Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4. Dian menghilang
***Ruang kantor Stefan di Perusahaan Bramasta***
Luis menatap koper dokumen yang terbuka di atas meja kerja Stefan. Luis tahu pasti jumlah totalan uang yang berada di dalam koper dokumen itu karena setiap bulan Luis yang bertugas mengantarkan lima puluh juta rupiah dalam bentuk tunai kepada Dian.
"Nyonya Dian tidak menggunakan satu rupiah pun pemberian Pak Stefan," kata hati Luis.
Semua uang itu dalam keadaan utuh dan tersusun rapi di dalam koper dokumen seperti semula sewaktu Luis menyerahkannya ke Dian. Koper dokumen itu memang disediakan oleh Luis atas perintah Stefan agar Dian bisa menyimpan uangnya di sana.
Luis tidak menyangka selama sebelas bulan ini koper dokumen itu benar-benar dijadikan sebagai tempat menyimpan uang semata.
Stefan memang sengaja memberikan uang jajan Dian dalam bentuk tunai karena mengira gadis muda culun itu lebih praktis menggunakan uang tunai dibandingkan kartu kredit.
Luis melirik sekilas ke arah Stefan yang masih termenung setelah Dian pergi meninggalkan ruang kantor. Luis bisa merasakan aura dingin terpancar dari tubuh Stefan sehingga Luis diam seribu bahasa agar tidak mengganggu Stefan.
Stefan sedang memikirkan perkataan Dian mengenai Gisel tadi. Stefan berusaha mengingat kejadian sebelas bulan yang lalu di Las Vegas.
Pertemuannya di bar dengan Dian bisa diingat oleh Stefan secara samar. Stefan yakin saat dirinya mabuk berat, Dian mendengar nama Gisel dari mulutnya. Akan tetapi, kejadian itu sudah lama dan dirinya tidak pernah bertemu dengan Gisel kecuali…
"Apakah Dian cemburu karena aku bertemu Gisel di Las Vegas?" kata hati Stefan.
Satu-satunya kemungkinan yang tercetus di pikiran Stefan adalah Dian menggugat cerai karena cemburu mengetahui dirinya bertemu dengan Gisel. Padahal kepergian Stefan ke Las Vegas beberapa waktu yang lalu untuk dinas kerja dan tidak ada hubungan sama sekali dengan Gisel.
Sejak Gisel menolak lamaran Stefan, pria itu sudah berpikir dengan jernih dan memutuskan hubungan dengan Gisel. Lagi pula Stefan tahu pasti alasan utama dirinya memilih Gisel sebagai kekasihnya waktu itu.
Stefan akui Dian adalah gadis muda yang baik hati dan polos. Kalau bukan Dian yang menolongnya di Las Vegas waktu itu, mungkin saja dirinya mengalami masalah yang lebih berat disana.
Jika saja Dian bisa bertahan selama setahun di pernikahan mereka, Stefan tidak keberatan melanjutkan pernikahan itu dalam masa waktu yang lebih lama.
Sebenarnya Stefan sudah berencana tidak menceraikan Dian setelah masa kontrak perjanjian pernikahan mereka berakhir, tetapi Dian sendiri yang menginginkan perceraian sekarang sehingga Stefan mengabulkannya.
"Luis. Persiapkan 500 juta uang tunai. Antarkan ke Mansion Bramasta bersama koper ini untuk Dian!" perintah Stefan.
"Baik Pak Stefan," jawab Luis.
***Mansion Bramasta***
Dian menggunakan handphone pribadinya untuk menelepon Chandra.
"Halo Dian," sapa Chandra ketika menjawab panggilan telepon.
"Kak Chandra. Aku mau pulang," ucap Dian.
Chandra terdiam beberapa detik setelah mendengar perkataan Dian, lalu menghela napas panjang.
"Dian. Kamu di mana? Kakak datang jemput kamu sekarang," kata Chandra.
"Mansion Bramasta," jawab Dian.
"Nyalakan gps jam tanganmu. Kakak akan tiba dalam waktu dekat. Hilangkan jejakmu dari sana," ucap Chandra.
"Baik kak Chandra," jawab Dian dengan patuh.
Dian menekan tombol kecil di jam tangan setelah mengakhiri sambungan telepon dengan Chandra. Muncul empat bulatan kecil dengan warna yang berbeda di layar jam tangan. Bulatan kecil berwarna coklat sedang menuju ke arah bulatan kecil berwarna merah, sedangkan bulatan kecil berwarna merah muda dan hitam berada di tempat yang sama.
"Kak Chandra," gumam Dian sambil tersenyum menatap bulatan berwarna coklat.
Jam tangan itu hadiah dari Chandra dan menunjukkan gps lokasi dari mereka sekeluarga. Lokasi mereka berlima ditunjukkan dengan bulatan kecil warna yang berbeda.
"Daddy, mommy. Dian pulang sekarang," lirih Dian sambil menatap bulatan kecil berwarna merah muda dan hitam.
Ada satu bulatan kecil warna biru yang tidak muncul di layar jam tangan Dian karena Kelvin, kakak kedua Dian sedang berada di luar negeri saat ini.
***Ruang kantor Stefan di Perusahaan Bramasta***
Bunyi sms notifikasi dari handphone Stefan berbunyi terus menerus di dalam ruang kantor sehingga pria muda itu meletakkan dokumen yang sedang dibacanya di atas meja kerja terlebih dahulu sebelum mengambil handphonenya.
Mata Stefan membulat besar melihat nama pengirim pesan yang muncul di layar handphonenya. Dian. Selama ini Stefan tidak pernah memberitahukan Dian nomor handphonenya. Gadis muda itu selalu menghubungi Luis seperti biasanya, sedangkan Stefan sendiri memang ada menyimpan nomor handphone Dian di dalam list kontak nya.
Jika memang Dian sudah mengetahui nomor handphonenya sejak awal, kenapa gadis muda itu baru menghubunginya setelah mereka resmi bercerai? Berbagai pertanyaan muncul di dalam pikiran Stefan.
Stefan segera membaca isi pesan yang dikirim oleh Dian. Pria muda itu berfirasat Dian ingin menyampaikan sesuatu kepadanya.
Wajah Stefan menjadi tegang setelah membaca semua isi sms yang dikirim oleh Dian, tepatnya berupa foto dirinya dan Gisel.
Foto yang terlihat sangat mesra dan dekat karena di dalam foto itu Stefan dan Gisel tidur berdampingan di sofa.
"Siapa yang mengirim foto ini ke Dian? Gisel kah? Pantas saja Dian menggugat cerai," ujar Stefan sambil memijat keningnya.
Stefan yakin foto itu diambil saat dirinya menjenguk Gisel di rumah sakit. Ketika Stefan dinas ke Las Vegas, Gisel menghubunginya dan meminta pria muda itu menjenguknya di rumah sakit karena Gisel tidak memiliki keluarga terdekat di sana.
Kaki Gisel terkilir sewaktu pertunjukan balet sehingga Stefan tidak menolak permintaan Gisel dan akhirnya Stefan menemani Gisel semalaman di rumah sakit. Stefan tidur di sofa, sedangkan Gisel tidur di tempat tidur pasien.
Stefan tidak menyangka Gisel memotretnya secara diam-diam saat tidur dan merekayasa foto itu sehingga terlihat mereka berdua sedang tidur bersama.
Stefan segera menelepon handphone Dian untuk menjelaskan kesalahpahaman itu. Walaupun mereka berdua sudah resmi bercerai, tetapi Stefan tidak mau Dian salah paham hubungannya dengan Gisel sehingga gadis muda itu sedih dan sakit hati.
Stefan menarik napas lega ketika sambungan telepon diangkat setelah nada panggilan tiga kali.
"Di…"
"Pak Stefan!"
Stefan tidak melanjutkan perkataannya karena suara Luis yang terdengar di seberang telepon sana.
"Luis. Di mana Dian?" tanya Stefan tanpa basa basi.
"Maaf Pak Stefan. Nyonya Dian sudah pergi dari Mansion Bramasta ketika saya tiba di sini," jawab Luis.
Luis yang diperintahkan oleh Stefan untuk mengantarkan uang ke Dian tiba di Mansion Bramasta beberapa waktu yang lalu dan tidak menemukan sosok Dian di sana.
Suara dering handphone dari dalam kamar tidur membuat Luis mengangkatnya karena panggilan itu berasal dari Stefan. Luis menghafal luar kepala nomor handphone Stefan sehingga menerima panggilan masuk itu dengan cepat.
"Pergi? Ke mana Dian pergi?" kata hati Stefan.
"Luis! Periksa cctv Mansion Bramasta. Temukan taxi online yang menjemput Dian!" perintah Stefan.
"Baik Pak Stefan," jawab Luis dan menjalankan perintah Stefan dengan cepat.
***
Beberapa saat kemudian rekaman cctv Mansion Bramasta sudah diperiksa menyeluruh oleh Luis dan anehnya rekaman dua jam terakhir rusak. Rekaman terakhir hanya terekam Dian keluar dari Mansion Bramasta dengan membawa koper dokumen dan masuk ke dalam mobil menuju Perusahaan Bramasta.
Keringat dingin bercucuran di kening Luis karena tidak menemukan jejak Dian sama sekali.
***