Siapa yang menyangka seorang Gus cucu dari pemimpin pesantren bisa melakukan kesalahan yang terbilang fatal.
Zayn tak sengaja meniduri seorang gadis yang merupakan teman adiknya. gadis yang kerap kali Zayn anggap sebagai musuhnya karna perilaku dan tindakan gadis itu.
Zayn terus memaksa akan bertanggung jawab meskipun gadis itu selalu menolaknya. rasa bersalahnya tak hilang begitu saja meski gadis itu tak mempersalahkan apa yang mereka lalu.
Lantas apakah mereka akan tetap diam atas dosa yang pernah mereka lakukan tanpa sengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indahnya halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexa menghilang
Alexa memiliki alasan mengapa ia menolak pertanggung jawaban yang di tawarkan Zayn padanya, selain ia dan Zayn tidak saling mencintai mereka juga merupakan musuh bebuyutan sejak lama.
Tidak hanya alasan sepele itu saja, Alexa juga memikirkan dampak yang di timbulkan olehnya. Keluarga Zayn yang merupakan pemilik pondok pesantren akan tercoreng karna perbuatannya, ia sadar jika apa yang terjadi karna ulahnya. Zayn tidak akan melakukan tindakan terkutuk itu jika Alexa tida merayu dan menyerang Zayn lebih dulu. Alexa berpikir akan tidak adil jika karna kesalahannya Zayn dan keluarganya mendapat malu juga nama keluarga Zayn akan terhina di seluruh masyarakat.
Alexa merasa bersalah sekali terhadap papanya, harusnya ia bisa membanggakan sang ayah, bukan malah melemparkan kotoran tepat di wajah ayahnya yang masih dalam suasana berduka, bahkan kuburan adiknya masih basah Alexa malah membuat Ayahnya semakin terlihat tidak berguna.
"Papa, maafin Alexa." Alexa terus melangkahkan kakinya menjauh dari rumah yang ia tempati selama brberapa tahun.
Rasa takut juga trauma sepertinya mengurung diri Alexa, ia takut saat mengingat kalimat juga perbuatan keji papanya. Alexa adalah seorang anak perempuan pertama juga piatu, pundaknya sangat kokoh menangkis berbagai masalah di hidupnya. Dirinya masih bisa tegar sekalipun ibunya meninggalkannya untuk selamanya.
Alexa masih tetap bisa tersenyum di saat kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan tidak ia rasakan. Alexa selalu memaafkan segala sesuatu dalam hidupnya. Tapi saat Papanya sendiri menyuruh mati dan mengusirnya, ia kini merasa hidupnya benar-benar hancur. Seandainya ia tak memikirkan janin di perutnya, mungkin Alexa akan melenyapkan diri di rel kereta yang tadi ia lewati. Tapi ada tanggung jawab besar yang harus ia jalani sekarang, ada makhluk baru yang kini tengah bertumbuh pada dirinya, dan makhluk itu hanya bergantung padanya untuk tetap hidup. Itu sebabnya Alexa menguatkan diri untuk tetap bertahan.
Alexa tak kuasa menahan laju air matanya yang sulit ia hentikan. Wajah juga lehernya juga terasa sangat menyakitkan, tapi Alexa tidak memperdulikannya.
Sesekali Alexa menyeka darah yang mengucur dari keningnya menggunakan lengan baju miliknya. Kakinya yang telan jang kini berjalan menyusuri jalanan beraspal yang mulai terasa memanas.
Alexa sudah berjalan sekitar tiga lamanya, tanpa arah juga tanpa tujuan.
Kakinya yang tanpa mengenakan alas kaki, kini terasa seakan terbakar. Entah harus kemana Alexa harus membawa langkah kakinya. Sebenarnya Alexa bisa saja meminjam ponsel orang lain dan menghubungi salah satu temannya untuk meminta bantuan, namun Alexa tak ingin menyulitkan teman-temannya, di samping itu Alexa tak ingin membagi aib dengan orang lain sekalipun temannya sendiri.
Sudah cukup jauh Alexa melangkah, perutnya terasa lapar bahkan sudah berbunyi sejak tadi, tapi ia tidak memiliki uang sepeserpun.
Alexa sangat lapar, tangannya kini menyentuh telinganya, terdapat sepasang anting di sana, meski terbuat dari emas putih tapi nominalnya cukup kecil jika di jual. Seandainya saja Alexa tau ia akan di usir mungkin ia akan mengenakan banyak perhiasan yang ia miliki untuk di jual dan ia jadikan pegangan untuk bertahan hidup.
Luka yang tadi sempat mengeluarkan darah sudah mengering dengan sendirinya, saat melewati sebuah ruko, Alexa memilihat pantulan dirinya di dalam sebuah cermin, dirinya tampak menyedihkan dengan pemampilan dan luka-luka di tubuhnya.
Banyak orang berpapasan dengan Alexa tapi diantara mereka tidak ada yang Alexa kenali. Mereka tidak bertanya atau hanya sekedar menyapa Alexa yang terlihat sangat menyedihkan. Alexa kini mengedarkan pandangan mencari toko emas, ia ingin menjual anting yang ia miliki, setidaknya untuk mengisi perutnya yang sangat lapar. Alexa tidak sanggup lagi untuk melanjutkan lankahnya ia lemas, kakinya juga lecet karna terlalu jauh berjalan.
"Permisi." Alexa memasuki satu rumah makan yang terlihat sepi pengunjung, hanya ada satu orang yang kini tengah membeli makan di sana.
Seorang ibu separuh baya dengan rambut berwarna hitam putih menghampiri Alexa.
"Bu saya lapar! Saya tidak memiliki uang. Tapi saya memiliki ini." Alexa menyentuh telinganya dan menganbil kedua anting miliknya, kemudian ia letakan di atas meja tepat di hadapan ibu pemilik warteg itu.
"Saya sudah mencari toko mas, tapi tidak menemukannya." ibu itu diam ia meneliti penampilan Alexa yang menyedihkan. Pakaian dengan beberapa noda darah, wajah dengan beberapa luka juga di leher Alexa terdapat tanda bekas cekikan.
Ibu itu menatap iba ke arah Alexa, dan menyuruhnya untuk duduk. "Minumlah." ibu itu menyerahkan satu buah aku gelas.
"Pakai kembali antingmu Nak. Ibu akan mengambilkan makanan." ibu itu bertubuh gempal, dengan bahasa ramah mempersilahkan Alexa untuk makan.
Ibu itu bertanya di sela Alexa tengah makan, bertanya tujuan Alexa hendak kemana, juga luka yang terdapat di wajahnya yang sekarang sudah membengkak.
"Luka ini saya dapat karna kesalahan saya Bu." ibu itu mengerti Alexa tidak ingin menjelaskan masalahnya.
"Lalu kau hendak pergi kemana?"
Alexa menggeleng lemah, ia juga tidak memiliki tujuan. "Saya tidak tau Bu."
"Jika begitu tinggallah di sini bersama ibu. Kerja di sini ya, tapi ibu tidak bisa menggajimu tinggi, di sini sepi." ujar ibu itu. Alexa mengangguk, ternyata Allah masih mengirimkannya orang baik. Ibu itu juga memiliki satu keponakan yang juga bekerja di sana.
"Terimakasih Bu." Setidaknya Alexa memiliki tempat untuk berteduh.
"Tapi saya tengah hamil Bu." Alexa mengatakan ke adaannya takutnya pekerjaannya nanti malah membuat ibu itu kecewa.
"Oh sedang hamil. Tidak papa Nak, kau jangan terlalu cape. Ibu paham." ibu itu sangat baik menurut Alexa. Sehingga Alexa langsung memeluk tubuh gempal itu.
"Terimakasih Bu."
"Sama-sama."
Setelah makan. Alexa di bawa oleh keponakan ibu yang bernama Ani menuju ke lantai dua warteg itu, yang di gunakan sebagai tempat untuk beristirahat.
"Teteh, berbersih dulu lalu istirahat." gadis berumur 18 tahun itu memberikan Alexa pakaian ganti berupa kaus obling juga celana berupa trening panjang sebelum berlalu.
Alexa segera membersihkan diri, setelahnya Alexa menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah denga mukena yang sudah tersedia di kamar kecil itu, kamar berukuran 3x2,5 meter itu akan menjadi tempat beristirahatnya mulai hari ini.
Alexa tak henti mengucapkan kata syukur karna hidupnya tidak seburuk bayangannya tadi pagi. Alexa berpikir jika dirinya akan menjadi gelandangan di kota itu, ternyata Allah sangat baik terhadapnya.
.
Azam tidak bisa tidur semalaman, setelah menganiaya dan mengusir putrinya, Alexa benar-benar tidak pulang. Greendia bahkan sudah menghubungi seluruh teman Alexa menggunakan ponsel milik putri sambungnya tapi mereka tidak ada yang mengetahui kwberadaan Alexa.
Pagi haribya Azam dan Greendia merasa sangat panik Alexa benar-benar tidak pulang.
"Kau puas Mas! Kau sudah membuatku tidak memiliki anak lagi." Freen terisak di atas kursi sopa.
Azam juga menyesal sudah menyiksa dan menyumpahi putrinya. Azam mengingat begitu kejamnya dirinya saat menyumpahi putri kandungnya untuk mati. Azam juga mengingat bagai mana mulutnya mengatakan jika putrinya wanita tidak benar, ia bahkan menghajar Alexa habis-habisan srbelum menyeret dan mengusir Alexa. Ganya seseorang yabg tidak memiliki otak yang akan kembali pulang, dan bodohnya Azam berpikir jika Alexa akan kembali pulang ke rumahnya.
"Kita cari Alexa ke rumah Anna." Azam menarik tangan istrinya, ia tau Hanna adalah sahabat Alexa, mungkin saja Hanna berbohong mengatakan Alexa tidak ada di rumahnya hanya untuk melindungi Alexa.
Azam mengira putrinya kerumah Hanna, dan meminta perlindungan kepada sahabatnya.
"Alexa."
Setelah tiba di rumah Hanna Azam langsung meneriaki nama putrinya.
"Alexaaa."
Bahkan Azam menggeledah rumah keluarga Kahfa, membuat Mama Lexi dan Hanna menjadi panik saat mendengar jika Alexa menghilang.
Azam terduduk dengan lemas di atas lantai saat tidak menemukan keberadaan putrinya. Ia sangat menyesal karna sudah bersikap berlebihan terhadap Alexa.
"Aku bersalah. Aku kejam, aku hampir membunuh Alexa. Kahfa, tolong bantu aku mencari putriku." Papa Azam terlihat memohon di hadapan saudara iparnya.
"Ada apa ini?" Zayn yang baru datang sehabis mengajar di pondok, di buat terkejut akan kehadiran orang tua Alexa di rumahnya pagi-pagi sekali.
"Alexa menghilang."