Dibiarkan, tidak dihiraukan, dimakzulkan. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan Keira yang seharusnya Ratu di kerajaan Galespire.
Dan setelah menjalani setengah hidupnya di penjara bawah tanah. Keira akhirnya menghadapi maut di depan matanya. Tubuh dan pikirannya tak sanggup lagi menanggung kesedihan. Membuat tubuh renta dan lemahnya menyerah.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Keira berjanji. Kalau bisa menjalani kehidupannya sekali lagi, dia tidak akan pernah mengabdikan diri untuk siapapun lagi. Apalagi untuk suaminya, Raja yang sama sekali tidak pernah mempedulikan dan menyentuhnya. Yang selalu menyiksanya dengan kesepian dan pengkhianatan. Dia akan menjadi Ratu yang menikmati hidup.
Setelah meninggal, Keira membuka mata. Ternyata dia kembali ke saat malam pernikahannya. Dia mengubah air mata yang menetes menjadi senyum. Dan mulai merencanakan kehidupan bahagianya. Menjadi seorang Ratu yang disukai banyak pria. Sehingga dia tidak akan pernah kesepian lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Ada apa dengan wanita asing itu sebenarnya? Kenapa selalu mengganggu William? Padahal dia hampir saja bercinta dengan Mary. Dan hanya dengan mendengar suara wanita asing itu, nafsu William langsung berantakan begitu saja.
Dan kata-kata itu.
"Ini yang seharusnya terjadi. Bagus!"
Kata-kata wanita itu, apa maksudnya?
Apa Ratu memang mengharapkan William bercinta dengan Mary? Bukankah wanita itu Ratu? Istri Raja? Kenapa mengharapkan William tidur dengan wanita lain selain dirinya?
Tapi, bukankah itu baik? Dengan begitu, wanita asing itu tidak akan mengganggunya dan Mary. Membuat mereka bersatu selayaknya yang William inginkan.
Benarkah itu yang dia inginkan? Kenapa sekarang William jadi ragu untuk tidur dengan wanita yang dicintainya?
Apa Ratu sengaja berteriak seperti itu untuk mengacaukan pikirannya? Agar dia tidak jadi tidur dengan Mary?
"Raja. Anda tidak tidur semalam?" tanya pelayan yang masuk ke dalam ruangannya. William tidak sadar kalau hari telah berganti menjadi pagi. Semalaman, dia hanya menghabiskan waktu selama itu untuk memikirkan ucapan Ratu.
Kini, dia harus meminta Ratu menjelaskan maksud perkataannya. Kalau tidak, dia akan terus penasaran dan tidak.bisa bekerja hari ini.
"Apa?"
"Ratu dan pelayannya pergi sebelum matahari terbit pagi ini, Raja"
"Kemana Ratu pergi?"
"Ratu mengatakan akan pergi ke pasar"
"Pasar? Kenapa Ratu ke pasar?" tanyanya dengan suara agak tinggi. Membuat pelayan di depannya ketakutan dan mengatakan kebenaran yang harusnya disimpan rapat-rapat atas pesan Ratu.
"Kepala prajurit Woods, mengajak Ratu dan pelayannya pergi ke pasar. Katanya mereka adalah teman kecil dulu"
Teman kecil? Kepala prajurit Woods? Simon? Sejak kapan Simon datang? Kenapa tidak melapor padanya. Dan apa sebenarnya hubungan Simon dan Ratu? Mereka berasal dari dua wilayah yang berbeda.
"Simon sialan!!" hujat William saat sampai di ruangannya. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua jam untuk berkeliling istana. Sembari menunggu Ratunya kembali dari pasar.
Dan saat akhirnya keduanya datang. William bisa melihat tawa diantara keduanya. Tawa bahagia seakan mereka menghabiskan waktu yang menyenangkan berdua.
"Woods!!" panggilnya membuat tawa itu lenyap. Dan saat Simon berbalik, dia harus berhadapan dengan William yang siap menerkam.
"Raja! Selamat pagi. Senang sekali bertemu dengan Anda setelah ... Tiga bulan lamanya. Apa Anda merindukan saya?"
Simon Woods. Pria dari Migesta yang William jadikan kepala prajurit merangkap bagian diplomasi antar kerajaan karena keahlian bicaranya.
"Kau pulang dan tidak melapor padaku?!" tanya William geram.
"Raja menunggu saya? Sungguh menyenangkan. Tapi ... Bukankah Anda sibuk dengan Nona Mary kemarin?"
Sialan Simon. Kenapa bicara seperti itu disaat Ratu ada disini? Pasti sekarang Ratu sedang ... Tampak biasa saja? Wanita asing itu kenapa tampak biasa saja mendengar dia tidur dengan Mary?
"Siang ini, melapor padaku! Dan Ratu, ikuti aku!!"
Ratu segera berpisah dari Simon dan mengikuti William pergi ke perpustakaan. Disana rupanya ada Rupert yang sedang menata beberapa buku kembali ke lemari.
"Selamat pagi Yang mulia Raja, Ratu"
Tidak tahu apa hanya William yang salah lihat, atau memang Rupert tersenyum saat melihat Ratu? William berbalik dan kembali terkejut saat menemukan Ratu memang sedang tersenyum pada penjaga perpustakaan yang juga anak penasehat itu. Sejak kapan mereka mengenal satu sama lain?
"Kau???"
Hampir saja William bertanya pada Rupert tapi berhasil ditahannya.
"Anda tampak berbeda hari ini Ratu" kata anak kecil itu pada Ratu. Disambut dengan senyuman yang lebar.
"Ratu, ikuti aku!!" perintahnya lagi lalu berjalan cepat ke arah depan istana.
Baru saja dia ingin marah lalu seseorang menyapanya lagi.
"Selamat pagi Raja, Selamat pagi Ratu" sapa Malone yang baru pulang dari perbatasan dan kerajaan Sphere. Pasti Malone akan melaporkan sesuatu yang penting. Sepertinya pembicaraannya dengan Ratu harus ditunda.
"Ratu ... " panggilnya tapi didahului oleh reaksi tak terduga dari wanita itu.
"Jenderal Malone, kau baru saja kembali? Bagaimana dengan tanganmu? Apa sudah sembuh?"
Kenapa? Di depannya, wanita itu menghampiri dan mengkhawatirkan Malone.
"Ratu, saya baik-baik saja"
Dan Malone menjawabnya dengan suara lembut? Suara yang tidak pernah dia dengar selama bekerja dengan Malone selama ini.
"Baguslah, aku khawatir karena tidak melihatmu selama beberapa hari. Apakah ... "
"Ratu! Ikuti aku!!" kata William lagi. Kini benar-benar geram pada kelakuan Ratu. Akhirnya mereka berada di taman kerajaan yang sepi. Tidak ada siapapun yang akan mengganggu mereka.
"Raja, kenapa Anda mengajak saya berkeliling istana?" tanya Ratu tidak mengerti.
Baru saja William ingin bertanya tentang apa yang mengganggu di pikirannya, sebuah suara datang merusak semuanya.
"Yang Mulia Raja, Anda disini?"
Mary berlari ke arahnya dengan cepat. Tapi terlalu cepat sampai hampir terjatuh dan William terpaksa menangkap tubuh ringan dan kecil itu dalam dekapannya.
"Berhati-hatilah" kata William memperingatkan Mary.
"Maaf Raja, saya ingin cepat sampai di hadapan Anda"
"Apa tubuhmu baik-baik saja?" tanya William khawatir.
"Pagi ini memang cukup sakit, tapi karena sekarang berada dalam pelukan Raja. Saya yakin akan baik-baik saja"
William menurunkan Mary lalu melihat ke arah Ratu. Dia lupa kalau wanita asing itu masih ada disini. Tapi kenapa Ratu hanya berdiri disana, melihat ke arahnya dengan ekspresi yang datar.
"Ratu, kembalilah ke kamarmu!" perintah William mengabaikan apa yang ingin dibicarakannya dengan wanita itu. Karena ada Mary di sisinya.
"Apa saya mengganggu percakapan Anda dan Ratu? Ohh, harusnya saya tahu diri. Maafkan saya Raja. Maafkan saya Ratu" ucap Mary lalu menelusup ke belakang punggungnya.
"Tidak ... Aku hanya ... "
Saat William bingung ingin memberikan alasan yang bisa diterima wanita yang dicintainya. Ratu mengambil alih.
"Tentu saja tidak Nona Mary. Anda sama sekali tidak mengganggu. Raja memang berkeliling untuk mencari Anda. Saya hanya kebetulan bertemu Raja saat dalam perjalanan ke kamar. Anda tidak perlu khawatir Nona Mary"
Ratu, membelanya? Mencari alasan agar Mary tidak curiga padanya? Kenapa? Bukankah seharusnya Ratu marah karena pembicaraan mereka terganggu? Wanita asing itu benar-benar tidak apa-apa melihat kedekatannya dengan Mary?
"Benarkah? Padahal saya pikir, Mary mengganggu dan membuat Ratu kesal"
"Tentu saja tidak. Kenapa saya harus kesal? Bukankah baik jika Raja memperhatikan Anda dengan baik?"
Wanita asing ini. Ratu dari Nemorosa ini, benar-benar tidak merasakan apa-apa meskipun William sedekat ini dengan Mary. Bahkan berani mengatakannya tepat di depannya.
Apa mungkin sebenarnya Ratu juga terpaksa menikah dengannya? Karena paksaan janji Raja terdahulu pada ayahnya?
Bagus. Dengan begini, William bisa dengan mudah menggantikan Ratu dengan Mary. Nanti saat Mary sudah mengandung anaknya. Tapi ...
Kenapa dia merasa tidak baik-baik saja? Kenapa dia merasa terganggu dengan kenyataan itu? Apa yang terjadi dengannya?