Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Cincin Perak
Mendengar pertanyaan Rena, Jojo malah iseng bertanya balik.
"Kalau aku jawab naksir?", Jojo menggoda Rena.
"Iih, jelek bercandanya!", sahut Rena sembari memukul manja lengan kiri Jojo.
"Aduh, pasti lebam ini. Tanggung jawab loh!", Jojo meringis, berakting kesakitan sembari mengelus lengannya.
"Tanggung jawab apaan? Dasar tukang ngibul!", Rena tahu, Jojo hanya berbohong. Ia yakin tidak keras memukul lengan Jojo.
"Wah, ngga bisa. Kamu harus bayar kompensasi, traktir aku cilok 5000", Jojo hanya bercanda dengan ucapannya.
"Dasar ngga modal! Mau pedas ngga?", sahut Rena, nampak bahagia, sama sekali tidak keberatan.
Sore itu, Jojo mengantar Rena pulang dan segera berpamitan tanpa mampir ke dalam rumah. Sesampainya Jojo di rumah, terdengar ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan yang baru masuk.
"Dear, tolong sampaikan kepada calon mertuaku, kapan mereka akan datang ke rumahku, dalam rangka tunangan resmi kita", tulis Rena.
Jojo tersenyum dan menyimpan ponselnya. Ia berencana akan mengabarkan hal ini nanti malam.
Di kamar, Rena tersenyum bahagia meski Jojo hanya membaca pesan tanpa membalasnya. Ia sudah hafal dengan gaya Jojo yang dingin dan nampak semaunya. Namun ia tahu, pria itu bisa hangat di saat yang tepat, semisal saat menenangkan dirinya yang tengah emosi di taman tadi siang.
"Ngapain kamu senyum-senyum sendiri Na?", suara bu Sri yang baru pulang kerja mengejutkan Rena hingga hampir menjatuhkan ponselnya.
"Ibuk, ngagetin saja! Salam dulu kan bisa", protes Rena memanyunkan bibirnya.
"Halah, ibu sudah salam tadi. Kamunya aja yang ngga dengar", sanggah bu Sri melihat rona wajah Rena yang begitu ceria, sangat berbeda dengan tadi pagi.
"Memangnya kamu dapat apa, ceria banget?", heran bu Sri.
"Itu buk, dipinang Jojo dia", sahut Rafael yang mendengar pembicaraan Rena dan bu Sri.
"Kapan? Mana orang tua pacarmu, belum ke sini kan?", ujar bu Sri membuat Rena manyun.
"Ibu ih, kan mas Jojo ke sini sendiri tadi. Nih lihat", ujar Rena sembari menunjukkan cincin perak di jari manisnya.
"Bagus kan?", tanya Rena retoris.
"Bagus sih bagus. Tapi kamu jangan mau diapa-apain sebelum ijab qabul loh", bu Sri mengatur sangat ketat dengan pergaulan putrinya.
"Eh, mana ada. Mas Jojo baik kok. Tadi mas Rafa juga ada di kamar", ucap Rena membela Jojo.
"Halah, masih juga pacaran, sudah dibela-belain", protes bu Sri sembari meninggalkan kamar Rena, hendak membersihkan diri.
"Eh, memang benar kok. Mas Jojo itu ya, baik, ganteng, terkenal, sopan, dan ngga aneh-anehin Rena. Tadi makan pecel di taman, biasa aja buk", Rena mengikuti bu Sri dari belakang.
"Halah, belum nikah kan? Nanti kalau sudah nikah, baru keluar itu aslinya. Lelaki ya harus ditegasin, jangan sampai kamu serahkan mahkota kehormatanmu sebelum nikah, hargamu akan minus, bukan nol lagi", tutur bu Sri yang sudah sering melihat banyak gadis yang tak lagi layak disebut gadis. Bahkan hamil duluan berharap dinikahi, malah ditinggal pergi. Status mereka bahkan di bawah janda yang jelas sudah pernah menikah.
"Masa sih buk? Perasaan kalau boncengan saja, mas Jojo ngga mau aku pegangan badan. Bahkan di punggungnya selalu diberi papan biar kita ngga nempel", jelas Rena tidak percaya kalau Jojo sama bejatnya dengan banyak lelaki di luar sana.
"Memangnya bener sampai segitunya, pakai naruh papan segala?", heran bu Sri, tidak yakin dengan ucapan Rena.
"Iya buk, mas Rafa saksinya. Nih, masang cincin doang di jariku, dia pakai sarung tangan dulu. Marah lah aku, dikira aku kudisan mungkin", ungkap Rena, membuat bu Sri menatap wajah putrinya, mencari kebenaran atas ucapan Rena.
"Iya buk, ini ada fotonya", ujar Rafael menghampiri mereka berdua kemudian menunjukkan foto saat Jojo memasang cincin perak.