Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bos Terre
"Semalam, Emir ke perusahaan. Kepala bagian kemanan menelepon karena terjadi kebakaran di sana. Sampai sekarang Emir belum pulang." ujar Tita saat Aina bertanya kemana Emir.
"Oh gitu ya, Bu. Soalnya tadi Aina telepon hp kak Emir nggak aktif."
"Kamu kan tahu hp Emir sudah agak eror. Baterainya juga sudah nggak bagus."
Aina mengangguk, ia kemudian mencium punggung tangan mertuanya. "Aina ke kantor naik angkot saja." pamit Aina yang sudah siap dengan pakaian kerjanya.
Ia pun berjalan meninggalkan rumah. Jika hendak naik angkot, Aina harus berjalan menuju ke jalan utama.
Tak sampai 5 menit menunggu, Aina sudah mendapatkan angkot.
Ia pun tiba di kantor dengan sisa-sisa kekacauan semalam.
Nampak bos Terre juga ada di sana. Ia terlihat tak tidur semalaman dengan wajah yang terlihat lelah.
Aina melihat Emir. Lelaki itu datang mendekati Terre dan memberikan sebotol air mineral. Terre tersenyum dan mengucapkan terima kasih sambil mengusap tangan Emir.
Lelaki itu menyadari kehadiran Aina. Dia tersenyum ke arah Aina. Perempuan itu membalas senyum Emir lalu segera masuk ke dalam kantor.
"Bos marah besar. Katanya ada yang dengan sengaja memicu kebakaran." ujar Ibu Sinta.
"Oh ya?" Aina kaget mendengar penjelasan kepala bagian keuangan itu.
"Siang ini kami akan dapat mendadak. Kamu tolong selesaikan laporan yang kemarin kita kerjakan ya?"
"Siap, Bu."
Elsa datang. Ia mendekati Aina. "Lihat kemesraan ibu bos dengan satpam Emir nggak?"
"Ha?"
"Tuh lagi sarapan berdua di lobby. Ibu bos kayaknya perhatian banget sama satpam. Katanya sih semalam Emir menyelamatkan ibu bos yang nekat masuk ke lokasi kebakaran."
Aina terkejut mendengarnya. "Begitu ya? Aku me toilet dulu ya?" Aina pura-pura memegang perutnya. Namun begitu sampai di depan toilet, ia justru memutar langkahnya menuju ke lantai satu melewati tangga.
Ia tiba di lobby dan melihat Terre dan Emir yang duduk saling berhadapan. Kebetulan posisi duduk Emir langsung berhadapan dengan tangga sehingga ia bisa melihat kedatangan Aina.
Sesaat mereka saling bertatapan.
"Aina....!"
Aina menoleh mendengar seseorang memanggil namanya. Ternyata itu adalah Arya.
"Kak Arya."
Arya mendekat. "Aku kemarin mencari kamu di tempat kost namun nggak ada katanya yang nama Aina kost di sana."
"Oh, aku sengaja memakai nama samaran, kak. Supaya nggak ada orang yang mengenal aku. Kalau kakak ada perlu kenapa nggak telepon saja?"
"Aku kemarin malam kebetulan lewat saja dan ingin mengajak kamu makan malam." Arya menatap ke arah Emir dan Terre.
"Satpam sama CEO kantor ini kayaknya dekat banget. Semalam saat kami tiba di sini, satpam itu sedang memeluk bos Terre. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Mereka ada hubungan ya?"
"Nggak tahu. Satpamnya kan sudah menikah."
"Tapi kok semalam terlihat kalau mereka ada hubungannya sih. Ah sudahlah. Aku ke sini untuk mengecek apakah kamu baik-baik saja."
"Aku baik-baik saja kak."
Arya mengangguk. "Aku temui bos mu dulu ya. Kalau istirahat makan siang, kita makan siang bersama yuk! Kebetulan pekerjaan ku masih banyak di sini."
"Eh, aku .....!"
"Please .....!"
Aina akhirnya mengangguk. Tak tega menolak Arya yang sudah begitu baik padanya selama ini.
Arya segera mendekati Terre yang masih duduk bersama Emir walaupun mereka sudah selesai makan.
Aina merasa bodoh. Kenapa juga ia harus turun ke bawah untuk melihat keberadaan Emir dan Terre. Perempuan itu pun bermaksud akan kembali ke ruangannya. Ia menggunakan tangga dan begitu sampai di lantai dua, segera ke meja kerjanya.
Baru saja Aina duduk, ponselnya berbunyi. Ada notifikasi pesan yang masuk.
Semua yang kamu lihat, tidak seperti yang kelihatan. Aku tidak selingkuh atau juga ada hubungan khusus dengan bos.
Ternyata pesan dari Emir. Aina pun tersenyum. Pasti Emir berpikir kalau Aina turun ke bawah karena kepo dengan kedekatannya dengan Terre.
Ia pun membalas pesan Emir :
Aku tak turun ke bawah karena Arya meminta aku menemuinya. Kakak tenang saja. Aku tak akan kepo dengan berita kedekatan kakak dengan Terre.
Selesai mengirim balasan pesan dari Emir, Aina pun langsung mengerjakan tugas yang diberikan Ibu Sinta padanya.
Ia begitu serius bekerja sampai tak menyadari bahwa jam makan siang sudah tiba. Ponselnya berdering. Ada panggilan dari Arya.
Setelah membawa hasil kerjanya di meja ibu Sinta, Aina pun turun ke bawah. Nampak Arya sudah menunggunya di depan lobby. Di sana ada Emir yang nampak masih menggunakan pakaian biasa namun bukan pakaian semalam. Nampaknya Emir sudah mandi dan ganti pakaian.
"Kak Arya." panggil Aina.
"Hai, kita makan siangnya di mana?" tanya Arya.
"Terserah kakak saja. Yang dekat-dekat saja karena aku harus segera kembali kerja." jawab Aina sambil melirik ke arah Emir yang sedang duduk di meja jaga satpam.
Bunyi ketukan sepatu Terre terdengar. Rupanya dia juga akan keluar. Ia menyapa Arya dan tersenyum seadanya pada Aina.
"Emir ayo kita berangkat. Nanti terlambat ke bandara." kata Terre dan dengan elegan berjalan ke arah mobilnya yang sudah terparkir di depan lobby.
Emir membukakan pintu depan dan Terre segera masuk sedangkan. Batin Aina bertanya, mengapa si bos tidak duduk di belakang seperti layaknya seorang bos? Namun hati Aina menepis pertanyaan itu. Aina tak mau main perasaan . Ia pun segera pergi dengan Arya yang mobilnya di parkir di belakang mobil Terre.
"Aina sama polisi itu pasti ada hubungan kan? Dasar perempuan murahan!" ujar Terre saat mobil mulai berjalan. Emir tak mengatakan apapun hanya tangannya yang nampak kuat mencengkram setor mobil yang ada.
************
"Ai, handphone mu tidak aktif ?" tanya Tita.
Aina terkejut mendengar pertanyaan ibu mertuanya. Ia sementara menonton berita di TV. Aina mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan terkejut melihat ponselnya itu sudah mati. Ia dan ibu mertuanya baru saja selesai makan malam.
"Iya, Bu. Ada apa sih?"
"Emir telepon. Dia tak bisa pulang malam ini. Bos nya tiba-tiba saja mengajak Emir ikut ke Surabaya karena katanya di sana ia tak ada sopir. Pada hal Emir tak membawa pakaian."
Aina hanya tersenyum. "Pasti akan dibelikan oleh ibu Terre. Ibu tenang saja."
Tita duduk di samping Aina. "Ibu kok nggak suka ya dengan pekerjaan baru Emir sebagai sopir bos nya. Ibu merasa sopirnya itu suka ke Emir. Walaupun terkadang ibu berpikir, mana mungkin seorang CEO seperti dia menyukai seorang satpam namun bisa saja kan itu terjadi. Bagaimana pun cinta itu buta."
Aina tersenyum. "Aku percaya sama kak Emir, Bu. Oh ya, aku mau mengisi daya ponselku dulu." Aina segera ke kamar untuk mencari charger nya.
**********
Malam semakin larut. Entah kenapa Aina tak bisa memejamkan matanya. Perkataan ibu Tita terngiang-ngiang di telinganya. Apakah benar Terre menyukai Emir? Bagaimana jika Emir juga membalas perasaannya?
"Ah ...!" Aina mengacak rambutnya kasar. Ia bangun dan mengambil ponselnya yang ternyata sudah full. Saat ia menghidupkan ponselnya kembali, masuklah pesan dari Emir.
Sayang, kamu sudah tidur? Aku di sini merasa bosan. Aku tak bisa tidur karena mikirin kamu terus.
Aina tersenyum membaca pesan dari Emir. Apakah dia harus senang? Hati Aina sepertinya sudah menjadi beku karena apa yang pernah dilakukan Fatar padanya.
Aina meletakan ponselnya kembali. Ia tak mau membalas pesan itu. Cukuplah Emir tahu kalau ia sudah membalas pesannya.
**********
3 hari sudah Emir pergi dengan bos nya. Aina ke kantor seperti biasanya, mengerjakan semua pekerjaannya dan selalu pulang malam karena mereka harus lembur untuk pembuatan laporan satu semester.
Seperti malam ini, Aina pun memilih lembur saat teman-temannya sudah pulang. Aina ingin membuat tubuhnya capek supaya bisa langsung tidur begitu tiba di rumah.
Tadi ibu Santi membuatkan Aina segelas susu coklat dan memberinya 2 potong roti. Aina merasa itu sudah cukup untuk membuatnya merasa kenyang.
Baru saja Aina akan meneruskan pekerjaannya, ia mendengar ada suara langkah kaki. Aina berdiri untuk melihat siapa yang datang. Ia terkejut melihat Emir.
"Kakak?"
Emir tak bicara. Langsung memeluk Aina dengan sangat erat. "Aku sangat merindukanmu" bisiknya lembut lalu mengecup dahi Aina.
perasaan Aina merasa senang mendapatkan perhatian Emir seperti itu. "Kakak...."
"Ayo pulang! Pekerjaannya lanjutkan saja besok."
Aina mengangguk. Ia pun segera mematikan ponselnya.
"Aku tunggu di halte ya?" kata Emir lalu segera meninggalkan ruangan Aina.
5 menit kemudian keduanya sudah berada di atas motor. Tangan Emir sesekali memegang tangan Aina yang memeluk pinggangnya.
Begitu tiba di rumah, Emir seakan tak memberikan jeda untuk Aina. Ia langsung mencium istrinya itu dengan luapan kerinduan, membuka satu persatu kancing kemeja Aina sambil menyentuh bagian-bagian yang sangat sensitif bagi Aina.
"Kak, aku belum mandi." kata Aina.
"Kamu tetap harum, sayang." kata Emir lalu membuka pakaiannya sendiri.
Aina tak bisa menolak. Ia merasa gila dengan sentuhan Emir.
Pasangan suami istri itu saling melepaskan hasrat masing-masing. Emir bahkan tak peduli saat ponselnya berdering dan terlihat ada nama Ibu Bos Terre di sana.
***********
Apakah ada rahasia antara Emir dan Terre?
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....