Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Beneran Arshaka Albiruni kan?", tanya gadis berhijab lebar itu. Shaka pun mengangguk pelan.
"Maaf, siapa ya?", tanya Shaka. Gadis itu tersenyum tipis.
"Mantan rival kamu waktu SMP!", jawabnya.
Shaka mengingat-ingat siapa gadis itu.
"Habibah?", tanya Shaka sedikit takut salah orang. Gadis yang di sebut namanya itu mengangguk cepat.
"Huum!", sahutnya.
"Masyaallah....kamu beda banget Bib? Apa kabar?", Shaka mengulurkan tangannya ke depan Habibah tapi gadis itu justru mengatupkan kedua tangannya sambil tersenyum di sertai ringisan kecil.
Shaka yang paham pun ikut melakukan hal yang sama seperti Habibah.
"Alhamdulillah kabar aku baik. Ini Ica keponakan kamu itu kan? Kalian mirip sekali , selamat ya Ica...?!", kata Habibah.
"Terimakasih!", kata Ica tersenyum. Dulu, Shaka dan Ica tidak bersekolah di SMP yang sama. Wajar saja kalau Ica tak mengenal Habibah.
"Jadi, Habibah ini rival ku Ca. Rival dalam arti yang positif ya. Kami sering memperebutkan posisi sebagai juara umum waktu itu."
"Oh....iya...aku ingat, yang suka kamu sebut Bibib itu tuh...Habibah, perempuan? Ya Allah, ku pikir cowok dulu Ka!", kata Ica terkekeh.
Shaka menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Keluarga Gendhis berkumpul sendiri dan berswa foto dengan keluarga besar mereka. Apalagi Oma, serta kakek nenek mereka pun tiba meski datang terlambat.
"Udah selesai kuliah juga kamu, Bib?", tanya Shaka. Habibah menggeleng sambil meringis.
"Insya Allah masih dua tahun lagi hehehe!", jawabnya.
"Kedokteran?", tebak Shaka.
"Kok tahu sih?", tanya Habibah.
"Yang kuliahnya lama kan itu. Lagian, kamu memang pintar di IPA sama matematika!", kata Shaka yang mengakui kalau Habibah lebih unggul darinya.
"Iya ngga juga sih, dulu aku sempat kecelakaan terus istirahat total gitu. Di tambah lagi, ayah ku dinas di polres kampung kami. Ya udah...?!"
Obrolan mereka terus berlanjut. Ica dan Habibah terlihat klop satu sama lain. Mungkin karena sama-sama gadis yang ceria.
Ponsel Shaka berdering.
Cyara..?
"Eum...aku angkat telpon dulu ya?!", pamit Shaka. Ica dan Habibah mengangguk tipis.
Pasti Cyara yang telpon ,makanya dia menjauh!
Setelah sedikit menjauh, Shaka mengangkat panggilan telpon Cyara.
[Hallo, Cya?]
[Di mana?]
[Gue lagi di acara wisuda Ica. Kenapa?]
[Ica lagi?]
Shaka mengusap kasar wajahnya. Entah lah, kenapa akhir-akhir ini Cyara selalu seperti itu.
[Cya...please ...??!]
[Lo tahu kan gue kesel, gue ngambek! Dan Lo ga berusaha bujuk gue dari kemarin?]
[Cya...Lo ini kenapa sih sebenernya ? Mau Lo gue gimana?]
[Ckkkk....gue di depan gedung! Jemput gue sekarang!]
Klik!
Shaka terperangah beberapa saat tapi setelah itu, ia mengayunkan kakinya menuju ke depan gedung.
Ica sampai mengernyitkan alisnya melihat Shaka seperti sedang terburu-buru.
"Oh ya Ca, sorry...gue kayaknya mau ke sodara gue dulu. Btw...boleh ngga minta nomor ponselnya Shaka, sama punya Lo juga kalo boleh!", kata Habibah terkekeh.
"Iya boleh lah....! Kali aja kalo kita sakit, langsung hubungi Lo dan free payment heheheh!", celetuk Ica sambil menyimpan nomor ponselnya juga Shaka di ponsel Habibah.
"Ya ngga apa-apa sih! Tapi ya gitu, gue belom punya lisensi. Harap maklum aja kalo jadi kelinci percobaan!", balas Habibah.
"Bisa aja Lo bales nya!", ujar Ica. Setelah itu, Habibah pun berpamitan. Ica yang siap melangkah menuju ke keluarganya pun terhenti saat Galang kembali menghampirinya.
"Ica...?!"
"Ya mas Galang?", sahut Ica. Galang yang di panggil 'mas' pun merasa tersanjung. Padahal kan memang panggilan itu umum, ya kan??? Tapi tampak berbeda jika itu Ica yang memanggilnya.
Secara ya...selain mereka seumuran, dua kembaran Galang adalah sahabat Ica.
"Ini hadiah spesialnya, tadi belom sempet kasih!", kata Galang. Ica menerima bingkisan itu.
"Wah...Masya Allah...Alhamdulillah ,gue emang lagi nyari yang judul ini nih! Lo dapat di pameran buku kemaren ya? Makasih ya mas Galang!", kata Risya antusias.
"Syukurlah kalo kamu suka, Ca!", kata Galang tersenyum.
Risya semakin menyunggingkan senyumnya.
"Sespesial ini ya, sampe tersusun nama gue hehehe?!'', kata Ica yang baru ngeuh membaca nama nya di susunan buku itu.
"Iya, ngga tahu juga sih sebenernya Ca. Yang bisa menentukan spesial apa ngga kan cuma kamu!"
"Heheh makasih lho mas Galang. Jelas ini sangat spesial hehehe!"
"Eum...Ca, ada yang mau gue omongin, tapi...?!''
"Lha....dari tadi ge udah ngomong kali mas Galang!", Ica membolak balik tumpukan buku yang cukup berat itu.
"Maaf sebelumnya kalau aku lancang."
"Humm?", Ica menaikan salah satu alisnya.
"Eum...sebenarnya aku sudah lama menaruh hati sama kamu Ca. Selama ini mungkin aku keliatan cuek atau menyapa mu seperlunya. Tapi, selama empat tahun ini aku berusaha buat nepis perasaan itu....hah!", Galang membuang nafas nya pelan.
"Perasaan yang bagaimana mas? Mas suka sama aku....?", tanya Ica tanpa jaim. Ini bukan hal yang aneh baginya karena tak jarang pula Ica di tembak. Sayangnya selalu berujung penolakan oleh Ica.
"Iya Ca, insyaallah...ini buat serius, bukan sekedar main-main apalagi cuma pacar-pacaran!", lanjut Galang.
"Gimana ya mas, eum...boleh ngga aku ngga jawab sekarang?", tanya Ica meringis. Galang terkekeh pelan.
"Iya. Kamu pikirkan aja dulu! Kalau pun kamu nolak aku, please ya...tetap bersikap seperti ini! Jangan menjauh!"
Ica mengangguk tipis.
Sedang di jarak beberapa meter, sepasang mata elang menatap Ica dan Galang yang mengobrol akrab apalagi Ica juga tampak sesekali tersenyum.
Jadi ...gadis itu Ica, Lang??? Kenapa bukan gadis lain aja!!!! batin Gilang.
Nyatanya bukan hanya Gilang yang terkejut, Gendhis pun sama. Jika kemarin ia menebak-nebak siapa gadis itu, kini ia sudah tahu!
💜💜💜💜💜💜💜
Cya berdiri membelakangi gedung. Gadis cantik yang menggunakan gaun berwarna soft pink berlengan pendek itu menunggu Shaka datang menjemput.
"Cya...!", Shaka langsung meraih pinggang Cyara dari belakang. Cyara tentu tahu siapa pemilik tangan itu.
"Lama!", kata Cyara.
"Maaf Cya! Eum...langsung masuk saja ya, panas! Gue kenalin sama keluarga sekalian ya di dalam."
Cyara menghela nafas berat tapi setelahnya ia tetap menurut. Shaka menggenggam jemari lentik Cyara.
Keduanya menuju ke tempat di mana keluarga Shaka berkumpul.
"Miba, Abi, Tata!", panggil Shaka. Hanya Ica yang tak di sebut oleh Shaka. Mereka bertiga menoleh bersamaan ke arah Shaka.
Ica yang tak di sebut namanya justru terpaku dengan apa yang di lihatnya.
Cyara mengenakan perhiasan yang cukup mencolok. Asesoris yang melambangkan jika dirinya bukan lah seorang muslimah.
"Kenalin, ini Cyara!", kata Shaka memperkenalkan Cyara pada mereka. Riang dan Syam menyambut perkenalan Cyara tersebut.
Shaka terus memegang pinggang Cyara dengan posesif. Meski ada keluarganya, Shaka seperti tak merasa malu sama sekali.
Ica terus terdiam menatap pemandangan itu.
Aku kenapa? Kenapa rasanya sesak melihat mereka begitu mesra?
💜💜💜💜💜💜💜💜
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..