HILTJA RAVEN QUEEN
Ada sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian kota dan cukup terpencil dari keheningan yang tampak disekitarnya banyak bebatuan dan rerumput dengan hutan yang cukup lebat. Yang memerlukan jarak berkilo kilo untuk sampai ke pusat bandar kota. Yah sebut saja DESA BATU CHADAS desa yang terletak di HOLLAND TENGAH. Desa yang terlihat asri disiang hari. Dan menyeramkan di malam hari. Apalagi jika malam Halloween tiba. Terasa suasana malam didesa itu pasti terlihat sangat mencekam.
Terdengar suara angin yang sepoi sepoi. Huuusss....
Terlihat dedaunan yang banyak berjatuhan dari tangkainya kerena sudah mengering dari pokoknya. Terlihat rumah rumah penduduk dengan jendela nya yang bergoyang goyang. kreeekkk... kreeekkk... kreeek.
Terlihat lampu lampu kecil berjajar yang meredup redup didepan pintu. Dengan pintu pintu rumah yang tertutup rapat. Dan terlihat lah pulak satu rumah diujung pedesaan itu yang tampak mewah dan besar tetapi telah usang. Berdiri lah disitu sebuah rumah tua yang tampak berdebu tebal. yang memancarkan aura berbeda.
Konon nya rumah itu milik Hiltja sang penyihir yang mati dibantai oleh penduduk Desa Batu Chadas itu. Gosipnya yang beredar bila setiap malam Halloween Hiltja muncul dan duduk di tepi jendela dengan memakai jubah merah. Sambil bersuara menyerupai burung gagak. Suara aneh itu bukan tak jarang kadang mereka dengar sangat keras dan pasti. Seperti suara burung gagak yang sedang kelaparan. Tapi bukan seperti gagak biasa. Karena terlihat seperti gagak raksasa yang sangat berukuran besar. Penduduk kampung sering menyebutnya Hiltja Raven Queen.
Desas-desus ini sudah lama ada, bahkan sebelum Maxim dan keluarganya pindah ke desa ini. Bagi sebagian besar warga penduduk desa itu , rumah itu dianggap terkutuk dan dijauhi. Mereka percaya Hiltja belum bisa beristirahat dengan tenang, dan rumah itu masih menyimpan rahasia gelap yang tak terungkap.
Tetapi, bagi Maxim dan teman-temannya, rumah itu justru penuh daya tarik dan tantangan, terutama pada malam Halloween tiba. Maxim dan teman teman malah tertarik untuk menyelidiki kisah itu apakah itu nyata atau cuma mitos.
Dimana saat malam Halloween semua orang orang sibuk merayakan nya dengan memakai custom horor dan berbagi permen. Tetapi Maxim dan kedua teman nya malah memilih untuk mengunjungi rumah tua Hiltja itu. Dengan harapan agar rasa penasaran mereka tidak timbul lagi. Apakah itu sebuah mitos atau bukan. Dan mereka bertiga bertekad untuk datang kesana pada malam Halloween tiba.
Malam itu terlihat sinar bulan purnama nampak cantik dengan bulan nya yang bersinar terang tetapi memiliki hawa yang sangat dingin. Mereka pun berjalan pelan pelan menuju rumah tua itu. Dengan keberanian yang mereka miliki. dengan hanya bermodal membawa lilin Dan senter ditangan mereka Masing-masing.
"Ayo, ini saatnya kita membuktikan keberanian!" seru Leo, terdengar bersemangat walau cemas terlihat di wajahnya.
“Ini pasti jadi Halloween yang tak terlupakan buat kita. ” tambahnya sambil mencoba menguatkan diri.
Alexa, yang biasanya pendiam, menatap rumah tua itu dengan perasaan tak menentu.
"Benarkah kita akan masuk kerumah itu?" tanyanya ragu, dengan suaranya sedikit bergetar.
"Aku dengar cerita buruk tentang rumah itu," lanjutnya pelan. "Katanya, ada yang mendengar suara langkah kaki di dalamnya." Bahkan suara suara kicauan gagak. "tambah nya lagi.
Maxim tersenyum, mencoba menenangkan kedua temannya. "Jangan takut, itu cuma cerita lama. Tapi kalau tidak kita buktikan sendiri, kita nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana." Bukan kah begitu teman teman ku. " ucap maxim pulak.
Mereka mendekati rumah itu. Meski sudah tampak tua, tapi masih ada sisa-sisa kemegahan di balik dinding batu yang retak dan pintu kayu tua yang hampir roboh. Leo mengulurkan tangan, memutar kenop pintu yang berdecit keras. Dengan pelan, pintu itu terbuka, menampakkan ruangan yang gelap dan sunyi di dalamnya.
"Mungkin cuma rumah kosong saja " gumam Leo, mencoba menenangkan diri. "Ayo masuk dan lihat sendiri." ayoookk lahh... "ucap nya membujuk.
Langkah mereka menggema di rumah yang senyap itu. Suasana di dalam lebih dingin dari yang mereka bayangkan. Aroma apek menguat, debu tebal menempel di tiap sudut ruangan. Setiap langkah di atas lantai kayu tua menimbulkan bunyi berderit yang mempertebal suasana aneh di rumah itu.
"Ini rasanya aneh," ucap Alexa pelan, sambil melirik sekeliling. "Seperti ada yang mengawasi kita."ucap nya menambahkan.
"Ah, tidak ada siapa-siapa, Alexa," sahut Leo dengan nada sok yakin. "Ini hanya rumah tua yang ditinggalkan. Kita cuma perlu lihat sendiri apakah ceritanya benar atau tidak." biar kita tidak penasaran lagi. "tambah nya lagi.
Mereka terus berjalan di lorong sempit yang gelap, dengan dinding berlumut dan sarang laba-laba di tiap sudut. Terlihat barang barang kuno berserakan dilantai. Menunjukkan bahwa rumah ini sebelumnya ada pemiliknya. Walaupun sekarang tampak kuno dan tak terurus.
Mereka berjalan pelan pelan menelusuri isi dalam rumah itu. Rumah itu tampak besar dan luas. Hingga dengan begitu lama berjalan, mereka baru menemukan ruang tamu. Di tengah ruangan itu ada perapian besar dengan abu hitam yang tampak sudah lama tak tersentuh. Di sudut ruangan, sebuah meja kayu besar menampilkan sebuah buku tebal yang terbuka.
Alexa, penasaran, dan mendekati meja itu. Buku tua itu tampak usang, dengan kulit yang robek dan coretan-coretan di sampulnya. Ia melirik halaman pertama, dan samar-samar melihat nama “Hiltja…” tertulis di sana.
Alexa bergumam, “Apakah ini buku miliknya?” sambil menatap tulisan itu.
“Jangan sentuh!” seru Leo, namun terlambat—Alexa sudah membuka halaman berikutnya. Seketika, udara di ruangan berubah. Angin dingin berhembus kencang, membuat buku itu jatuh dari tangan Alexa. Senter mereka berkedip-kedip, dan dari dalam dinding terdengar bisikan halus yang sulit dimengerti.
"Ini nggak beres," ujar Maxim dengan wajah pucat. "Kita harus keluar sekarang."sahut nya lagi.
Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pintu yang tadi mereka masuki tertutup keras, mengunci mereka di dalam rumah yang gelap itu. Bayangan merah muncul perlahan dari sudut ruangan, membesar dan bergerak mendekati mereka.
Mereka semua terpaku, tak berani bergerak. Langkah kaki terdengar mendekat, pelan tetapi pasti. Saat itulah mereka menyadari bahwa rumah ini bukan hanya dihantui kenangan lama, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih menyeramkan.
Dan mereka bertiga pun mau lari, sudah tidak bisa lagi. Karena semua nya tertutup. Bayangan itu semakin mendekat. Dan tiba tiba entah dari mana muncul seekor gagak besar dari rumah. Dengan bayangan merah yang semakin mendekati mereka.
"Gagak...??? apakah itu bukan jelmaan Hiltja si ratu sihir??? tanya Alexa kepada kedua teman nya.
" Ti.... tidakkk. tidak mungkin. kita harus keluar dari sini sebelum dia mencelakai kita.
Kuakk... kuaakkk... kuakkk... (suara gagak)
Kita harus lariiii... kita harus keluar...(teriak mereka)
(Apakah selanjutnya yang akan terjadi ???)...
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments