Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan Besar Nightshade.
Aku sudah sampai di depan ruangan Tuan Besar keluarga Nightshade, ayahku sendiri. "Kau bisa pergi," kataku sambil mengangkat tangan dengan sikap otoriter kepada pelayan wanita yang telah memanduku sepanjang lorong. Suaraku tegas, namun penuh kehati-hatian.
Pelayan wanita itu membungkuk dengan hormat, tanpa berani menatap mataku, dan segera beranjak pergi.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan jantungku yang berdegup cepat. Dengan perlahan, aku membuka pintu. Suara gesekan engsel pintu yang kasar terdengar nyaring di keheningan ruangan, seperti suara peringatan yang membuat hatiku semakin ragu dan gelisah.
Tuan Besar Nightshade, Ayahku, adalah sosok yang misterius. Dalam novel, sosoknya jarang dijelaskan secara rinci, hanya disebut sebagai 'Pembunuh Terbaik Sepanjang Masa.' Reputasinya saja sudah cukup untuk membuat siapa pun gemetar. Aku melangkah masuk dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara yang tidak perlu, lalu menutup pintu perlahan. Suara derit pintu mengunci ruangan seakan memenjarakan diriku di dalam, bersama sosok mengerikan ini.
Di depanku, duduklah pria berusia awal 40-an dengan tubuh kekar yang luar biasa. Dia tengah duduk di kursi kerjanya yang besar, dikelilingi tumpukan dokumen yang terorganisir dengan rapi. Kepalanya menunduk, fokus pada tumpukan kertas di tangannya. Cahaya dari lampu di meja kerjanya memancarkan bayangan tegas di wajahnya yang ditumbuhi brewok lebat, membuat kesan dingin dan tanpa emosi semakin jelas.
Kemiripan antara kami tak bisa disangkal. Rambut hitam pekat yang sama, mata merah darah yang dingin dan penuh perhitungan. Wajah kami seolah bayangan cermin yang tak terhindarkan—warisan Nightshade yang mengalir dalam darah kami berdua.
"Tuan, apakah Anda memanggil saya?" Aku berbicara dengan nada hormat, berdiri tegak tanpa berani duduk. Menyebutnya "Ayah" terasa tidak pantas. Dalam keluarga Nightshade, kekuatan adalah segalanya; darah keturunan hanyalah formalitas. Hanya mereka yang kuat yang layak dihormati.
Tuan Besar Nightshade, Ayahku, mengangkat kepalanya perlahan dari kertas yang dia pelajari, dan menatapku dengan tajam. Matanya yang merah itu menusuk seperti belati, membuat setiap inci tubuhku terasa seperti ditelanjangi dan dianalisis.
Seketika, aura yang mengerikan menyelimuti tubuhnya. Rasanya seperti ditimpa gunung yang tak terlihat. Nafasku terasa tercekik, keringat dingin mulai mengalir deras di punggungku. Kakiku gemetar di bawah tekanan yang luar biasa, namun aku tetap berdiri tegak. Aku tahu, jika aku jatuh atau menunjukkan tanda kelemahan, aku akan dianggap kalah. Di keluarga ini, tunduk sama dengan mati.
'Jangan pernah tunduk pada siapa pun, bahkan jika itu berarti kau harus mati.'
"Oh," Ayahku bersuara pelan, terdengar seperti ada sedikit ketertarikan. Dalam sekejap, aura mengerikan itu hilang, seperti bayangan yang disapu cahaya. Aku bisa bernapas sedikit lebih lega, meskipun tubuhku masih terasa tegang. "Duduklah, aku akan segera selesai," katanya, suaranya berat, dipenuhi pengalaman seorang veteran yang telah menghadapi kematian berkali-kali. Tanpa menunggu tanggapanku, dia kembali fokus pada tumpukan kertas di hadapannya.
Aku mengikuti perintahnya dengan patuh, duduk di sofa di hadapannya. Setiap gerakanku terasa kaku, hasil dari ketegangan yang masih menahan tubuhku. Menghadapinya secara langsung jauh lebih menakutkan daripada yang pernah aku bayangkan dari novel. Aura dan wibawa yang dia pancarkan terasa begitu nyata, begitu mengerikan.
Kenapa sosok seperti ini tidak muncul ketika konflik memanas dalam cerita? Seolah-olah sang penulis takut bahwa jika dia muncul, peran karakter utama akan tersingkirkan. Dalam novel aslinya, dia hanya dikenalkan sebagai Ayah Ronan, dan setelah itu seolah dilupakan begitu saja.
Jika aku bisa menjadikannya, ayahku sendiri, sebagai kekuatan yang aku kendalikan, maka peluangku untuk bertahan hidup akan jauh lebih besar. Namun, aku tahu, memikirkan hal itu sekarang adalah sesuatu yang terlalu berbahaya. Untuk saat ini, aku harus tetap fokus.
Setelah beberapa saat, ayahku tampaknya telah menyelesaikan pekerjaannya. Dia berdiri dari kursi kerjanya dengan gerakan tenang namun penuh kekuatan, lalu beralih ke sofa yang berada tepat di seberangku.
Dari jarak dekat seperti ini, aku bisa melihat betapa menakutkannya sosok ini. Meski usianya sudah menginjak kepala empat, tubuhnya masih terlihat seperti milik seorang pemuda yang terlatih, dengan otot yang terukir sempurna. Matanya masih sekeras baja, tidak kehilangan ketajaman sedikit pun.
Inilah Tuan Besar Nightshade, Damian Vesper Nightshade, ayah kandung dari Ronan Nightshade.
Tanpa sadar, aku tersenyum kecil, mungkin karena ketegangan yang mulai melonggar. Namun, aku segera menyembunyikan senyumanku.
"Tuan, apakah ada hal khusus yang ingin Anda sampaikan?" tanyaku untuk memecah keheningan yang mulai terasa mencekam.
"Ronan, berapa usiamu saat ini?" Ayahku bertanya dengan suara yang berat, namun lebih tenang daripada sebelumnya.
"17 tahun," jawabku cepat dan tegas, meskipun ada sedikit keheranan dalam hatiku. Rasanya aneh bagi seorang ayah tidak mengingat usia anaknya sendiri. Namun, dengan latar belakang Ronan yang sebelumnya hanyalah seorang anak bodoh dan tidak berharga, mungkin itu bisa dimaklumi.
"Maka itu cukup." Ayahku tersenyum kecil, namun senyumnya terasa misterius dan penuh arti.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup