Jejak Tanpa Nama mengisahkan perjalanan Arga, seorang detektif muda yang berpengalaman dalam menyelesaikan berbagai kasus kriminal, namun selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Suatu malam, ia dipanggil untuk menyelidiki sebuah pembunuhan misterius di sebuah apartemen terpencil. Korban tidak memiliki identitas, dan satu-satunya petunjuk yang ditemukan adalah sebuah catatan yang berbunyi, "Jika kamu ingin tahu siapa yang membunuhku, ikuti jejak tanpa nama."
Petunjuk pertama ini membawa Arga pada serangkaian kejadian yang semakin aneh dan membingungkan. Saat ia menggali lebih dalam, ia menemukan sebuah foto yang tampaknya biasa, namun menyembunyikan banyak rahasia. Foto itu menunjukkan sebuah keluarga dengan salah satu wajah yang sengaja dihapus. Semakin Arga menyelidiki, semakin ia merasa bahwa kasus ini lebih dari sekadar pembunuhan biasa. Ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar, menghalangi setiap langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyy93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Menuju Perang
Arga duduk di meja, memandangi peta yang terbentang di depan mereka. Setiap garis dan simbol di peta itu seakan memberi tanda bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan semua ini bukanlah jalan yang mudah. Di sekelilingnya, Alya dan Lina juga terfokus pada peta, wajah mereka serius, siap menghadapi apa pun yang akan datang.
Pria yang telah memberi mereka tempat perlindungan, yang sekarang mereka ketahui bernama Damar, berjalan mondar-mandir di ruangan. Di tangannya, ada sebuah ponsel tua yang tampaknya sangat mahal, menghubungi beberapa orang yang mungkin bisa membantu mereka dalam misi berbahaya ini.
“Kita akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kita kira,” kata Damar, berhenti sejenak sambil menatap mereka. “Ini bukan sekedar pertempuran fisik. Helios memiliki kekuatan yang tersembunyi, kekuatan yang bisa menghancurkan seluruh tatanan dunia.”
Lina mengangguk. “Kami sudah siap. Kami tidak akan mundur. Kami harus menghentikan mereka, apapun yang terjadi.”
Arga menatap peta, berusaha mencerna semua informasi yang diberikan. Setiap rute yang ada di peta ini tampaknya menuju ke satu titik, yaitu Markas Besar Helios—pusat dari kekuatan mereka. Namun, hal yang lebih mengkhawatirkan adalah lokasi-lokasi tersembunyi yang mereka temui di sepanjang jalan. Arga tahu, jika mereka tidak berhati-hati, mereka akan menjadi sasaran empuk bagi Helios.
“Damar, apa ada cara untuk mengakses informasi lebih lanjut tentang markas mereka?” tanya Arga, matanya tidak lepas dari peta.
Damar menghela napas panjang. “Informasi itu sangat terbatas. Helios menjaga semua data mereka dengan ketat. Mereka bahkan memiliki teknologi yang bisa memantau setiap gerakan kita. Kita harus bergerak dalam kelompok kecil dan menghindari segala bentuk pengawasan.”
Alya menggigit bibir, tampak khawatir. “Dan kita hanya bertiga. Apa kita benar-benar bisa menghadapinya?”
Arga menatap Alya dengan tekad. “Kita tidak sendirian. Kita punya aliansi, orang-orang yang mungkin bisa membantu kita dalam misi ini. Kita harus menghubungi mereka.”
Lina mengangguk. “Betul. Kita sudah mengumpulkan informasi yang cukup untuk menghentikan Helios. Sekarang, kita hanya perlu memastikan kita punya pasokan yang cukup dan kekuatan yang diperlukan.”
Damar memandang mereka dengan serius. “Kalau kalian memutuskan untuk melawan mereka, kalian harus siap dengan segala kemungkinan. Aku bisa bantu menyediakan tempat persembunyian sementara, tapi kalau kalian ingin pergi ke markas mereka, kalian harus berhadapan langsung dengan musuh. Tidak ada lagi jalan mundur.”
Arga menatapnya. “Kita tidak akan mundur.”
Damar menatap mereka satu per satu, memastikan bahwa tekad mereka sudah bulat. Setelah beberapa saat diam, Damar berkata, “Baiklah. Aku akan menghubungi kontak-kontak yang bisa membantu kita. Kalian perlu mendapatkan persediaan senjata dan informasi yang lebih jelas tentang lokasi Helios.”
Ketegangan di udara semakin terasa saat mereka mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang yang tak pasti. Arga tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil semakin mendekatkan mereka pada perang besar. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah pilihan terakhir mereka. Tidak ada lagi waktu untuk ragu.
Damar kemudian memberikan beberapa informasi tambahan, termasuk lokasi tempat mereka bisa mendapatkan senjata dan alat komunikasi yang lebih baik. Arga mencatat setiap detail, menyadari bahwa apa pun yang terjadi nanti, mereka harus bisa beradaptasi dengan cepat.
Pagi hari keesokan harinya, mereka mulai bergerak. Rencana mereka adalah bergerak ke lokasi yang lebih terpencil, tempat mereka bisa mendapatkan senjata dan perlengkapan lain yang diperlukan. Namun, setiap langkah mereka harus dilakukan dengan hati-hati. Helios tidak akan membiarkan mereka bebas begitu saja.
Perjalanan pertama mereka membawa mereka ke sebuah kawasan industri yang telah lama terbengkalai. Di sana, mereka bertemu dengan seorang pria bernama Andi, seorang mantan anggota organisasi yang mengetahui banyak tentang operasional Helios.
“Andi, kami perlu persenjataan dan informasi lebih lanjut tentang Helios,” kata Damar dengan suara rendah, memimpin mereka ke dalam ruangan tersembunyi di dalam kawasan tersebut.
Andi, seorang pria bertubuh kekar dengan wajah penuh tato, memandang mereka dengan waspada. “Kalian tahu apa yang kalian hadapi, kan?” tanyanya dengan nada serius. “Helios tidak main-main. Mereka punya teknologi yang bisa membuat kita tak terlihat.”
Alya menyeringai dengan cemas. “Kami sudah melihat seberapa besar kekuatan mereka. Sekarang, kami ingin tahu bagaimana cara melawan mereka.”
Andi mengangguk, lalu bergerak menuju sebuah lemari besi besar di sudut ruangan. Ia membuka kunci dengan cepat dan mengeluarkan beberapa peralatan canggih yang Arga tahu bisa membantu mereka. “Ini semua yang aku punya. Senjata-senjata ini bisa digunakan untuk bertahan hidup, tapi yang lebih penting, aku juga punya data tentang markas Helios.”
Arga melangkah maju, menerima peralatan yang diserahkan Andi. “Apa yang ada di data itu?”
Andi menatap mereka dengan ekspresi serius. “Lokasi-lokasi yang akan mereka serang berikutnya. Helios sedang mengatur serangan besar, tapi mereka tidak tahu kita mengawasi mereka. Jika kalian tahu cara mengendalikannya, kalian bisa menghentikan mereka.”
Lina mengambil data yang diberikan Andi dengan hati-hati. “Ini adalah informasi yang kita butuhkan.”
Damar, yang sejak tadi hanya mengamati, akhirnya berkata, “Kita harus bergerak cepat. Jika mereka mengetahui kita sudah mengakses data mereka, kita akan menjadi target utama mereka.”
Arga menatap Alya dan Lina. “Kita akan terus bergerak. Tidak ada lagi waktu untuk menunggu.”
Mereka meninggalkan tempat persembunyian Andi, dengan senjata dan informasi baru yang bisa menjadi kunci untuk mengalahkan Helios. Namun, dalam hati Arga, ia merasakan ketegangan yang semakin kuat. Ini bukan hanya soal bertahan hidup—ini tentang masa depan dunia yang mereka kenal.
Mereka kembali ke tempat persembunyian sementara, merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa perang ini hanya akan berakhir jika mereka bisa menghentikan kekuatan Helios—dan itu berarti mereka harus siap untuk menghadapi semua kemungkinan.
Helios tidak akan membiarkan mereka menang dengan mudah. Tetapi Arga, Alya, dan Lina sudah siap untuk menghadapi tantangan terbesar dalam hidup mereka.
---