NovelToon NovelToon
Payungmu Di Hujan Terakhir

Payungmu Di Hujan Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Aolia

Nuka, siswa ceria yang selalu memperhatikan Aile, gadis pendiam yang mencintai hujan. Setiap kali hujan turun, Nuka menawarkan payungnya, berharap bisa melindungi Aile dari dinginnya rintik air. Suatu hari, di bawah payung itu, Aile akhirnya berbagi kenangan masa lalunya yang penuh luka, dan hujan pun menjadi awal kedekatan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Aolia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di balik prestasi

Pagi itu, seperti biasa, Nuka tiba di sekolah dengan pikiran yang berputar-putar. Percakapannya dengan Aile beberapa hari terakhir masih terngiang-ngiang. Ada banyak hal yang Aile sembunyikan, itu jelas terlihat dari caranya berbicara—singkat, tak pernah masuk ke detail. Gadis itu selalu tampak fokus pada sesuatu yang jauh di dalam pikirannya, seolah melindungi bagian dari dirinya yang tidak ingin diketahui orang lain. Namun, Nuka sudah bisa membaca sedikit dari bahasa tubuh dan ekspresi Aile. Ada sesuatu yang mengganjal, meski ia tak tahu apa.

Saat bel berbunyi tanda dimulainya kelas, Nuka memperhatikan Aile dari tempat duduknya. Aile duduk di pojok ruangan seperti biasanya, wajahnya terlihat tenang saat pelajaran matematika dimulai. Tak lama setelah soal dibagikan, Aile mulai mengerjakannya dengan cepat dan tepat. Dia selalu begitu—selesai jauh sebelum yang lain, tanpa perlu ragu atau bertanya. Gurunya bahkan pernah berkata, "Aile, kamu ini jenius matematika." Namun, setiap kali dipuji, Aile hanya tersenyum tipis, tak pernah benar-benar menanggapi dengan rasa bangga.

Ketika jam pelajaran berakhir, Nuka berusaha mendekati Aile. Ia tahu bahwa Aile bukan orang yang suka berbicara banyak, apalagi soal dirinya sendiri. Namun, Nuka sudah mulai merasa nyaman di sekitarnya, dan ia ingin mengenal Aile lebih dalam, meski itu butuh waktu lama.

Saat istirahat tiba, Nuka melihat Aile duduk sendirian di dekat jendela, seperti biasa, memperhatikan halaman sekolah yang kini tidak lagi diguyur hujan. Nuka mendekatinya dengan pelan, tak ingin mengusik ketenangan Aile yang tampak begitu dalam.

"Hai," sapa Nuka sambil tersenyum. "Lagi-lagi udah selesai duluan soal matematikanya, ya? Kamu hebat banget."

Aile mengangguk sedikit, tapi tidak menatap Nuka. "Aku cuma ngerjain soal. Biasa aja," jawabnya singkat.

Nuka tahu Aile tidak suka berbicara panjang lebar soal prestasinya. Ada sesuatu yang membuat Aile tidak nyaman dengan pujian. Tapi kali ini, Nuka ingin mendorong percakapan sedikit lebih jauh.

"Kenapa kamu nggak pernah kelihatan senang waktu dapet nilai bagus atau pujian dari guru?" tanya Nuka dengan nada penasaran. "Kalau aku di posisi kamu, mungkin aku udah ngerasa bangga banget."

Aile menghela napas pelan, masih menatap ke luar jendela. "Nggak ada yang pentingin nilai-nilai itu," jawabnya datar.

Nuka terdiam sejenak, merasa ada sesuatu yang tersirat di balik kata-kata Aile. Namun, Aile tidak melanjutkan. Ia hanya mengakhiri kalimatnya dengan kesunyian yang terasa berat. Nuka merasa ini bukan saat yang tepat untuk mendorong lebih jauh.

Saat itu, Nuka teringat betapa sedikitnya ia tahu tentang keluarga Aile. Meski beberapa kali bertemu, Nuka tak pernah melihat atau mendengar Aile berbicara tentang orang tuanya. Sekilas, Aile tampak seperti seseorang yang menjalani semuanya sendirian.

---

Beberapa hari kemudian, Nuka sedang duduk di perpustakaan, menyelesaikan tugas. Di seberang ruangan, Aile tampak tenggelam dalam buku-buku referensi, seperti biasanya. Namun, kali ini, Nuka memperhatikan ada perubahan kecil pada Aile. Wajahnya tampak sedikit lebih lelah, dan matanya sedikit lebih gelap dari biasanya. Ada sesuatu yang terjadi, Nuka yakin akan hal itu, meskipun Aile tak pernah bicara tentangnya.

Di sela-sela kesibukannya, Nuka mendengar dua orang guru yang sedang berbicara di dekatnya. "Anak itu, Aile, memang cerdas sekali. Sayang sekali dia sepertinya tidak mendapat dukungan yang layak di rumah," kata salah satu guru.

"Ya, aku dengar orang tuanya jarang datang ke acara sekolah atau pertemuan wali murid. Sepertinya mereka lebih fokus pada urusan pribadi mereka daripada anaknya," jawab guru yang lain.

Nuka terkejut mendengar percakapan itu. Dia tahu Aile jarang membicarakan keluarganya, tapi mendengar langsung dari para guru bahwa orang tua Aile tidak mendukungnya, membuat Nuka semakin memahami kesepian yang mungkin dirasakan Aile.

---

Hari itu, saat pulang sekolah, Nuka memutuskan untuk mengikuti langkah Aile dari kejauhan, hanya untuk mengetahui sedikit lebih banyak tentang kehidupannya. Aile berjalan sendirian, tanpa pernah menoleh ke belakang. Ketika mereka mencapai sebuah gang yang tidak jauh dari sekolah, Nuka berhenti. Di sana, Aile memasuki sebuah rumah sederhana. Dari luar, rumah itu tampak tenang, tapi Nuka bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Tanpa sengaja, Nuka melihat bayangan dua orang di dalam rumah. Seorang wanita, yang sepertinya adalah ibu Aile, terlihat sedang berbicara dengan suara tinggi kepada seseorang yang tampak seperti ayahnya. Meski tidak bisa mendengar detail percakapan mereka, Nuka bisa merasakan ketegangan di udara. Mereka terlihat bertengkar—sesuatu yang sudah biasa bagi Aile, mungkin.

Nuka menunduk dan beranjak pergi, tak ingin terlalu jauh mencampuri kehidupan pribadi Aile. Namun, kejadian itu memberi Nuka sedikit gambaran tentang apa yang mungkin dialami Aile di rumah. Mungkin inilah alasan mengapa Aile selalu tampak tertutup dan tidak pernah membicarakan keluarganya. Mungkin di balik prestasinya yang luar biasa, ada tekanan besar yang Aile tanggung sendirian.

---

Hari-hari berikutnya, Nuka mulai memperhatikan lebih banyak tanda-tanda tentang kehidupan Aile yang tidak terlihat. Gadis itu selalu datang ke sekolah lebih awal dan pulang lebih cepat dari kebanyakan siswa lain, seolah ingin menghindari sesuatu. Nuka juga memperhatikan bahwa setiap kali ada acara sekolah yang melibatkan orang tua, Aile selalu berada di sudut, sendirian, tanpa siapa pun yang datang untuk mendukungnya.

Suatu sore, saat hujan kembali turun dengan deras, Nuka dan Aile duduk bersama di bawah payung di halaman sekolah, seperti biasa. Kali ini, Nuka tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya lebih dalam.

"Aile," kata Nuka dengan hati-hati, "kamu nggak pernah cerita tentang keluargamu. Apakah mereka nggak pernah datang ke acara sekolah?"

Aile mengerutkan kening, terlihat sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan itu. "Mereka sibuk," jawabnya pendek.

Nuka tahu bahwa Aile menahan banyak hal dalam dirinya, tapi ia tak ingin memaksa. "Aku cuma ingin kamu tahu, kalau kapanpun kamu butuh cerita, aku di sini. Kamu nggak harus sendirian."

Aile menatap Nuka sejenak, matanya menunjukkan sedikit kehangatan meski bibirnya tetap diam. Hujan yang turun di sekitar mereka membuat suasana semakin tenang, dan meski percakapan mereka tidak berlanjut, Nuka merasa bahwa kehadirannya setidaknya memberikan sedikit rasa aman bagi Aile.

Meskipun Aile belum membuka diri sepenuhnya, Nuka tahu bahwa ia telah menjadi bagian dari dunia Aile—meskipun hanya sedikit. Dan itu sudah cukup baginya untuk terus berada di sisi Aile, menunggu saat di mana gadis itu akhirnya merasa siap untuk membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupnya yang selama ini tersembunyi di balik prestasi dan keheningan.

1
Shion Fujino
Karya bagus yang tak bisa dilewatkan, love it!
cøøkie
Baper abis!
_senpai_kim
Penulisnya jenius!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!