"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Malam hari itu sebelum tidur, Vivi membuat mie instant di dapur karena perutnya terasa lapar meskipun sudah makan malam.
"Biar saya buatkan saja, Non." kata salah satu assistant rumah tangga di rumah Reynan.
"Tidak usah, biar aku sendiri. Bibi tidur saja, tidak apa-apa."
"Kalau butuh sesuatu bilang saja, saya tidak enak sama tuan muda."
"Tidak apa-apa, Bi. Biasa saja. Mama Rani biasanya juga masak sendiri."
"Kalau begitu saya permisi."
Vivi menganggukkan kepalanya. Dia menunggu air mendidih sambil mengiris sayur dan juga cabai rawit sebagai bahan pelengkap.
"Vivi, apa kabar?"
Suara itu mengejutkan Vivi. Dia lupa jika mulai sekarang Aldi juga tinggal di rumah itu. Vivi memasukkan mie itu ke dalam air yang telah mendidih dan bersikap biasa saja meski sebenarnya dia ingin pergi dari dapur saat itu juga.
"Baik, seperti yang kamu lihat sekarang. Aku sudah bahagia dengan Kak Rey," jawab Vivi pada akhirnya.
Aldi mengambil sebungkus kopi lalu menuangnya ke dalam gelas. "Lama ya kita tidak bertemu. Kamu banyak berubah."
Vivi tersenyum kecil, dia menunggu mie nya matang sambil mengumpat dalam hatinya. "Iya, kamu juga banyak berubah," jawab Vivi asal. Bahkan dia sama sekali tidak menatap lawan bicaranya.
Di dekat pintu dapur, ada Reynan yang diam-diam mengamati mereka. Dia tahu ada yang berbeda dengan cara pandang Aldi pada Vivi. Dia berjalan mendekat dan memeluk Vivi dari belakang. "Sayang, cuma buat satu. Aku kan juga lapar."
Hampir saja Vivi menjerit saat merasakan tangan yang melingkar di perutnya, Tapi dia merasa lega saat mendengar suara Reynan, dia kira Aldi berani kurang ajar padanya.
"Kak Rey juga mau? Sebentar aku buatkan."
Aldi segera mengaduk kopinya lalu membawanya keluar dari dapur.
Setelah Aldi pergi, Reynan melepas pelukannya lalu berdiri di samping Vivi. "Aku tidak usah dibuatkan, aku tidak lapar."
Setelah mencampur mie nya dengan bumbu dan juga bahan pelengkap lainnya, Vivi kini menatap Reynan. "Makasih, sudah melindungi aku dari Aldi." Kemudian Vivi membawa semangkok mie itu ke meja makan.
Tanpa disuruh, Reynan juga mengambil garpu dan duduk di dekat Vivi lalu mengambil mie dari mangkok Vivi.
"Kak Rey, katanya tadi gak mau dibuatkan tapi ambil punya aku."
"Cicip sedikit. Ini kan mie jumbo, nanti kamu kekenyangan." Reynan tetap mengambil mie itu dan memakannya. Bukan hanya sedikit tapi terus melahapnya karena rasanya lebih enak dari biasanya.
"Kak Rey, katanya sedikit tapi terus." Vivi meniup mie terlebih dahulu baru memakannya. Jelas saja dia kalah cepat dengan Reynan yang sepertinya kebal dengan rasa panas.
Reynan hanya tersenyum kecil. Dia tetap memakan mie itu dan seolah sedang berlomba dengan Vivi. Hingga di detik mie itu habis, Vivi dan Reynan mendapat mie di ujung yang berbeda lalu bibir mereka saling bertemu.
Vivi melebarkan kedua matanya saat bibir itu menyentuh bibirnya, dia akan mengelaknya tapi dengan cepat Reynan menahan tengkuk lehernya dan justru me lu mat bibirnya. Rasa pedas yang bercampur dengan bumbu mie kini memudar dan terasa manis. Vivi semakin terbuai dengan sentuhan lembut itu. Tanpa sadar dia membalas setiap pagutan pelan dari Reynan.
Reynan tersenyum setelah melepas ciumannya. "Lanjut di kamar saja," bisik Reynan lalu dia berdiri dan mengambil air putih di gelas.
Vivi masih terdiam. Dia tidak mengira dengan adegan barusan. Dia raba bibirnya yang masih basah itu.
"Kalau masih mau lanjut, ayo di kamar," kata Reynan lagi.
Pipi Vivi semakin terasa memanas. Dia malu, mengapa dia membalas pagutan itu?
Reynan hanya mengusap puncak kepala Vivi lalu berjalan menuju kamarnya.
Tersadar, Vivi segera meneguk air putih lalu menyusul Reynan ke kamar, takut jika Aldi mendekatinya lagi. Setelah masuk ke dalam kamar, Vivi justru melihat Reynan sedang duduk sambil menatap layar laptopnya.
"Vivi, kamu mau tipe rumah seperti apa?" tanya Reynan.
Vivi tak langsung menjawabnya. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Reynan bertanya tentang tipe rumah keinginannya. Dia berjalan mendekat dan duduk di samping Reynan. "Mau beli rumah?" tanya Vivi saat melihat Reynan membuka situs jual beli rumah.
"Iya, buat kita tempati. Biar kamu nyaman dan tidak ada gangguan untuk kita berdua.."
"Terserah Kak Rey saja." Vivi kini naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya.
"Oke, sabar ya. Biar aku mendapatkan rumah yang cocok dan nyaman."
Vivi hanya terdiam. Reynan benar-benar bisa membaca pikirannya karena dia merasa tidak nyaman sejak kehadiran Aldi di rumah itu. Ya, walaupun hanya bertemu sesaat tapi dia sudah malas bicara dengan Aldi.
Setelah menemukan beberapa rumah yang menarik, Reynan mematikan laptopnya. Lalu menyusul Vivi naik ke atas ranjang. "Aku tidak mau Aldi terus menatap kamu seperti itu. Sebagai sesama laki-laki, aku tahu apa yang ada di pikiran Aldi. Sebenarnya aku kurang sreg kalau Aldi menjadi bodyguard Raina. Tapi kamu tahu sendiri kan, Raina itu keras kepala. Apa yang sudah menjadi pilihannya tidak bisa diganggu begitu saja."
"Kak Rey ini dukun ya? Kenapa sekarang bisa membaca pikiranku?"
Reynan semakin tertawa. Selalu saja ada candaan kecil yang membuat suasana mencair. "Ya, karena kita sehati." Satu tangan Reynan memeluk Vivi. Meski tidak ada balasan dari Vivi tapi Vivi sudah tidak menolak kehadirannya.
"Aku mau tidur, jangan ganggu. Aku capek."
"Iya, kamu tidur saja. Setiap hari aku akan selalu memeluk kamu tidur. Aku senang, karena kamu sudah tidak marah-marah lagi kayak kemarin. Ya, tinggal rayu-rayu dikit pasti dapat jatah."
"Jatah apa?"
Reynan hanya tersenyum dan mengendus rambut Vivi.
"Ih, omes!" Vivi menggeser tubuhnya dan memunggungi Reynan tanpa melepas pelukan Reynan. "Kak Rey dulu pernah bilang sama aku kalau Kak Rey ingin melakukannya setelah mempunyai rasa cinta. Emang bagaimana perasaan Kak Rey sekarang? Kak Rey tadi kan cuma bilang sudah menyukaiku, bukan sudah mencintaiku."
Reynan tersenyum kecil. Istrinya memang sangat pandai berbicara. "Hem..."
💞💞💞
Like dan komen ya...
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor