami?" tanya Kepala Sekolah.

Arvin menatapnya dengan dingin. "Shin adalah kunci. Tapi bukan untuk mereka. Aku memiliki alasanku sendiri untuk melindunginya."

Sebelum Kepala Sekolah bisa bertanya lebih jauh, Arvin menghilang dalam sekejap, meninggalkan mereka dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

1
Ajeng Sripungga
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!