NovelToon NovelToon
Jodoh Untuk Kakak

Jodoh Untuk Kakak

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: veraya

Ketika adik-adiknya sudah memiliki jodoh masing-masing, Ara masih diam tanpa progres. Beberapa calon sudah di depan mata, namun Ara masih trauma dengan masa lalu. Kehadiran beberapa orang dalam hidupnya membuat Ara harus memilih. Teman lama atau teman baru? Adik-adik dan keluarganya atau jalan yang dia pilih sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13 : Hujan dalam kekeringan

     Saka kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Antara senang dia bisa melihat tawa Ara dan cemas karena Ara telah melihat kelemahannya. Saka khawatir pandangan Ara akan berubah tentang dirinya.

     Saka merebahkan badannya ke sofa sambil memandang foto dalam pigura. Potret keluarganya terpampang indah di dinding rumahnya, namun dalam hati, Saka tidak merasa sebahagia senyum dalam potret.

     Saka mengambil kunci mobil lalu melajukan mobilnya menuju rumah ibunya. Jalanan sudah gelap ketika bayang-bayang rembulan mengiringi kepergian Saka.

     Meskipun langkah kaki Saka terasa berat, namun rasa rindu tidak bisa ditahan lagi, dia ingin mendapatkan pelukan hangat dari ibunya.

     Memasuki rumah masa kecilnya itu selalu membuat dada Saka serasa terhimpit dua dinding yang perlahan merangsek dan menghancurkan ketegarannya.

     Pintu depan terlihat terbuka ketika Saka turun dari mobil. Tidak berapa lama, ibunya muncul sambil membawakan handuk. Saka bahkan tidak sadar gerimis telah membasahi kemeja dan rambutnya.

     "Saka, sini cepat. Jangan hujan-hujanan, nanti masuk angin."

     Saka berlari kecil sambil tersenyum melihat kehadiran ibunya. Dia berjongkok di depan kursi roda ibunya.

     "Ibu sehat?"

     "Sehat." kata ibu Saka sambil mengusapkan handuk ke kepala Saka.

     Saka memeluk ibunya dengan khidmat. Hangat. Hangatnya sampai ke dalam hati. Saka merasa keinginannya telah separuh terkabul.

     "Nyonya Liana Amalia, kenapa Anda tidak terlihat tua sama sekali? Saya jadi khawatir kalau ingin mengajak Anda jalan-jalan, nanti saya dikira kakek Anda."

     "Bercandamu kelewatan, Anakku. Bagaimana bisa ibu tidak terlihat tua? Keriput di ujung mata ibu sudah jelas kelihatan begini."

     Saka tertawa kecil.

     "Masuk dulu, di sini dingin."

     Saka mengangguk kecil lalu mendorong kursi roda ibunya masuk ke dalam rumah. Setelah menutup pintu, Saka duduk di sofa sebelah kursi roda ibunya.

     Liana mengambil handuk kecil yang masih tersampir di kepala Saka.

     "Kamu ni kapan mau punya istri? Biar ada yang urus kamu. Handuk aja masih sering lupa kamu taruh di tempat jemuran. Ibu nggak bisa selalu ada di sisi kamu, Saka. Ibu nggak tau umur..."

     "Ibu akan panjang umur. Saka akan usahakan semua terapi bisa ibu jalani sampai ibu sembuh."

     "Kaki ibu ini bukan masalah besar, ibu sudah tua, buat apa diobatin terus. Obatilah hati ibu, barangkali dengan menimang cucu, ibu bisa langsung sehat. Ya?"

     "Jalan-jalan besok? Gimana? Mungkin hati ibu bisa diobati dengan makan pempek." canda Saka.

     Liana tersenyum kecil melihat putra sulungnya ingin membujuknya menghentikan obrolan tentang istri dengan pempek.

     "Ibu sebenarnya tidak ingin maksa kamu, tapi ibu pengen liat kamu nikah sebelum ibu habis umur."

     Saka menggenggam tangan Liana dengan erat.

     "Ibu akan sehat, ibu akan baik-baik saja. Aku sama Devin pasti jagain ibu. Kalau ibu mau pindah dari rumah ini."

     Liana menggeleng pelan.

     Saka tahu ibunya akan bertahan di rumah ini meskipun ada guncangan bom nuklir sekalipun. Bertahun-tahun Saka berusaha membujuk ibunya untuk tinggal bersamanya namun ibunya tidak ingin meninggalkan ayahnya.

     Cinta ibunya adalah cinta sepanjang masa, cinta paling setia yang pernah Saka lihat. Keteguhan hati ibunya tidak mampu diruntuhkan oleh anak-anaknya sekalipun.

     Saka selalu ingin bertanya kenapa tapi itu adalah usaha yang sia-sia. Ibunya hanya akan menjawab, 'Ibu mencintai ayah kamu'.

     Deru mobil dari luar pagar membuat hati Saka berdesir. Hatinya yang tadinya nyaman berada di sisi ibunya seketika menjadi waspada.

    "Ibu siapkan kopi dulu untuk ayahmu."

     Liana sudah hafal dengan kebiasaan suaminya, dia selalu ingin dilayani oleh istrinya sendiri daripada asisten rumah tangga.

     "Saka bantu."

     Saka beranjak dari sofa dan ingin mendorong kursi roda ibunya namun Liana menolaknya.

     "Kamu di sini saja, ngobrol sama ayahmu. Kasih handuk untuknya."

     Liana sigap memutar kendali kursi rodanya lalu menuju dapur.

     Saka sangat tidak ingin membalikkan badan untuk melihat ayahnya. Momen inilah yang sebenarnya tidak ingin Saka hadapi. Sebisa mungkin dia ingin menghindar dari momen kontak langsung dengan ayahnya.

     Biasanya ayah Saka pulang larut malam, namun kali ini dia pulang lebih awal.

     Ayah Saka, Himawan Bagaskara, mengusap-usap rambutnya sambil mengeluh.

     "Musim kering kok tiba-tiba hujan."

     Himawan terkejut ketika Saka mengulurkan handuk padanya. Dia menerimanya dengan tatapan jengah.

     "Kapan datang? Masih ingat pulang ternyata..."

     Himawan mengelap rambutnya sambil duduk di sofa. Kemeja hitamnya basah dan wajahnya terlihat lelah.

     Liana meletakkan kopi di meja dengan dibantu Saka. Dua cangkir tersaji di meja. Liana membantu melepaskan kemeja Himawan dengan senyum yang sama ketika dia menatap Saka. Dua orang ayah-anak ini kebiasaannya sama. Pikiran ke mana-mana, lupa dengan diri sendiri.

     "Sehat, Yah?"

     "Sehat. Cuma sering pegel di punggung sama sakit kepala akhir-akhir ini. Sudah tua. Mau gimana lagi."

     Ada rasa canggung di benak Saka. Dia tidak pernah punya banyak bahan obrolan dengan ayahnya. Hatinya selalu kehabisan kesabaran untuk menipiskan jarak di antara mereka berdua.

     Sejak kejadian kecelakaan yang membuat kaki ibunya lumpuh, Saka menjadi pribadi yang tertutup. Dia melihat sendiri ibunya terjatuh dari tangga karena pertengkaran dirinya dan ayahnya.

     Sejak saat itu, Saka menyimpan kebencian, terhadap ayahnya dan dirinya sendiri.

     Meskipun ibunya berulang kali mencoba meyakinkan Saka bahwa itu bukan salahnya dan murni kecelakaan, Saka masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri.

     Apalagi memaafkan ayahnya.

     "Devin tidak ikut?"

     "Saka nggak ngabarin dia pas mau ke sini."

     "Kamu sudah jadi bos besar sekarang. Sementara Ayah di sini masih kelimpungan nyari penerus."

     "Jabatan Ayah bisa diterusin?"

     "Bisa, asalkan Ayah bilang yak, yak jadilah."

     Saka tersenyum kecut. Meskipun ingin mendebat ayahnya habis-habisan, dia lebih memilih diam. Saka hanya ingin bertemu dengan ibunya, tidak ingin tercemar dengan omongan ayahnya.

     "Ibu masak apa?"

     "Pepes ikan. Mau?"

     "Mau."

     Saka meninggalkan ayah dan ibunya menuju ke dapur demi mengalihkan diri dari tema membosankan dari ayahnya.

     Himawan mendengus kesal.

     "Lihatlah anakmu itu. Semakin tidak punya sopan santun sama orang tua. Dulu aku didik segala rupa, jadinya malah begini."

     Himawan menggeleng-geleng kesal.

     "Sudahlah." kata Liana.

     "Kalau Ayah kecewa, Ayah bisa pensiun. Saka yang akan urus semua kebutuhan Ayah dan Ibu. Dengan begitu, Ayah nggak akan menyesal sudah mengeluarkan biaya pendidikan Saka."

     Saka memulai pertempuran karena hatinya selalu sakit jika Ayahnya mengungkit-ungkit jasa dan pengorbanannya untuk Saka.

     Himawan tertawa samar.

     "Posisi yang sudah Ayah pertahankan selama ini dengan keringat dan darah tidak akan Ayah lepaskan begitu saja hanya karena kamu berkata bisa menopang kehidupan Ayah."

     "Tidak perlu sekeras itu pada diri sendiri, Yah. Apalagi sama anak sendiri. Sudah cukup bertahun-tahun yang lalu."

     Saka menaruh pepes ikan di piringnya lalu mencuilnya sedikit.

     "Ayah perlu menghilangkan duri dalam daging sebelum memakannya. Jika duri itu masih ada, kita tidak bisa menikmati makanan ini bersama-sama."

     "Apa maksud kamu?"

     Himawan terlihat kesal dan terpantik amarahnya.

     "Apa Ayah mendidik anak itu sekeras Saka juga?"

     "Anak siapa?!"

     "Saka..."

     Liana tampak ingin menghentikan arah pembicaraan ini. Dia menggeleng keras pada Saka.

     Saka tersenyum.

     "Saka kira dengan datang ke sini bisa merubah cara pandang Ayah terhadap Saka, tapi ternyata tidak ada yang terkesan."

     Saka berhenti mengunyah lalu pamit pada Liana.

     "Saka pamit pulang, Bu. Jaga kesehatan. Ayah juga."

     Mata Liana terlihat berkaca-kaca, dia mengelus kepala Saka berkali-kali seolah tidak ingin dia pergi. Anak sulungnya itu telah melewati banyak hal berat. Dia merasa tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi Saka. Namun di sisi lain, Himawan juga masih membutuhkannya.

     Liana tidak bisa pergi dari keduanya namun nyatanya dia tetap tidak bisa mempertahankan keduanya berada di sisinya.

     Saka menyetir mobil dengan kecepatan penuh di tengah hujan. Kepalanya berdenyut dan dadanya mulai bergemuruh. Telinganya seperti mendengar denting yang bertalu-talu.

     Saka mendadak mengerem ketika hampir saja menabrak motor di depannya. Dia memutuskan untuk menepi.

     Bernafas dengan dada terhimpit bukan perkara mudah untuk Saka. Dia mencoba mengendalikan dirinya karena dia dalam posisi berkendara. Mengemudi dengan mata yang berembun sama saja bunuh diri.

     Tarik nafas panjang, keluarkan perlahan, tenang... Kalimat-kalimat itu yang Saka ingat dari mulut Ara. Kenapa malah Ara yang muncul di dalam pikirannya?

     Lagi-lagi Ara hadir berdampingan dengan kehangatan ibunya dalam hati Saka. Bagaikan hujan yang tiba-tiba datang dalam kekeringan.

     Rintik demi rintik kecil berkumpul menjadi aliran air yang perlahan menjalari setiap sendi kehidupan.

1
Sumringah Jelita
paket komplit
veraya: terima kasih atas apresiasinya 🥰🥰 🥰
total 1 replies
ian gomes
Keren abis, thor! Jangan berhenti menulis, ya!
veraya: Terima kasih supportnya, smangat lanjut 🥰🥰
total 1 replies
Shion Fujino
Lanjutkan ceritanya, jangan sampai aku ketinggalan!
veraya: Terima kasih dukungannya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!