Mengandung konflik 21+ harap bijaklah dalam memilih bacaan!
Ketika kesetiaan dibalas dengan pengkhianatan, saat itu pula wanita akan berubah menjadi mengerikan. Karena sejatinya perempuan bukanlah makhluk lemah.
Begitu pula dengan Jesslyn Light, kehilangan janin dalam kandungan akibat orang ketiga membangunkan sisi lain dalam dirinya. Hingga dia memilih untuk membalas perbuatan suaminya dan meninggalkannya, tanpa menoleh sedikit pun.
Dia lantas pindah ke negara lain, hingga bertemu dengan Nicholas Bannerick dan menemukan fakta pembantaian keluarganya demi kepentingan seseorang.
Bagaimanakah Jesslyn menjalani hidupnya yang penuh dengan misteri?
Mampukah dia membalaskan dendam?
WARNING!!! 21+++
INI BUKAN CERITA ROMANSA WANITA
TAPI KEHIDUPAN SEORANG WANITA YANG MENGUASAI DUNIA MAFIA.
MENGANDUNG BANYAK PSYCOPATH YANG MEMERLUKAN KESEHATAN MENTAL KUAT SEBELUM MEMBACANYA.
JADI JANGAN CARI BAWANG DI SINI!!!
KARENA BANYAK MENGANDUNG ADEGAN ACTION.
Bab awal akan Author revisi secara bertahap agar penulisannya lebih rapi. Namun, tidak mengubah makna dan alur di cerita.
Karya ini hanya fiktif belaka yang dibuat atas imajinasi Author, segala kesamaan latar, tempat, dan tokoh murni karena ketidaksengajaan. Harap dimaklumi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan untuk Patricia
"Nich, aku pinjam mobilmu!" Jessi menyambar kunci mobil Nich, lantas berdiri menghadap Patricia. "Ikuti aku!"
"Kenapa aku harus mengikutimu?" protes Patricia membuat geram di wajah Jessi.
"Ikutlah dengan tenang! Sebelum kesabaranku habis!" Bisikan Jessi di telinga Patricia membuatnya meremang seketika. Keduanya lantas meninggalkan Nich di restoran itu sendiri. Patricia mengikuti ke mana Jessi melangkah bahkan wanita tersebut memaksanya masuk ke mobil Nich dengan kasar. Lalu membawa kendaraan melesat menyusuri jalan.
"Ke mana kau akan membawaku?" Patricia memberanikan diri untuk bertanya, meskipun dia sangat takut melihat Jessi seperti itu.
"Kau akan tahu setelah tiba!" Tanpa mengindahkan pertanyaan Patricia, Jessi mengemudi dengan kecepatan tinggi, hingga beberapa saat kemudian mobil pun berhenti di depan sebuah bangunan rumah sakit tua.
"A–apa yang ingin kau lakukan padaku?" Melihat bangunan mengerikan di depannya, Patricia takut kalau dia akan menjadi korban Jessi selanjutnya. Melihat wanita itu tampak tak mengeluarkan ekspresi bersahabat sedikit pun di wajahnya.
"Ikuti aku! Kita temui ibumu!" Jessi keluar dari mobil berjalan memasuki sebuah gedung tua rumah sakit itu.
Patricia merasa heran dengan ucapan Jessi. Ibunya bahkan sudah meninggalkannya selama sepuluh tahun. Pergi dengan lelaki lain, meninggalkan anak dan suaminya. Bagaimana bisa dia di sini? Dia lantas mengikuti ke mana Jessi melangkah, hingga mereka berhenti di depan sebuah ruangan.
Jessi menyuruhnya untuk masuk dan dengan tubuh bergetar Patricia membuka pintu ruangan tersebut, hingga pandangannya terhrnti ketika melihat seorang wanita tengah duduk meringkuk memeluk lututnya. "Mommy!"
Wanita itu menoleh melihat anaknya yang kini sudah tumbuh dewasa. "Patricia!"
Patricia berlari memeluk ibunya yang tengah diikat dengan tali di atas ranjang.
"Mommy, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu seperti ini?" Patricia lantas berlari dan seketika menangis sambil melepas ikatan tali itu, melihat kondisi ibunya yang kurus kering tak terawat.
"Semua ini karena Tom sialan itu!"
"Apa yang dilakukan Daddy, Mom?"
"Dia bukan daddymu! Dia adalah binatang berwujud manusia!" Teriakan ibunya terdengar keras di dalam ruangan itu.
"Dia bahkan membunuh Daddy kandungmu dan memaksaku menikahinya, padahal saat itu aku tengah mengandungmu." Ibu Patricia menangis mengingat apa yang selama ini dia alami selama bersama Tom.
Patricia terkejut mendengar hal itu. Dia tidak menyangka, orang yang selama ini dihormati ternyata hanyalah seorang pembunuh dari ayah kandungnya.
Patricia bukanlah anak kandung dari Tom Evening. Dia adalah anak kandung dari Samuel dan Maria Owaza. Maria hanyalah seorang pendatang di Negara ini, dia dan Samuel sama-sama bekerja di bidang hukum di Negara N. Maria saat itu tengah hamil muda dan akan menikah dengan Samuel. Namun, tiba-tiba dia mendapat kabar kematian calon suaminya karena kecelakaan.
Setelah itulah Tom datang kepadanya, menawarkan diri untuk menggantikan Samuel menjaganya dan bayinya. Maria yang saat itu masih muda mau tak mau menerima tawaran Tom. Dia tidak ingin bayinya lahir ke dunia tanpa seorang ayah. Dia tak tahu apa tujuan Tom menikahinya? Beberapa tahun kemudian, Maria menemukan fakta bahwa Tomlah yang merencanakan pembunuhan kepada Samuel.
"Dia bahkan mengurungku di sini, karena aku mengetahui rahasianya!" Kemarahan Maria memuncak, dia terisak dalam tangisnya mengingat betapa malang nasibnya.
"Rahasia apa, Mom?"
"Dia bukan hanya membunuh Daddymu! Tapi, dia juga orang yang memiliki penyimpangan orientasi s*ksual, dia melakukan itu dengan sesama lelaki," ungkap Maria mengeluarkan seluruh isi hatinya. Karena dia melihat hal yang tak seharusnya dilihat itulah yang membuatnya dikurung seperti ini selama sepuluh tahun.
Mendengar hal itu mata Patricia membola, pantas saja Tom sering membawa laki-laki pulang dan dia selalu berkata bahwa itu rekan kerjanya. "Benarkah itu, Mom?"
Maria mengangkat tangannya, memegang ke dua bahu putrinya dengan sorot mata yang tajam. "Kau tidak boleh mengikuti apa pun yang dia perintahkan! Jangan jadi sepertinya! Dia itu hanya memanipulasi keadaan kita."
"Dia sudah mati, Mom! Aku akan membebaskanmu dari sini. Mari memulai hidup dari awal lagi bersama, Mom!" Patricia menangis memeluk ibunya, dia tidak menyangka. Jika dia hidup dengan nyaman di luar sana, sedangkan ibunya dikurung di sebuah Rumah Sakit Jiwa.
Patricia berdiri dari duduknya. "Aku akan memintanya mengeluarkanmu, Mom!" Tanpa banyak berpikir, wanita itu melangkahkan kaki keluar ruangan. Di mana di luar masih ada Jessi yang menunggunya.
Dia langsung merosot ke lantai di depan Jessi, berlutut memohon bantuannya dengan segala harga diri yang dimiliki. "Nona, aku mohon! Bantu aku bebaskan ibuku! Aku berjanji akan melakukan apa pun yang kau minta."
Jessi melihat Patricia seperti itu ada sedikit rasa iba di hatinya. Dia memiliki ibu, tetapi dikurung dan dimanipulasi oleh orang yang membunuh ayahnya, sedangkan Jessi bahkan tidak pernah melihat ibu dan ayahnya. "Aku akan membantumu mengeluarkan ibumu. Setelah ini kembalilah ke kampung halaman ibumu di Negara K. Hiduplah dengan baik di sana, dan jangan pernah kembali lagi ke sini! Di sini bukanlah tempat yang tepat untukmu!"
Patricia mengangguk, dia berulang kali bersujud pada Jessi dengan perasaan bahagia dan air mata yang membasahi pipinya. "Terima kasih, Nona. Terima kasih!"
Jessi merendahkan dirinya, memegang ke dua bahu Patricia, menghapus buliran bening di pipi Patricia dengan lembut. "Sudahlah, jangan seperti ini! Temuilah ibumu! Aku akan membawa kalian keluar."
Patricia mengangguk, dia tidak menyangka. Jika Jessi orang yang sebelumnya dia hina mau menolongnya, sedangkan Tom yang dia kira adalah penolong ternyata hanyalah perusak keluarga kecilnya.
Jessi mengeluarkan Maria dari Rumah Sakit Jiwa itu, mereka kembali ke mobil. Jessi duduk di kursi pengemudi mobil. "Di mana kau tinggal sekarang?"
Patricia menggeleng, mengingat rumahnya yang sudah habis terbakar. "Rumah kami sudah terbakar, sebelumnya aku tinggal di rumah temanku."
Jessi lantas mengemudikan mobilnya membelah jalan raya. Dia tidak berbicara sedikit pun, dia merasa masih lelah hari ini ingin segera tidur.
"Nona, siapa namamu?" Maria bertanya karena melihat wajah Jessi tidak asing baginya.
"Jesslyn Light."
"Nona, siapa orang tuamu. Apakah aku mengenalnya? Wajahmu terlihat tidak asing bagiku?" Maria bertanya sambil mengingat lagi wajah siapa yang dia lihat seperti Jessi.
"Orang tuaku sudah tiada."
"Oh, maafkan kelancangan saya, Nona!" Maria menunduk, dia tidak lagi berpikir. Mungkin hal itu hanyalah kebetulan saja pikirnya.
Mereka memasuki gerbang sebuah mansion.
Penjaga berlari melihat lebih dulu siapa yang datang. Karena ketika pergi Jessi menggunakan mobil yang berbeda.
"Cepat buka gerbangnya!" Penjaga lantas mengangguk, lalu membuka gerbang mansion itu.
Patricia dan Maria melihat keamanan penjaga yang ketat di sana. Rumah siapa ini? pikirnya.
Setibanya di bagian depan, mereka semua lantas turun. "Ini rumahku! Sementara tinggallah di sini. Tiga hari ke depan, aku akan menyiapkan ke berangkatan kalian ke Negara K."
Patricia mengangguk, dia memegang bahu ibunya, memapahnya perlahan-lahan. Mereka memasuki mansion. Di dalam kediaman tampak Nenek Amber yang mendengar cucunya sudah kembali lekas memasuki mansion. "Kau sudah pulang,Nak?"
"Iya, Nek. Apa Nenek baru saja berkebun?" Jessi mengusap tanah yang menempel di pipi neneknya dengan lembut.
"Iya, siapa mereka, Nak?"
"Kenalkan, dia Bibi Maria dan anaknya Patricia." Jessi memperkenalkan mereka.
"Hallo aku, Nenek Amber." Mereka saling menyapa dengan senyuman di wajah masing-masing.
"Mereka akan tinggal di sini sementara waktu. Bisakah Nenek meminta pelayan untuk membersihkan kamar! Aku ingin tidur sebentar!" Jessi merengek seperti anak kecil yang meminta permen.
Patricia melebarkan matanya melihat itu. Inikah wanita yang kemarin bermasalah dengannya? Memang benar, sampul tidak mencerminkan isinya.
"Istirahatlah! Nenek akan mengurus mereka dengan baik." Jessi lantas berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Tinggallah dengan nyaman, tidak usah sungkan. Mungkin Jessi adalah wanita yang sedikit kasar, tetapi sebenarnya hatinya baik!" Nenek Amber menjelaskan kepada tamunya dengan ramah. Kemudian meminta mereka untuk membersihkan diri dan beristirahat.
To Be Continue..