NovelToon NovelToon
I Will Protect You

I Will Protect You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Demi menjaga kehormatan keluarga, Chandra terpaksa mengambil keputusan yang tidak pernah terbayangkan: menikahi Shabiya, wanita yang seharusnya dijodohkan dengan kakaknya, Awan.
Perjodohan ini terpaksa batal setelah Awan ketahuan berselingkuh dengan Erika, kekasih Chandra sendiri, dan menghamili wanita itu.
Kehancuran hati Chandra membuatnya menerima pernikahan dengan Shabiya, meski awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Namun, perlahan-lahan, di balik keheningan dan ketenangan Shabiya, Chandra menemukan pesona yang berbeda. Shabiya bukan hanya wanita cantik, tetapi juga mandiri dan tenang, kualitas yang membuat Chandra semakin jatuh cinta.
Saat perasaan itu tumbuh, Chandra berubah—ia menjadi pria yang protektif dan posesif, bertekad untuk tidak kehilangan wanita yang kini menguasai hatinya.
Namun, di antara cinta yang mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Bisakah Chandra benar-benar melindungi cintanya kali ini, atau akankah luka-luka lama kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Breaking The Rules

Shabiya menatap ponselnya, membaca pesan dari Awan dengan dahi yang berkerut. Setelah memastikan Chandra benar-benar telah pergi ke kantor—deru suara mesin mobilnya memudar di kejauhan—ia membuka pesan itu dengan perasaan enggan.

“Shabiya, aku serius. Jika kau tidak menemui Erika, dia tidak akan berhenti. Kau tahu seperti apa dia. Tolong lakukan ini, setidaknya untukku.”

Shabiya mendengus kecil. Sudah ia duga. Awan tak pernah berubah, selalu menyeret orang lain untuk menyelesaikan kekacauannya. Tapi kali ini, ia memilih untuk mengabaikan pesan itu, mengingat peringatan Chandra. Sebagai istri yang sesekali ingin menuruti suaminya—setidaknya tanpa sepengetahuannya—Shabiya meletakkan ponsel itu di meja dan mencoba melupakan semuanya.

Tak lama, ada ketukan pelan di pintu. "Masuk," katanya, mencoba menutupi rasa malas yang mulai muncul.

Rosa, wanita paruh baya yang telah lama mengabdi pada keluarga Chandra, melangkah masuk bersama seorang pelayan wanita muda. Mereka membawa nampan besar berisi sarapan yang terlihat mewah, namun penuh dengan makanan sehat: semangkuk salad hijau, oatmeal dengan topping kacang dan buah-buahan, dan segelas jus hijau yang aromanya saja membuat Shabiya ingin memutar bola matanya.

"Selamat pagi, Nyonya," sapa Rosa dengan suara lembut, penuh hormat. "Tuan Chandra memintaku untuk memastikan Nyonya sarapan karena beliau bilang Anda masih kurang sehat."

Shabiya menghela napas panjang, merasa kembali menjadi anak kecil yang diatur-atur oleh ibunya. "Dia benar-benar terlalu mengkhawatirkan segalanya."

Rosa tersenyum samar, tatapannya mengarah pada Shabiya yang masih berbalut selimut tipis. "Tuan hanya peduli pada kesehatan Anda, Nyonya. Mungkin itu caranya menunjukkan perhatian."

Perhatian itu, menurut Shabiya, terasa lebih seperti kontrol ketat. Ia menahan lidahnya untuk tidak berkomentar lebih jauh, tetapi rasa malu mulai menyelusup ketika ia sadar kondisi dirinya. Rosa, wanita yang selalu tenang dan penuh empati, menangkap perubahan suasana hati Shabiya. "Kami pamit dulu, Nyonya," katanya sopan, memberi isyarat kepada pelayan muda untuk ikut pergi.

Setelah mereka pergi, Shabiya menatap sarapan di hadapannya. Salad hijau itu terlihat terlalu hambar, jus hijaunya bahkan tidak menarik untuk disentuh. Ia mengambil garpu, mendorong sayuran ke pinggir piring, lalu memutuskan hanya makan sedikit—bagian yang tidak ada buah atau kacangnya.

***

Menjelang siang, Shabiya merasa lebih baik. Dengan tubuh yang kembali bertenaga, ia memutuskan untuk meninggalkan rumah. Rosa memperhatikan ketika Shabiya turun dari kamar, mengenakan blazer krem yang membentuk tubuhnya dengan sempurna, dipadukan dengan celana panjang hitam.

"Rosa, aku ada janji temu dengan klien di luar," katanya sambil tersenyum.

Rosa tampak sedikit ragu. "Nyonya, apakah Tuan Chandra tahu tentang ini?"

"Dia tidak perlu tahu," jawab Shabiya santai sambil melangkah ke pintu. Sebelum Rosa sempat membalas, Shabiya sudah menghilang, meninggalkan aroma parfum lembut yang melayang di udara.

Sebelum pergi, ia menghubungi sekretarisnya, Kania, yang sudah bekerja dengannya selama tiga tahun terakhir. Kania adalah wanita muda yang cerdas dan cekatan, selalu memastikan jadwal Shabiya berjalan lancar.

Di dalam mobilnya, ia menghubungi sekretarisnya, yang sebelumnya memberi tahu tentang klien penting itu.

“Bu, ini klien baru, dan mereka bersedia membayar tarif tertinggi untuk jasa konsultasi kita. Tapi...” suara Kania terdengar ragu, “mereka bersikeras ingin bertemu Anda langsung, bukan dengan tim.”

Shabiya mengerutkan kening. “Itu agak aneh. Baiklah, Kania. Aku akan menemuinya. Di mana?"

"Di restoran Le Jardin. Saya sudah membuat reservasi atas nama Anda," jawab Kania dengan nada profesional.

Shabiya mengangguk meskipun Nina tak bisa melihatnya. "Terima kasih, Kania. Aku akan mengurusnya."

***

Le Jardin adalah restoran bintang lima dengan desain yang memadukan kemewahan modern dan elemen alam. Dinding kaca besar memamerkan taman vertikal yang hijau subur, sementara meja-meja di dalamnya tertata rapi dengan taplak putih dan lampu lilin kecil. Aroma roti panggang segar dan kopi memenuhi udara, memberikan suasana yang hangat namun tetap mewah.

Shabiya masuk dengan langkah percaya diri, tetapi hatinya berdebar ringan karena rasa ingin tahu. Ia melangkah ke meja yang sudah dipesan atas namanya, dan seketika merasa terkejut ketika melihat siapa yang duduk di sana.

Erika.

Wanita itu mengenakan gaun mahal dengan potongan elegan, dengan rambut panjang yang tergerai sempurna,. Senyumnya yang dingin membuat jantung Shabiya berdebar tidak nyaman.

“Erika,” ucap Shabiya akhirnya, nadanya tegas meskipun hatinya dipenuhi kemarahan.

Shabiya terdiam, otaknya memutar pertanyaan-pertanyaan yang tak sempat ia ucapkan. Erika menggunakan nama belakang keluarganya yang beraroma campuran Jepang dan Indonesia, menyembunyikan identitas sebenarnya dari sekretarisnya.

"Aku tidak tahu kau adalah klien yang dimaksud," jawab Shabiya akhirnya, suaranya dingin.

“Shabiya,” balas Erika, suaranya manis tetapi penuh kepalsuan. “Aku senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara langsung. Duduklah.”

Shabiya melangkah maju, mencoba menjaga sikap tenang meskipun darahnya terasa mendidih. Ia tidak menyukai pertemuan ini, tetapi rasa penasaran membawanya untuk duduk.

“Jadi, apa maksud semua ini?” tanya Shabiya, langsung ke inti pembicaraan.

"Itu memang sengaja," balas Erika, suaranya tetap tenang tetapi dengan nada manipulatif. "Aku butuh berbicara denganmu secara langsung. Kita punya urusan yang belum selesai."

Shabiya mendengus. “Jika ini tentang gaunmu, aku sudah bilang pada Awan dan Chandra—aku tidak peduli.”

“Gaunku?” Erika tertawa kecil, tetapi tidak ada kehangatan dalam suaranya. “Oh, Shabiya, soal itu, kita masih bisa membahasnya nanti. Aku punya hal yang jauh lebih menarik untuk dibicarakan.”

“Apa yang kau inginkan?” desak Shabiya, tidak menyembunyikan kejengkelannya.

Erika menyandarkan tubuhnya, senyumnya berubah menjadi lebih tajam. “Aku ingin memastikan kau tahu posisimu. Kau mungkin istrinya sekarang, tapi Chandra... dia adalah pria yang rumit. Kau benar-benar yakin dia sepenuhnya milikmu?”

Shabiya mengepalkan tangannya di bawah meja, menahan diri untuk tidak terpancing. “Chandra adalah suamiku, Erika. Dan kau, seharusnya fokus pada Awan.”

Erika tersenyum tipis. “Tentu saja. Tapi jangan lupa, Shabiya, aku mengenal Chandra jauh sebelum kau masuk dalam kehidupannya. Kau hanya perlu ingat satu hal—tidak semua yang kau miliki akan bertahan selamanya.”

Kata-kata itu menggantung di udara, memancarkan ancaman yang terselubung. Shabiya menatap Erika dengan tatapan dingin, otaknya bekerja keras untuk menenangkan diri. Ia tahu bahwa Erika tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya.

Pertemuan ini baru saja dimulai, dan Shabiya sudah merasa bahwa itu akan menjadi medan perang baru.

“Jika bayaran mahal yang kau tawarkan hanya karena kau ingin bertemu denganku dan membahas hal yang tidak penting, lebih baik aku pergi,” kata Shabiya dingin, menyandarkan punggungnya ke kursi dan menyilangkan tangan di depan dada. Nada suaranya tenang namun tegas, seperti bilah baja yang tersembunyi di balik sutra.

Erika tertawa kecil, menutupi mulutnya dengan tangan seperti seorang aktris dalam drama klasik. “Kau terlalu kaku, Shabiya. Aku benar-benar berniat menggunakan jasa perusahaanmu. Lagipula, siapa yang lebih kompeten daripada pemilik Velora Strategies sendiri? Aku berencana membuka perusahaan baru dan butuh konsultasi resmi. Tentu aku ingin langsung bertemu sang ahli.”

Shabiya memiringkan kepala sedikit, mencoba membaca niat Erika yang sebenarnya. Ia tahu wanita ini pandai bermain kata dan menyembunyikan niat di balik senyum manis. “Kalau memang kau serius, mari kita mulai meeting-nya sekarang,” ujarnya, membuka laptopnya dengan gerakan cepat namun elegan.

Erika menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Tentu. Tapi sebelum itu, aku ingin membahas sesuatu. Kau tahu, aku dan Chandra dulu punya banyak kenangan indah bersama. Dia pria yang luar biasa, bukan?”

Shabiya menahan napas. Tangannya yang hendak mengetik di keyboard berhenti sejenak. Ia menatap Erika, matanya menyempit, tetapi ekspresi wajahnya tetap terkendali. “Erika, jika ini tentang hubungan pribadimu di masa lalu, aku rasa itu bukan bagian dari diskusi bisnis kita.”

“Aku hanya mencoba mengenalmu lebih baik,” kata Erika, suaranya manis namun penuh sindiran. “Lagipula, kita menyukai seseorang yang sama: Chandra.”

Shabiya mengepalkan tangan di bawah meja. Perasaannya berkecamuk, tetapi ia menahan diri. “Kau mengatakan ingin membangun perusahaan baru. Bisakah kita fokus pada itu saja? Apa konsep bisnisnya?”

“Konsepnya?” Erika tersenyum. “Ya, sesuatu yang elegan dan sukses, seperti Chandra. Kau tahu, dia sangat mendukungku dulu. Dia bahkan pernah—”

“Erika.” Suara Shabiya memotong dengan tajam. Ia menatap Erika dengan intensitas yang membuat wanita itu terdiam sesaat. “Jika kau tidak memiliki proposal yang jelas untuk dibahas, aku tidak akan membuang waktuku di sini.”

Erika tampak terkejut, tetapi hanya sesaat. “Kenapa tergesa-gesa? Aku hanya ingin tahu, bagaimana kehidupan pernikahanmu? Apakah Chandra masih sesempurna seperti yang aku ingat?”

Shabiya menarik napas dalam-dalam. Amarahnya mulai mendidih, tetapi ia tidak ingin memberikan Erika kepuasan melihatnya kehilangan kendali. Ia tersenyum tipis, tetapi dingin. “Kehidupan pernikahan kami luar biasa. Terima kasih atas perhatianmu. Sekarang, kembali ke topik utama atau aku akan pergi.”

Erika tampak seperti sedang menikmati permainan ini. Ia mengangkat bahu dan mulai membicarakan rencana bisnisnya dengan nada setengah hati. Namun, setiap kali pembicaraan mengarah pada sesuatu yang serius, ia kembali melenceng, membawa kenangan lamanya bersama Chandra ke dalam diskusi.

Akhirnya, Shabiya merasa tidak lagi mampu menahan diri. Ia menutup laptopnya dengan tegas, membuat bunyi klik yang tajam. “Aku rasa pembicaraan ini tidak akan membawa kita ke mana-mana,” katanya, suaranya tenang namun mengandung kemarahan yang tersembunyi. Ia berdiri, mengambil tasnya.

“Tunggu dulu,” kata Erika, mencoba menyembunyikan rasa puas di wajahnya. “Aku hanya bercanda. Tidak perlu sensitif, Shabiya.”

Shabiya menatap Erika untuk terakhir kalinya, tatapannya seperti belati yang menusuk. “Jika kau berpikir aku akan terintimidasi atau terganggu dengan permainan kecilmu, kau salah besar. Aku tidak punya waktu untuk drama. Saat kau serius membahas bisnismu, kau tahu di mana mencariku. Selamat siang.”

Tanpa menunggu jawaban, Shabiya melangkah keluar dari restoran dengan langkah tegas, meninggalkan Erika yang akhirnya kehilangan senyum di wajahnya. Di luar, angin dingin menyambutnya, tetapi bagi Shabiya, udara segar itu adalah pelipur lara. Ia menghela napas panjang, mencoba meredakan amarah yang masih menggelegak di dadanya.

***

Erika menatap keluar jendela besar restoran dengan ekspresi yang sulit diartikan. Pemandangan kota yang gemerlap tidak menarik perhatiannya. Tangannya memainkan ujung cangkir teh yang sudah dingin, namun pikirannya berkecamuk dengan rencana yang licik.

Kata-kata Shabiya tadi masih terngiang di telinganya. Nada percaya diri wanita itu, cara ia menatap Erika seolah-olah menang dalam permainan yang tidak pernah ia ikuti—semua itu membuat darah Erika mendidih.

"Aku akan membuat Chandra kembali kepadaku, apa pun caranya." Suaranya berbisik di tengah ruangan kosong, penuh tekad dan kepahitan.

Erika tahu satu hal pasti: Chandra tidak pernah mencintainya dengan cara ia sekarang mencintai Shabiya. Itu jelas dari bagaimana ia melindungi istrinya yang baru itu, dari cara tatapan matanya yang gelap melunak setiap kali menyebut nama Shabiya.

Dan itu tidak bisa diterima.

***

1
Kyurincho
Recommended
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Coffeeandwine
Bagus
Kyurincho: /Drool/
total 1 replies
Anne139
knp sii brp dikit banget thor 😁😁😁 next
Kyurincho: lagi kendor nih semangatnya /Gosh/
total 1 replies
Anne139
ni laki bini modelan 2024 😂😂😂 next
Kyurincho: tiada hari tanpa gelud /Hey/
total 1 replies
ona
bener tuh badut sirkus, shabiya
Kyurincho: sebel yaa kaa sama Erika /Smirk/
total 1 replies
Anne139
aing lieur... pdhal tinggal blg dy telp krn mau batalin janji. udeh beres 🤦‍♀️ next thor
Kyurincho: udah bilang padahal, Chandranya ajah yang paranoid /Smug/
total 1 replies
Anne139
kuuuraaang thor... aduuuhh gantung euy
Kyurincho: ditunggu kelanjutannya besok yaa kaa /Kiss/
total 1 replies
Anne139
baaaguusss
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Anne139
kenapa ga lsg diusir aj si tu cwe gatel... gw yg kesel. next
Kyurincho: /Facepalm/ mau diapain nih si Erika, nanti aku sampein Shabiya /Smirk/
total 1 replies
Anne139
next thor
Kyurincho: ditunggu ya kaa
aku update daily tiap jam 19.00
sambil nunggu boleh baca novelku yang lain 🤭
total 1 replies
Siti Amalia
plissss....up yg buannnyakkkkkk thorrrr
Kyurincho: sabar yaaa kaaa 😭
authornya kerja juga soalnya, jadi nyuri waktu senggang dulu, tapi aku usahain daily, makasih supportnya 🥰
baca juga novel aku yang lain yaa
total 1 replies
Nenti Malau
smngat thor lanjut
Kyurincho: komenmu bikin aku semangat ka, makasih banget 😭
total 1 replies
Faf Rin
padahal bagus ceritanya kenapa sepi
Kyurincho: ngga tau ka 😅
tapi makasih udah ngeramein 🥹
total 1 replies
Cahaya Langit
bagus
Kyurincho: makasih kaaa 🥹
total 1 replies
ona
full revisi kah??
Kyurincho: iya ka, saran editor karakter Shabiya kurang strong 😭
total 1 replies
ona
waduh, susah /Scowl/ dua-duanya ngeri /Shame/
Kyurincho: biasanya sama-sama ngatur, jadi ngga suka klo diatur 😅
total 1 replies
ona
selamat atas pernikahannya, shabiya dan chandra /Hey/
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
ona
wih keren banget, kakak /Applaud/ semangat ngetik lanjutannya /Determined/
Kyurincho: aaaaa makasih /Sob/
seneng banget ada yang komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!