NovelToon NovelToon
AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

AKU JATUH CINTA KEPADA CEO KU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lim Kyung rin

He Ma Li, seorang wanita muda yang penuh semangat, baru saja diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan besar. Berbekal mimpi besar dan tekad kuat, Ma Li berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya yang penuh tekanan. Namun, ada satu sosok yang selalu menguji ketenangannya—CEO Zhang Xiang Li, seorang pria keras kepala dan penuh aturan. Dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tegas, Xiang Li menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak memberi ruang untuk kesalahan.

Awalnya, Ma Li menganggap Xiang Li hanya sebagai bos yang sulit didekati. Namun, semakin lama bekerja di dekatnya, Ma Li mulai melihat sisi lain dari pria tersebut. Di balik sikap dingin dan tatapan tajamnya, Xiang Li memiliki cerita hidup yang sulit, yang perlahan membuat Ma Li semakin tertarik.

Tanpa disadari, perasaan cinta mulai tumbuh di hati Ma Li. Namun, cinta ini bukanlah sesuatu yang mudah. Bagi Xiang Li, cinta dan pekerjaan tidak pernah bisa bercampur, dan dia bersikeras menahan perasaannya agar tetap profesional. Mampukah Ma Li menembus dinding yang dibangun oleh Xiang Li? Apakah cinta Ma Li cukup kuat untuk membuat CEO keras kepala ini membuka hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lim Kyung rin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 31

Zhang Tian Qi dan adiknya, Zhang Yue, memiliki hubungan yang sangat erat. Tian Qi, yang kini berusia 20 tahun, dengan sabar selalu mendampingi adiknya dalam belajar dan menghadapi tantangan. Meskipun Yue sering merasa kesulitan dengan pelajaran matematika, fisika, dan olahraga, Tian Qi tidak pernah lelah membantu dan memberi motivasi.

Sebagai kakak yang penyayang, Tian Qi tahu betul bagaimana membuat pelajaran yang kurang disukai Yue menjadi lebih menarik. Dengan cara ini, Yue bisa tetap belajar tanpa merasa terbebani, meskipun sering kali dia mengeluh karena tak begitu menyukai pelajaran-pelajaran tersebut.

Zhang Xiang Li dan He Ma Li, orang tua mereka, sangat bangga melihat keharmonisan di antara kedua anak mereka. Tidak pernah sekali pun mereka bertengkar, malah sebaliknya, selalu saling mendukung dan melengkapi. Keduanya adalah bukti nyata bahwa kasih sayang dan kesabaran bisa memperkuat hubungan saudara dan menciptakan kebahagiaan dalam keluarga mereka.

Tian Qi memang selalu memahami adiknya, Yue, yang memiliki kepribadian sedikit berbeda. Tian Qi tumbuh dengan sifat yang tenang, cerdas, dan rajin, sementara Yue lebih spontan dan suka berimajinasi. Kadang, saat Tian Qi sedang membimbingnya belajar, Yue malah sibuk menggambar atau mengalihkan pembicaraan ke topik yang sama sekali berbeda. Meski begitu, Tian Qi selalu sabar dan pandai mengarahkan Yue kembali ke pelajaran.

Tian Qi menyadari bahwa adiknya lebih cenderung menyukai seni dan literatur daripada ilmu pasti. Maka, dia mencari cara-cara kreatif untuk membuat pelajaran fisika atau matematika menjadi lebih menarik. Misalnya, dia sering menggunakan analogi dari cerita atau gambar yang membuat Yue lebih mudah memahami konsep-konsep sulit. Tian Qi bahkan membuat permainan sederhana untuk membantu Yue memahami rumus-rumus yang sulit.

Orang tua mereka, Zhang Xiang Li dan He Ma Li, kerap terharu melihat kedekatan dua bersaudara ini. Mereka sering duduk di ruang keluarga, memperhatikan dengan senyum penuh kebanggaan ketika Tian Qi menjelaskan soal-soal kepada Yue dengan penuh kesabaran. Mereka yakin, nilai akademik memang penting, tapi keharmonisan dan dukungan satu sama lain jauh lebih berarti.

Kehangatan keluarga ini membuat rumah mereka selalu dipenuhi canda tawa dan saling mendukung. Bagi Zhang Xiang Li dan He Ma Li, melihat Tian Qi dan Yue tumbuh bersama dengan cinta dan saling menghargai adalah kebahagiaan terbesar yang mereka harapkan sebagai orang tua.

Zhang Yue sejak kecil sudah terinspirasi oleh ibunya, He Ma Li, seorang penulis terkenal yang karya-karyanya dikenal luas. He Ma Li adalah sosok yang kreatif dan memiliki imajinasi tanpa batas, sesuatu yang diwariskan pada putrinya. Setiap malam, sebelum tidur, Yue selalu meminta ibunya untuk membacakan cerita-cerita yang telah ditulisnya. Seiring waktu, Yue pun bercita-cita ingin menjadi seorang penulis seperti sang ibu, yang mampu menyentuh hati banyak orang lewat kata-kata.

Yue sering duduk di ruang kerja ibunya, memperhatikan bagaimana He Ma Li dengan tenang mengetik di depan layar komputer, sesekali merenung atau tersenyum sendiri, mungkin membayangkan tokoh-tokoh yang sedang ia ciptakan. Melihat itu, Yue semakin terinspirasi dan mulai menulis cerita-cerita kecil di buku catatannya sendiri. Meskipun masih sederhana, He Ma Li selalu mendukung dan memberikan semangat kepada Yue, bahkan sesekali memberi masukan agar cerita-ceritanya semakin berkembang.

Sebagai seorang kakak yang mendukung mimpi adiknya, Tian Qi juga ikut membaca karya-karya sederhana Yue dan memujinya dengan tulus. Tian Qi bahkan sesekali membantu menyunting tulisan-tulisan Yue atau memberikan ide-ide baru agar Yue semakin kreatif. Dengan dukungan dari keluarganya, Yue semakin yakin bahwa ia bisa menjadi penulis hebat suatu hari nanti, seperti ibunya.

He Ma Li sering berkata kepada Yue, “Menulis itu bukan sekadar mengisi halaman kosong, tapi juga memberikan hidup pada kata-kata.” Kata-kata itu selalu melekat di hati Yue, menjadi prinsip yang ia pegang dalam setiap ceritanya. Ia ingin menulis bukan hanya untuk menjadi terkenal, tetapi juga untuk memberikan inspirasi dan kebahagiaan kepada para pembaca, seperti apa yang telah dilakukan ibunya.

Kini, meski masih berusia 16 tahun, Yue telah menulis beberapa cerita pendek yang mulai ia bagikan kepada teman-temannya di sekolah. Banyak yang menyukai ceritanya, dan hal itu semakin membakar semangat Yue untuk terus menulis dan mewujudkan impiannya. Dengan bimbingan ibunya dan dukungan dari seluruh keluarganya, Yue percaya bahwa suatu hari ia akan dikenal sebagai seorang penulis yang mampu menginspirasi banyak orang, sama seperti sang ibu, He Ma Li.

Setelah kemenangannya di kontes tersebut, Zhang Yue semakin dikenal di kalangan penulis remaja. Ia mendapatkan banyak dukungan dari teman-teman sekolahnya dan bahkan dari para guru yang bangga dengan pencapaiannya. Beberapa bulan setelah itu, ia menerima undangan dari sebuah penerbit untuk menulis cerita pendek yang akan diterbitkan dalam antologi khusus penulis muda berbakat.

Ini adalah kesempatan besar bagi Yue, tetapi ia juga merasa sedikit gugup. Bimbingan ibunya, He Ma Li, menjadi kunci penting dalam perjalanan ini. He Ma Li mengajarinya cara menggali ide-ide yang mendalam, menyusun alur cerita yang lebih kompleks, dan menciptakan karakter yang hidup. Setiap malam, mereka berdiskusi bersama, mengembangkan ide-ide baru yang segar, dan kadang-kadang, bahkan Tian Qi ikut bergabung, memberikan pandangannya sebagai kakak yang selalu mendukung.

Selama proses penulisan, Yue belajar banyak hal baru. Ia belajar menghadapi kritik dan saran dari editor, merasakan betapa sulitnya menulis ulang bagian-bagian yang kurang sesuai, dan menghadapi tantangan menyelesaikan cerita dalam tenggat waktu yang ketat. Meskipun merasa lelah, Yue tetap semangat, didorong oleh mimpi dan dukungan keluarganya.

Akhirnya, cerita pendek Yue selesai dan diterima oleh penerbit. Ketika bukunya diterbitkan dan ia melihat namanya di halaman sampul, ia merasa bahagia dan bangga. Orang-orang di sekitar mulai mengenali bakatnya sebagai seorang penulis muda. Bahkan, beberapa pembaca mulai mengiriminya pesan melalui media sosial, menyampaikan betapa mereka tersentuh oleh ceritanya. Hal ini membuat Yue semakin yakin bahwa menulis adalah panggilannya.

Suatu malam, Yue duduk bersama ibunya di teras rumah, memandang langit malam yang penuh bintang. He Ma Li menggenggam tangan putrinya dan berkata, “Aku sangat bangga padamu, Yue. Kau telah melewati begitu banyak hal untuk sampai ke sini, dan ini baru permulaan. Teruslah menulis, tidak peduli seberapa sulitnya. Suara dan ceritamu adalah hadiah bagi dunia.”

Kata-kata ibunya menancap kuat di hati Yue. Ia menyadari bahwa dunia penulisan tidak selalu mudah, tetapi ia juga tahu bahwa ia tidak pernah sendirian. Dengan keluarga yang selalu mendukungnya, Zhang Yue bertekad untuk terus menulis, terus bermimpi, dan terus berusaha menjadi penulis yang mampu menyentuh hati banyak orang. Setiap cerita yang ia tulis adalah cerminan dari perasaannya, dan ia berharap suatu hari, seperti ibunya, ia akan dikenang sebagai penulis yang membawa keindahan dan kebahagiaan melalui kata-katanya.

Dan dalam perjalanan panjangnya menuju impian tersebut, Yue yakin, setiap tantangan yang dihadapinya akan membawanya semakin dekat untuk mewujudkan cita-citanya.

Zhang Tian Qi, sebagai kakak yang penyayang dan telaten, memiliki dua hobi yang sangat ia cintai: bermain piano dan bermain basket. Kedua hobi ini memberinya keseimbangan dalam hidup, dengan piano yang memberinya ketenangan dan basket yang membangkitkan semangatnya.

Tian Qi mulai belajar piano sejak usia muda, mengikuti jejak ibunya yang juga sangat mencintai musik. Setiap sore, ia akan duduk di depan piano grand milik keluarga dan membenamkan diri dalam melodi yang ia mainkan. Musik klasik adalah favoritnya, terutama karya-karya Beethoven dan Chopin. Ia menemukan kedamaian dalam setiap nada yang ia petik, seolah-olah piano menjadi cara baginya untuk berbicara dengan dunia tanpa kata-kata. Tidak jarang, setelah seharian membantu Yue belajar, Tian Qi akan bermain piano untuk melepas penat, memberi ruang bagi pikirannya untuk beristirahat.

Namun, basket adalah sisi lain dari dirinya yang lebih energik. Sebagai seorang atlet, Tian Qi dikenal di sekolah sebagai pemain basket yang handal. Dengan postur tubuh yang tinggi dan tubuh yang atletis, ia menjadi pemain kunci dalam tim sekolahnya. Basket memberikan Tian Qi kesempatan untuk menguji batas fisiknya, bekerja sama dalam tim, dan merasakan adrenalin dari setiap pertandingan. Meskipun ia sangat serius dalam berlatih, ia juga tahu cara menikmati setiap pertandingan, mengajarkan Yue bahwa dalam hidup, penting untuk mengejar prestasi tetapi juga menikmati perjalanan.

Tian Qi sering mengajak Yue untuk menonton pertandingan basket di akhir pekan atau bahkan bermain bersama di lapangan. Meskipun Yue lebih suka menonton dan tidak terlalu tertarik pada olahraga ini, ia selalu senang melihat antusiasme kakaknya. Kadang, saat Tian Qi berlatih di lapangan, Yue duduk di pinggir lapangan sambil membaca buku atau menggambar, namun tetap tidak bisa mengabaikan energi positif yang terpancar dari kakaknya.

Zhang Xiang Li dan He Ma Li, orang tua mereka, selalu mendukung kedua hobi Tian Qi. Mereka percaya bahwa hobi-hobi ini mengajarkan Tian Qi disiplin, kerja keras, dan bagaimana menjalani hidup dengan keseimbangan antara kegiatan fisik dan mental. Di rumah, mereka sering mendengarkan musik piano yang dimainkan Tian Qi, sementara di luar rumah, mereka menyaksikan pertandingannya di lapangan basket, dengan penuh kebanggaan.

Bagi Tian Qi, piano dan basket bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga cara untuk menjaga keseimbangan dalam hidupnya. Piano memberinya ruang untuk merefleksikan diri, sementara basket memberi kesempatan untuk meluapkan energi dan semangat. Kedua hobi ini melengkapi dirinya, menjadikannya pribadi yang penuh dengan semangat, kreativitas, dan keinginan untuk terus berkembang.

Zhang Tian Qi, meskipun memiliki hobi yang sangat beragam dan minat yang mendalam dalam seni dan olahraga, memilih untuk melanjutkan pendidikan di bidang teknik. Keputusan ini didorong oleh kecintaannya pada tantangan logika dan pemecahan masalah, serta keinginan untuk mengembangkan dirinya di dunia yang lebih praktis dan teknis.

Sejak kecil, Tian Qi memang selalu tertarik dengan cara-cara kerja alat dan mesin. Ia senang membongkar berbagai barang di rumah, seperti mainan atau alat elektronik yang rusak, hanya untuk mempelajari cara kerjanya. Meskipun sering membuat ibunya, He Ma Li, sedikit khawatir karena kadang-kadang barang-barang itu tidak bisa dipasang kembali, namun keinginan Tian Qi untuk memahami dunia di sekitarnya tetap kuat. Ketertarikan ini membawanya untuk memilih jurusan teknik di universitas.

Di kampus, Tian Qi mengambil jurusan teknik mesin, yang memberikan banyak tantangan bagi pemikirannya. Di dalam kelas, ia dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan berdedikasi, mampu menguasai konsep-konsep yang kompleks dengan cepat. Meskipun tekun belajar, Tian Qi tetap menyisihkan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti bermain basket dan bermain piano, yang membantunya menjaga keseimbangan hidup.

Di kelas, Tian Qi sering menjadi sumber inspirasi bagi teman-temannya. Ia selalu siap membantu mereka yang kesulitan memahami pelajaran, dengan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami. Dosen-dosen pun sering memuji dedikasi dan keterampilan analitis Tian Qi, dan beberapa bahkan mengajaknya untuk terlibat dalam proyek penelitian teknik di luar jam kuliah.

Namun, meskipun ia sangat serius dalam studi, Tian Qi tidak pernah melupakan keluarganya. Setiap kali ada kesempatan, ia pulang ke rumah untuk berkumpul bersama Zhang Yue dan orang tua mereka. Mereka selalu mendukungnya, memberikan semangat agar ia tetap fokus, terutama ketika ujian atau proyek besar datang. Zhang Yue, meskipun lebih tertarik pada dunia sastra dan seni, selalu merasa bangga dengan pencapaian kakaknya di dunia teknik, dan sering mengagumi bagaimana Tian Qi mampu menyelesaikan masalah-masalah sulit dengan tenang.

Di luar kuliah, Tian Qi juga mulai tertarik untuk menggabungkan keahliannya dalam teknik dengan hobinya dalam musik. Ia bercita-cita untuk menciptakan perangkat teknologi yang dapat membantu dalam dunia musik, seperti alat musik elektronik yang dapat dimainkan dengan cara baru atau bahkan perangkat yang bisa mengubah cara kita menikmati musik. Ide-ide kreatif ini sering ia tuliskan di buku catatannya, berharap suatu hari nanti ia dapat mewujudkannya.

Tian Qi tahu bahwa perjalanan kuliah dan karier di dunia teknik tidak akan mudah, tetapi dengan tekad dan semangat yang tinggi, ia yakin ia bisa mencapai tujuan-tujuannya. Dukungan dari keluarganya, terutama Zhang Yue yang selalu menginspirasi dengan semangat menulisnya, memberikan Tian Qi kekuatan untuk terus maju, mengejar impian dalam dunia teknik, sambil tetap menikmati hidup dengan berbagai hobinya.

Zhang Tian Qi, meskipun memiliki hobi yang sangat beragam dan minat yang mendalam dalam seni dan olahraga, memilih untuk melanjutkan pendidikan di bidang teknik. Keputusan ini didorong oleh kecintaannya pada tantangan logika dan pemecahan masalah, serta keinginan untuk mengembangkan dirinya di dunia yang lebih praktis dan teknis.

Sejak kecil, Tian Qi memang selalu tertarik dengan cara-cara kerja alat dan mesin. Ia senang membongkar berbagai barang di rumah, seperti mainan atau alat elektronik yang rusak, hanya untuk mempelajari cara kerjanya. Meskipun sering membuat ibunya, He Ma Li, sedikit khawatir karena kadang-kadang barang-barang itu tidak bisa dipasang kembali, namun keinginan Tian Qi untuk memahami dunia di sekitarnya tetap kuat. Ketertarikan ini membawanya untuk memilih jurusan teknik di universitas.

Di kampus, Tian Qi mengambil jurusan teknik mesin, yang memberikan banyak tantangan bagi pemikirannya. Di dalam kelas, ia dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan berdedikasi, mampu menguasai konsep-konsep yang kompleks dengan cepat. Meskipun tekun belajar, Tian Qi tetap menyisihkan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti bermain basket dan bermain piano, yang membantunya menjaga keseimbangan hidup.

Di kelas, Tian Qi sering menjadi sumber inspirasi bagi teman-temannya. Ia selalu siap membantu mereka yang kesulitan memahami pelajaran, dengan penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami. Dosen-dosen pun sering memuji dedikasi dan keterampilan analitis Tian Qi, dan beberapa bahkan mengajaknya untuk terlibat dalam proyek penelitian teknik di luar jam kuliah.

Namun, meskipun ia sangat serius dalam studi, Tian Qi tidak pernah melupakan keluarganya. Setiap kali ada kesempatan, ia pulang ke rumah untuk berkumpul bersama Zhang Yue dan orang tua mereka. Mereka selalu mendukungnya, memberikan semangat agar ia tetap fokus, terutama ketika ujian atau proyek besar datang. Zhang Yue, meskipun lebih tertarik pada dunia sastra dan seni, selalu merasa bangga dengan pencapaian kakaknya di dunia teknik, dan sering mengagumi bagaimana Tian Qi mampu menyelesaikan masalah-masalah sulit dengan tenang.

Di luar kuliah, Tian Qi juga mulai tertarik untuk menggabungkan keahliannya dalam teknik dengan hobinya dalam musik. Ia bercita-cita untuk menciptakan perangkat teknologi yang dapat membantu dalam dunia musik, seperti alat musik elektronik yang dapat dimainkan dengan cara baru atau bahkan perangkat yang bisa mengubah cara kita menikmati musik. Ide-ide kreatif ini sering ia tuliskan di buku catatannya, berharap suatu hari nanti ia dapat mewujudkannya.

Tian Qi tahu bahwa perjalanan kuliah dan karier di dunia teknik tidak akan mudah, tetapi dengan tekad dan semangat yang tinggi, ia yakin ia bisa mencapai tujuan-tujuannya. Dukungan dari keluarganya, terutama Zhang Yue yang selalu menginspirasi dengan semangat menulisnya, memberikan Tian Qi kekuatan untuk terus maju, mengejar impian dalam dunia teknik, sambil tetap menikmati hidup dengan berbagai hobinya.

1
yanah~
mampir kak 🤗
Alika Nasywa: thank you udah mampir ya
total 1 replies
Rini Rudiyanto
semangat thor /Good/
Alika Nasywa: Terima kasih tante atas komentar nya😍
total 1 replies
Wenchetri
lanjut Thor,,, 💓
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
total 1 replies
Wenchetri
Lanjut Thor
Alika Nasywa: baik, terimakasih telah mampir di novel ku untuk selanjutnya di tunggu aja ya hehe😁😘
total 1 replies
Laysa Candikia
Aku Mampir, semangatt Ci/Angry/
Laysa Candikia: Sama-sama, Ci
Alika Nasywa: xie xie ya
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!