Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Di sebuah rumah mewah, terlihat para pelayan mulai menjalankan tugas mereka masing-masing sebelum majikan mereka turun untuk sarapan.
Di dapur, sosok gadis cantik yang hidup sebatang kara tengah menyiapkan sarapan yang sudah biasa ia buat setiap pagi selama 1 tahun belakangan. Gadis itu tampak menata beberapa masakannya yang telah matang di meja makan.
"Sandra." Panggil Bi Nur, yang merupakan teman sekaligus Ibu bagi Sandra.
"Eh kenapa Bu?" sahut Sandra yang masih mengaduk-aduk masakannya.
"Tolong antar jus ini ke kamar den Harun, masakannya biar Ibu yang lanjutkan," ucap Bi Nur.
"Oh iya sini," pinta Sandra mengambil alih nampan berisi jus jeruk yang tidak pernah absen di pagi hari untuk seorang Harun.
Sandra membawa jus yang dibuat Bi Nur ke lantai 2 dimana kamar majikannya berada, sebelum masuk ia mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Selamat pagi den, saya membawakan anda jus," ucap Sandra dari luar kamar.
"Masuklah, pintunya tidak dikunci." Sahut Harun dari dalam kamar.
Pelan pelan Sandra menekan kenop pintu, ia masuk dan melihat putra keluarga tempatnya bekerja sedang memakai jam tangan di depan cermin.
Tak bisa berbohong jika putra tunggal keluarga Adiguna memang sangat tampan. Tubuh tinggi semampai, mata yang indah dan bibir yang menawan.
"Sandra, letakkan saja jus nya di meja ya," ucap Harun ramah, ia memang terkenal ramah dibandingkan adik perempuannya yang lebih menjaga kasta dalam berbicara.
Sandra meletakkan jus yang ia bawa di meja, ia pamit pergi namun Harun tiba tiba memanggilnya.
"Sandra, tunggu sebentar." Cegah Harun yang seketika membuat Sandra berhenti melangkah.
"Ada apa den? anda membutuhkan sesuatu?" tanya Sandra namun Harun menjawabnya dengan gelengan kepala, jangan lupakan senyuman tipis yang tak hilang.
"Saya hanya ingin bertanya, bagaimana penampilan saya?" tanya Harun merentangkan kedua tangannya.
"Sudah den," jawab Sandra bingung, jika ia menjawabnya dengan tampan apa itu tidak kurang ajar bagi dirinya yang hanya seorang pelayan.
"Maksud saya, apa saya sudah tampan?" ralat Harun terkekeh membuat Sandra jadi malu sendiri.
"Sudah den, anda sudah tampan." Jawab Sandra tanpa melihat bagaimana penampilan Harun.
"Baiklah terimakasih, kau boleh pergi." Ucap Harun seraya mengambil jus yang dibawa Sandra dan meminumnya hanya dalam satu tenggakan.
Sebelum pergi ke lantai bawah, Sandra terlebih dahulu pergi ke kamar putri tunggal keluarga Adiguna. Nona Ana, ia tidak galak dan juga jahat hanya saja gadis itu sedikit berbeda dengan kakaknya yang ramah pada siapapun.
"Selamat pagi Nona Ana, anda sudah ditunggu di meja makan oleh tuan dan nyonya besar," ucap Sandra pada gadis yang asik bermain ponselnya.
"Baiklah, kamu boleh pergi." Ucap ana mengusir dengan lembut. Sebenarnya ana sangat baik pada Sandra hanya saja mungkin gadis itu baru bangun dan pikirannya masih melayang.
***
Tampak meja makan mulai terisi, keluarga Adiguna hanya memiliki 2 orang anak. Yang satu lelaki dan satu lagi perempuan. Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh 4 orang majikan dan 3 orang pelayan, dan 1 tukang kebun. Sementara sopir dan satpam tidak menginap karena rumah mereka tidak terlalu jauh.
Perbincangan ringan terjadi beriringan dengan suara dentingan sendok dan piring, keluarga Adiguna itu tengah membicarakan soal pernikahan putra sulung mereka yang sudah direncanakan sejak bulan lalu.
"Jadi bagaimana persiapan nya, Harun?" tanya tuan Adiguna seraya memasukkan potongan sandwich ke dalam mulutnya.
"Aman pah, semua sudah selesai hanya tinggal menunggu hari H," jawab Harun manggut-manggut.
"Kamu sudah bertanya pada Isabel kan? mamah takut dia belum siap mengingat saat ini ia sedang mengejar cita citanya menjadi model di Paris," tanya nyonya Adiguna yang dijawab anggukan cepat oleh Harun.
"Bela bilang, dia mau menikah asal hubungan itu tidak menganggu cita citanya," sindir Ana yang tidak terlalu suka pada kekasih kakaknya.
"Ana!!" seru Harun yang berusaha menutupi penolakan bela namun adiknya justru membongkar nya.
"Harun, bagaimana maksud Ana? jika ucapan Ana benar adanya maka untuk apa kalian menikah jika nantinya kalian akan sibuk urusan masing-masing," ujar Amira, nyonya besar Adiguna.
"Bukan begitu mah, mamah salah paham dengan ucapan Ana tadi," ujar Harun mencoba memberi pengertian.
"Sudahlah kak, memang kenyataannya bela itu belum mau menikah dengan kakak," ucap Ana yang tidak suka melihat kakaknya begitu mengemis cinta pada bela.
"Tidak juga kok," sambung seorang wanita berpakaian terbuka sana sini menghampiri keluarga Adiguna.
"Sayang, kamu disini?" tanya Harun terkejut melihat kekasihnya disana.
"Iya, aku ingin bertemu dengan om dan tante. Oh iya aku tadi sempat mendengar pembicaraan kalian, om dan tante jangan khawatir meski nantinya aku mengejar cita-cita ku, aku tidak akan lupa dengan kewajibanku sebagai istri," jelas Isabel atau yang biasa di sapa bela.
Wanita itu memiliki paras cantik dan bentuk tubuh yang diidamkan para pria, sikapnya yang baik pada semua orang, hanya saja kabarnya ia sedang mengejar cita citanya menjadi seorang model saat ini.
"Tante senang mendengarnya, semoga saja ucapanmu benar." Balas Amira tersenyum.
"Duduklah sayang," ucap Harun menarik kursi untuk kekasihnya.
"Sandra, tolong buatkan sandwich untuk bela ya dan jangan pakai selada ya," ucap Harun pada Sandra yang sedang menata minum di meja.
"Tidak usah Sandra, aku sudah sarapan. Aku datang kesini hanya ingin bertemu om dan tante saja," tolak bela ramah, tak lupa dengan senyuman manisnya.
"Ya sudah kau boleh pergi, terimakasih ya." Ucap Harun dibalas anggukan sopan oleh Sandra.
GIMANA EPS AWAL NYA??
BERSAMBUNG........