Sebuah cerita horor yang mengikuti petualangan tiga orang sahabat sejati Maxim, Alexa Dan Leo yang tinggal diDesa Batu Chadas yang terletak diHolland Tengah. Pada malam Halloween tiba mereka memutuskan untuk menyelidiki sebuah Rumah Tua yang terkenal angker dan dihuni oleh penyihir yang bernama Hiltja. Ketiga nya terdorong rasa ingin tahu untuk menemukan bukti yang katanya dirumah tua itu terdapat sebuah kutukan yang berhubungan dengan dunia kegelapan. Setelah mereka berhasil mengungkapkan misteri rumah tua itu. Mereka menyadari bahwa rumah tua bukan hanya berhantu saja. Melainkan bisa menghubungkan dunia lain. yaitu Dunia manusia dan roh. yang memprediksi tentang kebangkitan roh roh jahat yang bisa membuat manusia diambang kehancuran antara hidup dan mati.
Bagaimana kah kelanjutan kisah ini. nantikan kelanjutan nya..
pesan moral yang bisa ambil. Dengan ketulusan dalam persahabatan bisa mengalahkan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3. MELAWAN KEGELAPAN
Mereka berdiri terpaku, tubuh mereka terasa kaku oleh rasa takut yang mendesak di dada. Bayangan merah itu semakin dekat langkahnya berat dan mengancam, gema tiap hentakannya menimbulkan bulu kuduk berdiri. Sepasang mata merah menyala itu menatap mereka dengan buas, seolah telah lama menunggu kehadiran “tamu” seperti mereka.
Leo menarik napas dalam, suaranya bergetar saat berbicara, “Apa yang akan terjadi kalau kita nggak bisa keluar dari sini?” Suara takutnya memecah keheningan.
Maxim menatap tajam, berusaha menenangkan pikiran. “Kita harus melawan, Leo. Apa pun caranya, kita harus melawan.” Tangannya bergerak cepat mengambil buku tua yang ada di lantai, buku yang ditemukan Alexa beberapa saat lalu. Walaupun tak yakin, dia merasa ada sesuatu yang kuat di dalamnya.
Dengan harapan, Maxim membuka halaman buku itu. Simbol-simbol kuno dan mantra-mantra asing memenuhi setiap halaman. Saat dia membacanya, cahaya aneh menyala dari kertas buku itu, seolah buku itu hidup dan ingin memberi mereka petunjuk. Alexa memandang kata-kata itu dengan cemas, tangannya gemetar.
“Mungkin ini mantra untuk melindungi diri dari roh jahat,” katanya sambil membaca beberapa kata yang samar.
“Biar aku saja,” kata Maxim dengan mantap, meski dalam hatinya ada sedikit keraguan. Dia mulai melafalkan mantra dengan hati-hati, tapi mantra itu tampaknya tak berpengaruh. Bayangan merah terus mendekat, bahkan bergerak semakin cepat seakan tak peduli dengan mantra yang Maxim baca itu.
Leo meraih tangan Alexa erat, matanya penuh kekhawatiran. “Kita harus coba cara lain. Buku ini nggak cukup!” ayo... fikirkan cara apa lagi. "ucap nya.
Alexa memandangi simbol-simbol berbentuk lingkaran yang terukir di lantai.
“Bagaimana kalau kita berdiri di dalam lingkaran ini dan fokuskan energi kita? Mungkin saja simbol lingkaran ini dapat menaklukkan roh bayangan merah itu. " ucap Alexa dengan semangat.
Tanpa banyak berfikir. Mereka bertiga pun masuk kesombongan lingkaran itu dan berdiri dengan bergandengan tangan. Alexa menutup matanya, membayangkan energi pelindung yang melingkupi mereka. Maxim dan Leo mengikuti, merasakan getaran aneh dari bawah kaki mereka, seolah-olah lingkaran itu mulai bekerja.
Bayangan merah semakin mendekat, mencoba menembus pelindung yang tak terlihat di sekitar mereka. Setiap kali mendekat, bayangan itu terpental seakan menabrak dinding tak kasat mata. Suara gemuruh disertai jeritan mengerikan menggema di ruangan.
"Aarrk.... aarrkkk... (suara jeritan misterius) .
“Kalian tidak akan bisa mengalahkanku!” suara itu berteriak, dan lantai bergetar dengan kuat. Cermin besar di ruangan retak, membentuk jaring laba-laba.
Alexa membuka matanya, menyadari waktu mereka hampir habis. “Kita harus cepat mencari cara untuk mengalahkannya!” ucap nya lagi dengan tegas.
Maxim membuka buku lagi, berpacu dengan waktu. Dia menemukan satu halaman yang tampak berbeda dari yang lain, tertulis “Mantra Pemurnian Roh”.
“Ketemu! Ini dia!” napas Maxim terengah-engah. “Aku akan membacanya. Kalian fokus pada lingkaran ini.”
Dengan mantap, Maxim mulai melafalkan mantra pemurnian itu, merasakan energi mengalir ke tubuhnya. Sementara itu, bayangan merah semakin ganas, menyerang pelindung yang tak terlihat di sekitar mereka.
Maxim menahan beban energi kuat itu, tubuhnya hampir tak bisa bertahan. Namun, ia tahu harus menyelesaikan mantra ini, apa pun yang terjadi. Dengan sisa keberanian, dia melafalkan kata terakhir. Seketika, cahaya terang muncul dari lingkaran, membuat bayangan itu berteriak kesakitan.
"Aaarrrrkkkkkkk........ (suara misterius).
Suara jeritan menggema saat bayangan itu perlahan berubah menjadi asap hitam yang hilang ditelan kegelapan. Ruangan kembali sunyi. Dan mereka pun membuka mata, saat mereka membuka mata mereka melihat kegelapan dan tiba-tiba muncul seekor gagak, yang sedang memperhatikan mereka. Dengan mata nya yang tajam itu. Dan kemudian terbang menghilang.
Mereka bertiga heran dan terkejut. dengan kemunculan gagak yang tiba-tiba hilang itu. Nafas mereka naik turun dan badan mereka masih saja gemetaran. Dan seketika susana dirumah itu tampak tenang.
Alexa memandang teman-temannya dengan sorot lega. “Apakah kita berhasil?” tanyanya lirih.
Maxim mengangguk, kelelahan namun penuh kemenangan. “Sepertinya begitu… bayangan itu sudah pergi untuk sekarang.”jawap Maxim.
Leo menghela napas panjang, tubuhnya masih gemetar. “Aku nggak percaya kita berhasil melawan roh jahat… dan kita masih hidup,” katanya dengan takjub.
Tapi sebelum mereka bisa merayakan kemenangan, suara derit pelan terdengar dari arah pintu. Pintu yang tadi tertutup rapat itu saat mereka mencari jalan keluar tadi. Tiba-tiba dengan perlahan lahan terbuka. Seakan akan menyuruh mereka untuk keluar Dan pergi dari rumah itu.
"Lihat pintu itu terbuka, ini kesempatan kita untuk keluar pergi meninggalkan rumah ini sebelum sesuatu terjadi lebih buruk lagi. Ayookk... cepat kita keluar. " ucap Alexa mengajak kedua teman nya.
Mereka bertiga pun berlari dengan cepat menuju kearah pintu itu, tanpa berfikir panjang lagi. Dan mereka pun telah keluar dari rumah itu.
Udara malam yang segar menyambut mereka, mengusir rasa takut yang baru saja menyelimuti.
Saat mereka menoleh ke belakang, rumah itu kembali sunyi dan gelap, seperti tak pernah terjadi apa-apa.
“Apakah kita sudah aman?” Alexa bertanya, masih tak yakin.
Leo mengangguk, suara senangnya tak tertahan. “Iya, kita selamat! kita sudah aman sekarang. Bayangan merah itu… dia sudah pergi.” dia tidak akan mengejar kita. "jawap Leo.
Apakah gagak itu itu pun telah pergi??? Tanya Lexa lagi.
"Apakah itu jelmaan dari bayangan merah tadi." Tanya nya lagi.
"Dan kemana gagak itu pergi. Begitu cepat dia menghilang. " Tanya Lexa dengan was was.
Maxim menarik napas lega. "Aku pun tidak tau kemana gagak itu menghilang!! "tadi itu sangat mengerikan. " jawap Maxim.
"Seandainya kita bertiga tidak dapat keluar pergi dari rumah itu. Entah apa yang akan terjadi dengan kita bertiga disana. Apakah kita akan matii. "ucap nya dengan penuh was was.
" Mati... OMG. tidak max.. aku tidak mau mati konyol disana. "sahut Leo.
Mereka pun berlari meninggalkan rumah tua itu. dengan perasaan hati yang bercampur aduk perasaan senang dan takut. Senang karena mereka bisa selamat keluar dari rumah itu. Dan takut kalau kalau Roh Hiltja masih mengikuti mereka.
Pengalaman mengerikan itu telah membuat mereka jadi yakin. Bahwa persahabatan mereka adalah segala galanya.
Tetapi mereka tidak menyadari bahwa dibalik jendela rumah tua itu. Sepasang mata yang besar Dan merah menyala sedang mengawasi mereka dengan tajam dari jauh. Dengan penuh dendam dan amarah.
"Hhmmm... jangan senang dulu wahai anak -anak muda. Perjalanan kalian belum berakhir lagi. Aku disini tetap menunggu kalian dan akan menuntut balas. Hihihihi.... "ucap suara misterius itu dengan tertawa mengancam.
Mungkin kah gagak yang mereka maksud betul-betul jelmaan dari roh Hiltja yang selalu dibicarakan warga desa.
(Apakah roh itu akan terus menuntut balas???)
BERSAMBUNG...